Part 24 : Love language

58 10 2
                                    

     "Selamat pagi, mas." Sapa adriana dengan wajah bersinar, tak biasanya dipagi hari gadis itu menunjukkan senyuman yang penuh kebahagiaan, menyapa arseno saja mungkin tak akan semanis ini.

       "Ya, pagi." Jawab arseno, ia merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya kini, ada yang berubah pada diri adriana.

        "Hari ini mas pergi ke kantor?" Tanya adriana yang sibuk dengan menyiapkan sarapan diatas meja, untuk mereka berdua.

         "Ya, kau sendiri tidak pergi ke rumah sakit?"

          "Tidak mas, saya memutuskan untuk mengambil cuti, ingin istirahat." Jawab adriana.

         "Baiklah, gunakan waktumu untuk beristirahat sebaik mungkin."

          "Terimakasih mas, oh ya, siang nanti ingin saya bawakan makanan apa mas? Tiba-tiba saya ingin mengunjungi mas ke kantor siang nanti." Ucap adriana meletakan sepiring pancake milik arseno diatas meja, beserta miliknya, setelahnya adriana ikut duduk dikursi berhadap-hadapan langsung dengan arseno.

        "Apa tidak merepotkan?"

        "Kenapa harus merasa direpotkan? Mas adalah suami saya." Jawab adriana tersenyum kecil, ia menggeleng-gelengkan kepala merasa aneh dengan pertanyaan yang diberikan oleh arseno.

       "Tidak seperti biasanya kau berbicara sepanjang ini na." Ucap arseno semakin kebingungan.

     "Benarkah? Apa saya seburuk itu mas?"

      "Tidak, abaikan saja na."

      "Mas, saya ingin meminta maaf sebab melanggar janji untuk tidak pulang malam lagi, saya memiliki pekerjaan dadakan yang begitu membebani, sampai terkadang saya sendiri merasa lelah." Jelas adriana, dengan nada menyesal, ia juga tak ingin membuat arseno penasaran akan apa yang ia lakukan sampai malam hari.

      "Saya tahu, tapi kenapa dirimu tidak bisa bersandar pada saya na? Kau memiliki saya untuk dijadikan tempat berpulang." Jawab arseno meletakan sendok miliknya dengan sedikit kasar hingga menimbulkan bunyi.

      "Maaf mas, saya belum bisa membagi seluruh luka saya pada mas, tapi saya janji akan berusaha."

      "Ya, semuanya memang terlalu cepat untuk kita berdua." Jawab arseno, wajahnya tampak menahan kekecewaan yang mendalam, walau tidak dijelaskan secara pasti, arseno tahu semalam yang menelfon adriana adalah lelaki dan itu bukanlah adijaya.

       "Terimakasih atas makannya." Arseno beranjak dari meja makan, meninggalkan adriana dengan perasaan bersalah yang teramat.

     "Mas, saya tahu mas telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan hubungan ini, dan memang saya kurang menghargai usaha mas tersebut. Namun, untuk kali ini biarkan saya ikut andil, mari kita berdua pertahankan hubungan ini mas."

      Arseno menghentikan langkahnya, tidak menoleh sedikitpun pada Adriana, setelah kata itu terlontar dari mulut adriana. Arseno kembali melangkahkan kakinya meninggalkan ruang makan, namun dengan segurat senyum diwajahnya yang tiba-tiba saja tercetak.

    
   ***

     Seperti apa janjinya pada arseno tadi, adriana kini berada digedung airlangga corp, berjalan disekitar lobi dengan kebingungan ingin ia langsung pergi menuju ruangan arseno akan tetapi adriana tidak mengetahui dimana letak ruangan suaminya itu.

      Akhirnya adriana memutuskan untuk menelfon arseno, meletakan paper bag berisi makanan yang telah ia buat diatas meja yang tersedia dilobi. Kemudian, mengambil ponsel dari dalam tas selempang yang ia kenakan.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang