'Maling°

583 136 236
                                    

"Ayah gak seharusnya bilang begitu di depan Jihan!"

Sedari tadi perdebatan terjadi di ruang keluarga mereka. Ruang keluarga yang harusnya menjadi tempat berkumpulnya keluarga malah menjadi tempat beradu argumen.

"Kalau yang ayah bilang benar kenapa kamu marah?"

Jaemin mengangguk paham. "Semakin lama ayah semakin suka main sama jalang ya?"

Sang ayah menangkat tangannya bersiap menampar pipi putranya yang kurang ajar terhadapnya.

"Bener kan? Kalau bener kenapa marah?" Lanjut Jaemin yang membuat ayahnya perlahan menurunkan tangannya.

Ayah Jaemin menatap Jaemin, "Ayah sayang sama kamu, Jaem." Kata ayahnya sembari memegang pundak putranya.

Jaemin tertawa, di banding tawa lucu itu lebih terdengar seperti tawa miris.

"Ayah sayang aku karena aku laki-laki kan? Dan kebetulan ayah emang butuh anak laki-laki. Iya kan?" Sinis Jaemin melepaskan tangan ayahnya yang berada di pundaknya.

Jaemin tak tau kenapa sang ayah begini. Di mata Jaemin, ayahnya adalah seorang bajingan yang tak pernah bertanggung jawab.

"Jaemin! Kamu putra ayah! Wajar kalau ayah sayang sama kam--"

"JIHAN JUGA PUTRI AYAH! HARUSNYA AYAH JUGA SAYANG SAMA DIA!" Sela Jaemin menaikkan nada bicaranya.

Cklek...

Pintu terbuka menunjukkan Jihan yang sepertinya terbangun di malam hari karena perdebatan ayah dan kakak laki-lakinya.

"Ayah? Abang?" Jihan melirik keduanya bergantian.

Sang ayah berdehem sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut tanpa menoleh ke arah Jihan sedikit pun.

"Ayah kenapa, Bang?" Tanya Jihan yang memakai piyama beruang itu.

"Biasalah, kesambet tuyul blegug." Jawab Jaemin asal.

Jaemin mengelus rambut Jihan pelan, "Tidur gih, liat tuh udah jam berapa. Kalau tidurnya malem-malem nanti cantiknya hilang lho!" Kata Jaemin sembari menunjuk jam dinding.

"Kak Heejin juga?"

"Hah?"

"Kalau Kak Heejin tidur malem-malem nanti cantiknya hilang?"

"Engga dong, dia kan cantiknya sampe ke tulang belakang." Jawab Jaemin sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan kembali ke kamar.

Di sisi lain,

Kini keluarga Heejin juga sedang berdebat di ruang tamu padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam.

"Berhenti paksa anakku!" Pekik sang mama yang mulai kesal dengan suaminya yang terus memaksa Heejin melakukan sesuatu.

"Heejin, plis sekali aja! Papa janji ini yang terakhir kali." Papa Heejin memegang tangan Heejin penuh harap.

Heerin--mama Heejin menepis tangan suaminya yang tengah memegang tangan putrinya.

"Kamu selalu bilang hal yang sama dari tadi! Kamu gak pernah bisa dipercaya!" Kesal Heerin menarik Heejin untuk masuk kamar.

Lagi-lagi, Papa Heejin menghadang mereka.

"Heejin! Papa mohon sama kamu!"

Heerin memutar bola matanya, "Sudah Heejin kamu tidur aja! Jangan dengerin papa kamu itu."

Papa Heejin menatap Heejin penuh harap, "Cantiknya papa, papa janji ini yang terakhir!"

Heejin mengusap air mata yang berada di ujung matanya.

To My Enemy | Jaemin Heejin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang