Part 6 : mantan?

71 12 0
                                    

      "Ana."

  Adirana langsung menoleh kebelakang, mengalihkan fokusnya dari kaca pada sesosok perempuan yang menghampiri, begitu cantik dengan dress berwarna peach, dipadukan dengan sebuah pita berwarna senada yang ia jadikan aksesoris dibagian belakang kepala.

    "Udah siap?" Tanyanya, menyentuh kedua bahu adriana dengan lembut.

    Wanda ayudia, perempuan itu merupakan istri dari kakak kandung adriana, yaitu adijaya damaswara, wanda dan adriana berteman sangat baik. Apalagi wanda sangatlah ramah, dan welcome terhadap orang baru, sebelum menikah dengan adi, wanda sering menjadi tempat curhat adriana, dan wanda juga tahu, bahwa claruna ellewys, adalah bagian dari diri adriana yang lain.

     "Udah mba, kaya gini aja, gak papa kan?" Tanya adriana, kembali menatap pantulan dirinya pada kaca cermin, ia berusaha tampak seperti adriana yang biasa, meski sangat sulit dilakukan.

     "Iya, kamu kaya adriana kok, jangan khawatir." Ujar wanda menenangkan, pasalnya ia tahu perasaan gelisah yang di alami oleh adriana, apalagi acara ini akan dihadiri banyak orang, termasuk beberapa reporter yang meliput.

     "Mba, arseno malu gak yah? Kenalin aku ke semua orang?" Tanya adriana lagi, wajahnya memang tidak berubah, bintik-bintik hitam itu masih sengaja di tunjukan, matanya juga dibuat sekecil mungkin agar tampak sipit, untungnya saja penata riasnya malam ini adalah leon.

    "Mba gak tahu na, tapi kalau semisal arseno malu dia gak akan ngadain acara segede ini buat resepsi pernikahan kalian. Dia juga bisa aja nolak, dan bilang gak mau adain acara ini." Jelas wanda.

     Adriana mengulum bibir, ia tidak menampik rasa takut itu ada, dirinya tidak peduli dengan cemoohan orang-orang terhadap dirinya, hanya saja hal itu pastinya akan berdampang pada arseno juga. Lelaki itu tampan, sangat tampan, bertubuh sempurna dan berlimang harta, lalu bagaimana jadinya jika disandingkan dengan gadis nerd seperti adriana, bukankah sangat tidak cocok, malah tidak terlihat seperti pasangan, melainkan babu dan tuan.

     "Na, kalau kamu insecure kaya gini, mending kamu kasih tahu aja kedunia kalau kamu tuh siapa, biar kamunya sendiri gak tertekan." Saran wanda dengan nada lembut.

    Saran itu langsung ditepis jauh-jauh oleh adriana, dia belum siap, dan keinginannya belum terwujud, nanti, jika semuanya telah adriana selesaikan ia akan pergi dan mengundurkan diri, berkata jujur pada semua orang bahwa selama ini ia memilih dua wajah.

    "Engga mba, semuanya masih harus ana selesain, belum saatnya orang-orang tahu." Jawab adriana.

   Wanda hanya memberikan tatapan sendu pada adik iparnya ini, hidupnya begitu pelik dengan segala intrik serta permasalahan yang tiada henti datang bertubi-tubi. Lalu wanda, hanya bisa menjadi tembok penghalang sementara, atau bisa dijadikan obat penenang dikala keterpurukan adriana datang.

    "Mba yakin, kamu tahu mana yang harus kamu lakukan."

  ***


  Setelah acara penyambutan selesai, arseno dan adriana kini tengah berbaur diantara tamu undangan, yang hadir sangatlah banyak, hingga membuat ballroom yang besar ini tampak sedikit sesak, oleh banyaknya tamu serta pelayan yang berlalu lalang membawakan makanan dan minuman.

      "Selamat pak, atas pernikahannya." Lelaki yang merupakan manager claruna menjabat tangan arseno dan adriana secara bergantian, mengucapkan selamat atas pernikahan mereka berdua.

     "Ya, terimakasih." Jawab arseno dengan nada dingin, tidak ada basa-basi lagi.

     "Oh ya, maaf pak, malam ini claruna tidak bisa hadir, ia sakit sekarang. Dan mengatakan menitipkan salam saja." Jelas lion dengan senyuman soknya, terlihat berusaha akrab dengan sosok arseno yang pendiam.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang