13 -- Elm Kehidupan

24 6 5
                                    

Cerita mengenai sejarah pernikahan King Edward dan Venus baru saja selesai untuk Nanny Eve ceritakan di depan para calon Knight.

"Nanny, apa sampai sekarang Duke William masih menyukai mendiang Queen Venus?" tanya Sean penasaran.

Nanny Eve tersenyum tipis saat menoleh ke arah Sean. "Kekuatan Mendiang Queen Venus untuk membekukan hati Duke William menghilang setelah dia mati dan itu membuat Duke William kembali mencintai kekasihnya tepat setelah kematian Queen Venus diumumkan." Sean kemudian mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Nanny Eve.

"Nanny, kau bilang jika nenek penjaga asrama di istana ini akan membantu menyatukan ketiga pasangan yang ditakdirkan. Jika Emperor Theo dan King Edward sudah berhasil menikah karena takdir yang pahit itu. Apa lantas sekarang Prince Thomas juga akan menikah karena takdir itu?" tanya Josh tiba-tiba.

Nanny Eve tersenyum kecil sambil menutup buku yang baru selesai ia ceritakan. "Kita lihat saja nanti, Josh. Ah, iya, pelajaran sejarah kerajaan untuk kalian hari ini sudah selesai. Kalian bisa beristirahat sekarang dan sampai jumpa lagi esok hari di ruang makan. Aku pergi dulu ...."

Auva menarik tangan Nanny Eve sambil menatapnya dengan serius. "Bisakah berbicara denganmu sebentar?" tanya Auva yang sontak mendapatkan sorakan dari 'rekan-rekannya'.

Nanny Eve membalikkan tubuh, lalu menghempas pelan tangan Auva yang ada di lengan kirinya. "Berhenti bertingkah, Auva. Apa kau tak bosan untuk terus menggangguku seperti ini?"

Sorakan dari rekan-rekan Auva terdengar semakin riuh hingga membuat Auva kesal. Pria itu lalu memelototi satu-persatu rekannya kecuali Dave dan Rei.

Auva kembali menatap Nanny Eve dengan penuh harap. "Aku benar-benar ingin berbicara serius bukan semata-mata untuk mengganggumu. Boleh, 'kan?"

Nanny Eve mengangguk ragu, tetapi langsung meminta para calon Knight yang lain keluar dari ruangan. Tentu saja, hal ini menimbulkan kegaduhan. Sebagian dari mereka bahkan masih sempat untuk meledek Auva sebelum benar-benar keluar dari ruangan.

"Kuharap kalian dapat mengendalikan diri. Aku pergi dulu, bye-bye Lovebird couple," ledek Jey sebelum menutup pintu.

Sepeninggal Jey, keduanya lantas saling menatap di dalam keheningan ruang perpustakaan.

"Ada apa, Auva? Kau ingin membicarakan hal apa padaku?" tanya Nanny Eve.

Auva menatap wanita di hadapannya dengan sedih, ia lantas menghela napas panjang. "Aku ingin bertanya padamu mengenai calon Eleven Knight. Apakah seorang warga asing punya kesempatan sampai akhir untuk menjadi seorang pengawal demi sang raja baru?"

Nanny Eve terdiam sebentar dan menatap Auva dengan wajah yang sulit untuk dipahami. Wanita itu lalu membuka lagi buku sejarah yang belum dia kembalikan ke dalam perpustakaan.

"Alasan yang membuat Emperor Theo, King Edward, dan Prince Thomas butuh pengawal khusus adalah mereka yang dulunya bukan warga asli dari Elm Island. Walau Duke William adalah orang asli Elm Island, tetapi dulu dia hanyalah saudara tiri dari King Edward yang tak ditakdirkan untuk menjadi seorang raja. Auva, kalau pun kau bukan orang asli dari negeri ini, tetapi jika kau punya semangat untuk melindungi kerajaan ini secara lebih khusus, semuanya akan baik-baik saja. Paham?"

Auva mengangguk, lalu tersenyum lebar. "Terima kasih karena selama ini kau selalu memberikan pelajaran sejarah yang berharga bagi kami, Nanny. Ya sudah, aku pergi dulu untuk istirahat. Kau juga jangan banyak begadang jika ingin membaca buku di perpustakaan. Bye-bye, Nanny ...."

Auva mengelus sebentar pipi Nanny Eve sebelum keluar dari perpustakaan. Tingkah manis Auva membuat wanita itu tersenyum sendu.

"Kau terlalu manis padaku, Auva. Aku harap kali ini Duke William takkan berbuat hal buruk lagi setelah tahu kedekatan kita. Maafkan aku, Auva, kau mungkin bisa jadi pria idaman bagi banyak wanita jika saja kau mau menghindariku, tetapi sepertinya kali ini kau juga akan lenyap sama seperti pengawal penggoda yang sebelumnya juga sering menggodaku."

.
.
.
.

Usaha bunga potong Jey kini dilanjutkan usahanya oleh Ara dan Jia. Toko cokelat itu kini juga digabung menjadi satu oleh Jia agar keduanya mampu mengelola kedua macam toko secara bersamaan.

"Lady, Jey itu seperti apa bagimu? Kenapa dia begitu mudah untuk menyerahkan toko ini padamu?" tanya Ara sambil menyapu lantai toko.

Jia tersenyum kecil sambil menata buku di mejanya. "Jey adalah seorang pria biasa yang cukup kaya dan sudah seumuran dengan Emperor Theo. Dia sudah banyak membantu hidupku selama ini dan sebagai imbalan dari kebaikan pria itu, aku diam-diam menikah dengannya agar ia bisa mendapatkan Elm keabadian dari Hanson. Ada semacam peraturan khusus di sini yang menyatakan bahwa seseorang yang menikah pasti akan mendapatkan satu bibit pohon Elm keabadian agar bisa digunakan sebagai 'dinding' anti penuaan."

Ara menganga karena kagum, "Apakah setelah mendapatkan bibit pohon itu, mereka yang sudah menikah akan sulit untuk mati?"

Jia menggelengkan kepala sambil mengelap meja dengan cairan pembersih serbaguna. "Mereka tetaplah manusia biasa hanya saja mereka berhenti menua setelah energi Elm keabadian mulai aktif. Tak heran kalau pada setiap rumah, kau selalu dapat melihat pohon elm di pekarangan."

Ara mengangguk paham dengan mata yang menatap takjub pada Jia. "Apa efek itu juga berlaku pada wanita?"

Jia mengangguk ringan, kemudian keluar dari toko untuk meletakkan tanaman Venus flytrap di sisi luar jendela dekat pintu masuk.

.
.
.
.

Rou dan Lauren berkacak pinggang begitu melihat David mengacaukan taman yang baru kemarin mereka buat. Sementara Justin, dia memilih kabur dan pergi untuk menarik pajak di pasar.

"David, apa kau tahu kalau berhari-hari kami menantikan tunas mawar tumbuh? Sekarang tunasnya rontok karena kau jatuh dan menimpanya!"

David tersentak kaget dan menatap Lauren dengan nyali yang menciut. "A-aku hanya ingin berlari u-untuk menghindari kejaran Rou. Dia memintaku untuk mengantarkan makanan kepada si pangeran itu untuk permintaan maaf. Tentu saja aku tak sudi untuk datang ke sana," keluh David.

Rou semakin memelototi David begitu mendengar keluhan yang keluar dari mulut pria itu.

Lauren menghela napas, kemudian mencengkram kerah baju David agar pria itu mau berdiri. Gadis itu lalu menoleh ke arah Rou. "Aku bisa mengantarkan makanan itu ke sana, tapi aku butuh alamatnya. Apa itu tidak apa-apa?"

Rou menaikkan alis dan menatap Lauren dengan heran. "Kau yakin ingin pergi ke luar hotel? Apa kau tak takut jika orang-orang akan memandangmu aneh begitu tahu bahwa kau berasal dari Sun Inn? Aku takut jika itu akan membuatmu merasa tidak nyaman."

Lauren tersenyum miring, lalu menggelengkan kepala. "Aku sudah tahu mengenai efek yang akan menimpaku begitu mereka mengenaliku sebagai pengawai dari Sun Inn. Hotel ini pernah dirumorkan warga mengenai masalah yang berhubungan dengan masa lalu Rylan dan King Edward dulu. Aku juga dengar kalau boss kitalah yang merenggut nyawa sang ratu. Tidak apa-apa, Rou, kau tak perlu merasa keberatan kepadaku," bujuk Lauren.

Rou menghela napas, lantas mengangguk lemah. Wanita itu kemudian masuk ke dalam dapur sambil menarik lengan Lauren dan meninggalkan David sendiri di taman.

"Lauren tahu banyak hal mengenai boss dan rasanya sedikit janggal kalau dia tahu hal itu secara diam-diam. Aneh sekali ...."

*****

The Secret of Elm Island (THE END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang