Part 40 : Katanya tidak bahagia?

53 4 4
                                    

    "Na, nanti pulang saya jemput kesana ya."

    Adriana damaswara yang tengah sibuk membersihkan meja kerjanya itu tidak memperhatikan, suara yang terdengar dari telefon genggam yang ia biarkan tergeletak asal diatas meja. Jam kerjanya sudah hampir habis, dan waktunya ia merapihkan ruangan praktek ini, untuk digunakan esok hari juga.

      "Adriana airlangga."

     Suara berat itu kembali terdengar, namun kini dengan nada tegas yang begitu padat, menyadari perubahan nada panggilan arseno, Adriana segera meletakan brush yang tengah ia genggam, menggantikannya dengan handphone yang sebelumnya ia biarkan diatas meja.

     "Kenapa mas? Saya habis mengambil dokumen yang jatuh." Bohong Adriana, tidak mungkin jujur bahwa dirinya sedang mengabaikan arseno.

      "Nanti pulang saya jemput ana, astaga. Saya sudah berkata berkali-kali. "

     Keluh arseno, lalu menghela nafas panjang. Adriana tertawa kecil sebelum akhirnya membalas ajakan arseno untuk menjemputnya di tempat kerja. "Kalau jam segini gak bisa mas, ada dokter yang berulang tahun hari ini, dan beberapa diundang untuk makan-makan bersama." Jawab Adriana.

     "Sampai jam berapa?"

      "Jam sembilan mungkin? Hanya acara sederhana sih, tapi banyak yang ikut juga."

      "Ya sudah, jika acaranya sudah selesai telefon saya na, nanti saya jemput. Ingat, jangan pulang dengan kendaraan umum."

    Adriana berdehem kecil, meng-iyakan apa yang diperintahkan oleh arseno, beberapa hari terkahir lelaki itu bersikap sedikit posesif, kemana Adriana pergi atau apapun yang dilakukan oleh Adriana harus arseno ketahui, ia tidak membiarkan Adriana pergi tanpa izinnya kecuali berangkat kerja.

       "Na, ayo kita berangkat bersama."

   Sesosok lelaki dengan setelan kemeja memasuki ruangan Adriana, berdiri di bibir pintu untuk memberitahu bahwa yang lain sudah siap untuk pergi. "Oke nan, aku ambil tas dulu." Ucapnya, segera mengambil tas selempang milik Adriana yang tergantung di sebuah gantungan yang disediakan untuk menggantung jas serta tas.

     "Mas udahan dulu ya, nanti saya telefon."

    "Adriana itu siap—"

   Adriana langsung mematikan telefon, bergegas menyusul adnan teman dokternya yang akan membawa  dirinya serta teman-temannya yang lain menuju tempat acara. "Tadi suami kamu na?" Tanya adnan penasaran, Adriana hanya menjawab dengan anggukan, tidak mau menjelaskan lebih rinci, disini hanya segelintir orang yang tahu bahwa Adriana sudah menikah dengan arseno, apalagi pernikahan mereka sebelumnya dilaksanakan dengan sangat sederhana dan tertutup, acara resepsi kemarin juga kebanyakan dihadiri oleh rekan bisnis arseno serta ayahnya.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang