Part 13 : Elicya damaswara

63 8 4
                                    

      "Adriana."

    Arseno yang berlari dilorong, langsung memeluk tubuh adriana dengan erat, tak kala melihat gadis itu berdiri didepan pintu kamar dengan wajah yang ketakutan. Arseno khawatir, hal buruk akan menimpa adriana.

      "Mas..." Lirih adriana yang terkejut dengan pelukan mendadakan yang diberikan oleh arseno, jika boleh berkata jujur, ini adalah skinship pertama yang mereka lakukan, selain bersalaman.

        Arseno tidak mengidahkan panggilan itu, malah semakin mengeratkan pelukannya pada adriana, arseno merasa lega, melihat istrinya baik-baik saja. Adriana memutuskan untuk tidak melawan, membiarkan arseno melakukan hal yang ia inginkan, adriana sadar telah membuat arseno kalut karena kepergiannya yang tiba-tiba tanpa memberi kabar, dan untungnya saja ada jeda jarak sebelum arseno kemari, maka dari itu adriana sudah berpenampilan sewajarnya, mengenakan kacamata dan memakai make up.

       "Mas, saya tidak bisa bernafas." Ucap adriana yang kehabisan oksigen dalam pelukan erat arseno, apalagi tingginya hanya sebatas dada arseno.

         Arseno yang sadar langsung melepaskan pelukannya pada adriana, ia mengalihkan pandagan dengan wajah memerah menahan malu, baru saja menyadari apa yang ia lakukan.

      "Mas, maaf." Ucap adriana membuka pembicaraan, ia menundukan kepala tidak berani menatap arseno, sebab tahu bahwa apa yang ia lakukan salah.

       "Baiklah, masuk terlebih dahulu." Titah arseno, melewati tubuh adriana guna membukakan pintu kamar hotel, arseno masuk terlebih dahulu, dan mendudukan tubuhnya disofa, nafasnya masih terengah-engah sebab berlarian mencari adriana kesana dan kemari.

       Adriana mengekori dari belakang, ia juga ikut duduk disamping arseno untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Apa yang ingin kau jelaskan?" Ucap arseno, nada dingin itu kembali terdengar, membuat adriana sempat ketakutan.

      "Saya lapar, dan ingin memakan masakan lain, saya pergi dari hotel untuk mencarinya dan saya lupa memberi kabar pada mas." Jelas adriana dengan raut wajah lesu, tubuhnya sedikit lemas apalagi arseno menatapnya dengan tajam, seakan siap menikam adriana.

      Mendengar penjelasan dari adriana bisa sedikit meringankan beban arseno, ia menghela nafas panjang, menyugar rambut hitam legamnya menyandarkan tubuh pada sofa, semua bebannya tiba-tiba terangkat.

       "Maaf mas, sudah membuat mas khawatir." Tambah adriana, semakin ketakutan sebab arseno tidak memberikan jawaban.

      "Tidak apa, maafkan saya juga, karena tidak mengerti bahwa sedari tadi kau belum menyantap makanan." Jawab arseno, yang juga menyadari kesalahannya, ia tidak lupa bahwa mereka belum mencicipi makanan sedikitpun setelah pulang jalan-jalan.

        Adriana tersenyum lega, melihat arseno yang marah bercampur khawatir sudah sangat menyeramkan untuk adriana. Dan apa jadinya jika melihat lelaki itu marah besar, apakah akan terjadi perang dunia ke 3?

       "Mas sudah makan?" Tanya adriana.

      Arseno menjawab dengan gelengan, lelaki itu tengah sibuk memijat pelipisnya yang terasa sakit, kepalanya berdenyut nyeri, pekerjaan yang harus ia handle cukup banyak membuatnya seidkit kerepotan, ditambah lagi dengan hilangnya adriana tadi, membuat dirinya kalut tak karuan.

        "Apa ingin saya pesankan makanan mas?" Tawar adriana, arseno mengangguk menyetujui walaupun tidak mengeluarkan sepatah kata.

   Adriana beranjak dari tempat duduknya, berniat menelpon pihak hotel, untuk memesan makanan. Namun hal itu urung adriana lakukan, ia melirik arseno lagi, melihat lelaki itu tengah terdiam, memejamkan matanya tampak sangat kelelahan.

Two FaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang