07 -- Kenyataan

32 8 4
                                    

Malam berlalu dengan begitu cepat dan pagi hari pun segera tiba. Gonggongan Lucky samar-samar terdengar dari balik kamar Rylan. Pria pucat itu lalu membuka mata secara perlahan dan turun dari kamar untuk membuka korden jendela. Ia juga membuka pintu balkon dan berniat untuk duduk di bangku yang sudah diletakkan di sana.

Rylan menyentuh bangku kayu itu, lalu mendesis pelan. "Aku sudah bilang pada Justin untuk mengecat bangku yang ada di balkon hotel. Kalau memang dia tak bisa, bukankah dia masih punya banyak bawahan? Aissh ... ."

Rylan lalu duduk di balkon dan menatap keadaan sekitarnya dengan cermat. Dari balkon hotel dia bisa melihat Auva yang melepas rantai kekang Lucky lagi. Dia juga bisa melihat Jey dan seorang gadis asing yang sedang sibuk memilah-milah bunga yang Auva ambil di dekat Nobes Montem tadi malam.

"Aku baru tahu kalau Jey bisa juga mencari kekasih. Kukira dia menyukai gay karena terus-terusan tahan untuk hidup dengan Auva," komentar Rylan sambil terkekeh pelan.

Rylan berniat untuk menutup mata, tetapi pekikan seorang gadis benar-benar membuatnya terganggu.

"Wah! Itu Ara, 'kan? Ara!! Kau ada di sini juga?!"

Rylan mencari siapa pemilik suara itu, lalu matanya menatap bingung pada reaksi Lauren.

"Siapa itu Ara?" ucap Rylan pelan.

Lauren terlihat berdecak kesal karena sepertinya Ara tak mebdengarkan teriakannya.

"Sepertinya gadis gila itu tak tahu kalau orang yang mendapatkan Slippery Elm dari Hanson, takkan bisa dilihat lagi oleh orang sesuka hati. Sama seperti David dan Justin yang tak terlihat lagi oleh mata Auva juga orang di sekitar hotel ini, gadis itu pun punya nasib yang sama sekarang," ucap Rylan dalam hati.

Rylan tersenyum kecil, lalu beranjak dari balkon dan berniat untuk kembali ke kamar untuk mandi pagi.

.
.
.
.

"Kenapa Ara tak bisa mendengarkan suaraku? Apa dia tak bisa melihatku?!" ucap Lauren bingung.

Lauren kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar hotel agar bisa menemui Ara secara langsung. Gadis itu berjalan dengan terburu-buru di lorong hotel dan bertemu dengan seorang pria pucat di sana yang tengah sibuk berbincang pria mesum yang kemarin menegurnya di sungai.

Saat Lauren baru saja melewati mereka beberapa langkah, pria mesum yang bernama David itu secara tiba-tiba menarik lengan kanannya.

"Kau mau pergi ke mana? Kalau kau ingin pergi keluar tanpa izin kepada boss kami, kau takkan bisa. Kembalilah ke kamarmu sekarang, gadis nakal," omel David sambil menyeret Lauren.

Lauren mendelik tak percaya, lalu meronta-ronta agar bisa lepas dari cengkraman tangan David di lengannya. "Kenapa kau melarangku pergi? Kau ini siapa? Kau tak berhak mengatur hidupku!! Lepaskan tanganku sekarang!!"

David menoleh ke arah Lauren sebentar, lalu memilih untuk menggendong gadis itu seperti karung beras.

"Pria mesum!! Kau mau membawaku ke mana?! Lepaskan aku!!" pekik Lauren histeris.

"Diamlah, Nona Arogan ... Apa kau mau kubanting di lantai ini?" bisik David pelan.

Lauren pun langsung terdiam dan mengerucutkan bibir karena kesal.

David berjalan ke arah dapur hotel dan membuka pintu yang menghubungkan dapur dengan taman hotel. Pria itu membawa Lauren ke tempat di mana Slippery Elm ditanam.

Setelah sampai di tempat tujuannya, David langsung menurunkan tubuh Lauren.

"Kenapa kau membawaku ke tempat ini? Kau mau apa? Kau takkan macam-macam, 'kan?" tuduh Lauren.

The Secret of Elm Island (THE END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang