Part 3 : Pembicaraan serius

92 8 0
                                    

   "Mas, antarkan saya ke rumah sakit. Janji dengan pasien tidak bisa saya batalkan."

  Ucap adriana meminta pada arseno yang kini duduk bersebelahan dengannya, mereka sedang didalam mobil setelah beberapa jam berada dirumah keluarga airlangga. Mobil kini dijalankan oleh supir, arseno sangat jarang membawa mobil sendiri, entah ke kantor ataupu kemanapun ia pergi, jika membawa mobil maka akan ada selalu supir yang mengikuti.

     Arseno terdiam, ia hanya memberikan tatapan dinginnya pada adriana, tidak mengucapkan apapun lagi, yang sempat membuat adriana kecewa. "Antarkan kami ke rumah sakit damaswara."

   Adriana tersenyum lebar saat mendengar ucapan arseno, ya, setidaknya dengan ini jadwal yang telah diperbarui oleh lion tidak sia-sia, jangan sampai acara ini kembali tertunda karena kesibukan lain yang dilakukan oleh adriana.

    "Terimakasih mas."

    "Ya."

   ***

   Mobil itu berhenti di halaman depan rumah sakit, tadinya mereka berniat untuk memarkir mobil sampai kedalam, namun adriana mengatakan cukup mengantarkan dirinya sampai di depan pintu utama dan arseno pun menurutinya.

    "Mas, saya pamit yah."

    "Ya, hati-hati."

  Adriana tersenyum lebar, sebelum pergi ia menyalimi tangan arseno dan kemudian keluar dari dalam mobil itu. Adriana sudah mengabari lion agar menjemputnya di rumah sakit, pekerjaan disini hanya alasan, tentunya adriana akan pergi sebagai claruna.

     Mobil mewah itu kembali berjalan meninggalkan halaman rumah sakit, disana adriana menjerit kegirangan sebab arseno memberikan izin, memang selama ini arseno tidak pernah berkomentar mengenai pekerjaan adriana yang sangat padat serta tak terjadwal, bahkan kadang ketika hari libur nasional ada saja alasan yang diutarakan oleh adriana agar dapat pergi dari rumah, dan arseno menyadari hal itu.

    Tak lama setelah adriana turun dari mobil, ada sebuah mobil lain yang kini berhenti didepan adriana. Tanpa basa-basi adriana segera memasuki mobil itu. "Hah, akhirnya." Ujar adriana bisa bernafas dengan lega.

    Didalam mobil tampak seorang lelaki yang duduk di samping adriana, sedangkan yang mengendarai mobil adalah supir pribadi milik adriana. "Seru?" Lelaki itu bersuara, tangannya gesit memberikan beberapa barang pada adriana.

    "Capek." Jawab adriana, menerima barang pemberian lion, lelaki itu sangat cekatan dan begitu tahu apa yang adriana butuhkan, dalam pouch yang lion berikan, disana terdapat micellar, alat make up serta beberapa aksesoris yang butuhkan oleh adriana.

     "Itu resiko jadi istri, harus terima. Ditagih minta cucu yah?" Tanya lion lagi penasaran.

    "Hu'um, jadi kaya terbebani."

   Adriana membersihkan seluruh wajahnya, hingga tersisa wajah polosnya, disana lion pun turut membantu menata wajah adriana, agar wajah cantiknya bertambah berkali-kali lipat saat memakai make up.

      "Ya, tibang buat aja."

      "Enteng banget lo ngomong, lo kira buat debay kaya buat roti." Jawab adriana menoyor kepala lion karena ucapanya yang super santuy.

     "Lah, buat roti juga ada prosesnya, gak tiba-tiba langsung jadi kan?" Elak lion tidak terima, meski tengah berdebat, akan tetapi tangan lion tetap bergerak memoles wajah adriana—ralat, mari sekarang kita sebut claruna.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang