Part 19 : Alasan

60 9 0
                                    

"Mas mau masakin apa?" Tanya adriana yang sedikit mengintip dari pantry, arseno berkata adriana tidak perlu membantu, dan biarkan ia saja yang memasak.

"Rahasia." Jawab arseno, yang sibuk memotong-motong sayur, serta merebus air.

Selama mereka menikah, adriana tidak tahu bahwa arseno bisa memasak, sebab biasanya adriana yang akan menyediakan makanan atau bibi yang memasak. "Saya baru tahu mas bisa masak." Ujar Adriana menatap lekat punggung gagah arseno yang membelakanginya.

"Saya tinggal selama beberapa tahun diluar negeri, memasak sendiri bukanlah hal yang asing, na." Jelas arseno, membuat adriana sedikit terkejut.

"Wah, apakah selama ini masakan saya tidak enak mas?" Tanya adriana, memang benar ia tak pernah menanyakan cita rasa masakannya, arseno pun tak pernah protes dengan rasa makanan yang ia buat.

"Rasa masakan mu lumayan, walau masih sering terasa asin." Jawab arseno dengan jujur, membuat adriana sedikit cemberut.

"Maaf yah mas, saya memang tidak memiliki keistimewaan apapun." Keluh adriana, memutar-mutar kursi pantry, merasa amat bersalah karena ketidakmampuannya dalam berbagai hal.

"No, seorang istri tidak harus selalu sempurna na, ada kalanya pekerjaan yang tidak bisa dilakukan istri maka bisa dilakukan oleh lelaki, begitu pula sebaliknya." Jawab arseno, bau dari bumbu-bumbu mulai menyeruak, terutama ketika arseno mengoseng-oseng sesuatu dipanci.

"Wanginya enak banget." Puji adriana.

Arseno sempat berbalik dan memberikan senyuman manis padanya, kemudian kembali fokus dengan makanannya. Menyajikan mie goreng tek-tek pada piring, lalu meletakannya didepan adriana.

"Nah, ayo dicoba." Tawar arseno.

Adriana bertepuk tangan kegirangan, mencium aroma yang luar biasa nikmat, mie spesial itu tampak menggoda dengan warna ke emasan, sosis, bakso juga sayur-sayuran yang menjadi peneman.

"Saya coba yah mas." Ucap adriana, menyendokan mie goreng itu, kemudian memakannya.

Adriana mengecap rasa yang dihasilkan pada lidahnya, mengunyah dengan lembut guna mengenali rasa yang memenuhi mulutnya ini. Adriana sedikit terkejut, ia membulatkan matanya, menyelesaikan apa yang ia kunyah setelahnya mengeluarkan sepatah kata.

"Enak, mas." Ujarnya, menyendokkan lagi mie goreng itu kedalam mulutnya.

Arseno yang sedari tadi memperhatikan, hanya bisa memberikan senyuman lebar, ia tidak tahu memandangi sosok adriana akan secandu ini, gadis itu tampak lucu dengan cara makannya, cara mengunyahnya hingga bagaimana ia tersenyum, seakan menjadi daya tarik sendiri untuk arseno.

"Mas, mau?" Tawar adriana, mengangkat sesendok mie didepan mulut arseno.

Arseno menerima suapan adriana, merasakan masakan yang telah ia buat, rasa biasa saja menurutnya, akan tetapi ada sesuatu yang membuatnya terasa luar biasa, senyuman serta bagaimana reaksi adriana, arseno suka itu.

"Mas mau lagi?"

"Tidak perlu na, habiskan." Jawab arseno, ia mendudukkan tubuhnya berhadapan dengan adriana, terus memperhatikan istrinya itu dengan lekat, arseno juga dengan cekatan menyediakan air minum untuk sang istri tanpa perlu di perintahkan.

"Kau suka?" Tanya arseno, masih tak mengalihkan seinci pun pandangan dari adriana.

"Suka mas, sepertinya setelah ini saya akan sering meminta mas untuk memasak." Jawab adriana, tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang