Part 1 : Rahasia

292 14 5
                                    

    "Selamat pagi mas." Sapa seorang gadis bertubuh mungil, datang mendekat ke arah meja makan dengan langkah pelan. Sapaan yang ia berikan tadi hanya dijawab dengan deheman, tak ada balasan ataupun senyuman ramah yang diberikan waktu pagi.

    Adriana damaswara hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba tak memasukan kedalam hati sikap suaminya yang begitu dingin. Bukan salah arseno airlangga pula, semua ini terjadi karena perjodohan. Adriana harus melepas masa lajangnya, untuk menikah dengan seseorang bersifat dingin seperti arsen.

   Sadar bahwa semua ini demi kebaikannya, adriana tidak dapat menolak, sedikit bertumpang tindih jika di jabarkan, sebab fisik adriana yang tak sesempurna seorang arseno. Adriana hanyalah gadis pendiam, dengan kacamata baca yang selalu bertengger ditulang hidungnya. Wajahnya tidak terlalu cantik, bahkan terkesan jelek, sebab adriana sendiri malas mengurus diri.

    Adriana mengambil tempat duduk tak jauh dari arsen berada, lelaki dingin itu sudah menghabiskan setengah sarapannya. Tidak memperdulikan adriana ataupun sekelilingnya, arsen terbiasa hidup sendiri.

     "Mas, nanti malam saya akan pulang telat." Ucap adriana, meminta izin karena beberapa pekerjaannya dirumah sakit begitu menumpuk.

    "Ya."

   "Nanti siang mas ingin saya masakan apa?" Tanya adriana lagi.

   "Tidak perlu, urus saja pekerjaan mu." Jawab arsen, telah menghabiskan seluruh sarapannya, mengusap pelan sisa-sisa makanan pada bibir dengan tisu yang tersedia.

     Arseno beranjak dari duduknya, di ikuti oleh adriana yang hendak menyusul arsen, tentunya mengantarkan suaminya sampai didepan pintu. Namun gerakan itu tertahan, begitu arsen menatap adriana dengan tajam.

   "Teruskan saja sarapanmu, tidak perlu mengantar saya." Ucap arsen, membuat gerakan adriana tehenti, ia memilih menurut, mendekat ke arah arsen dan menyalimi suaminya selama 1 bulan ini.

    "Hati-hati dijalan mas."

  Arsen hanya menganggukan kepalanya, mulai berjalan menjauh meninggalkan ruang makan. Bersama adriana yang menatap nanar kepergian arsen. Pernikahan ini, harus tetap berjalan, entah sampai kapan yang terpenting kedua orang tuanya senang, adriana mendapatkan lelaki seperti arsen yang dianggap sempurna, meski nyatanya adriana tidak bahagia.

    ***

   "Astagfirullah, mas!" Pekik adriana terkejut begitu mendapati seorang lelaki dengan jas dokternya sudah berada diruangannya, tengah menatap keluar jendela.

   Lelaki yang disebutkan dengan panggilan mas itu membalikan tubuhnya, terkekeh kecil senang mendapati adriana terkejut dengan kehadirannya. "Kaget ya?" Tanyanya dengan wajah menggoda.

   Adriana menggelengkan kepalanya, mengabaikan kehadiran Adijaya damaswara, terus melangkah masuk kedalam ruangannya, meletakan beberapa barang bawaannya diatas meja.

   "Kenapa dek?" Tanya adi bingung sebab adiknya tak biasa mengabaikannya seperti tadi.

   "Lagi gak mood aja mas." Jawab adriana, menanggalkan jas yang ia kenakan dan menyisakan kemeja berwarna putih yang ia kenakan sebagai atasan.

    "Kenapa? Arsen?" Tanya adi, seakan tahu sebab dan alasan adriana menjadi badmood.

   "Bukan mas, ana udah kebal sama sikap dingin mas arsen, ini masalah lain." Jawab adriana yang kini tengah membereskan meja kerjanya, tangannya cekatan merapihkan dokumen-dokumen yang berceceran, serta beberapa sampah yang tergeletak asal.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang