Ara menatap Jia yang sedang sibuk melayani seorang pembeli sambil merengut karena bunga mawar yang dia jual dicerca habis-habisan. Sudah tak berniat membeli, wanita itu justru mengomentari penampilan bunga yang ada di tokonya. Benar-benar menjengkelkan ... .
"Kalau kau tak mau membeli bunga ini, kenapa kau juga harus mengomentari penampilannya?" Jia berkacak pinggang sambil melotot pada calon pembeli yang tengah mengolok-olok bunga yang dia pajang.
"Nona, aku 'kan sudah bilang padamu tadi kalau aku hanya mengatakan kebenaran agar lain kali kau jual bunga yang segar. Kenapa kau melotot padaku seperti itu?" Wanita tua itu terlihat mengelus-elus anjing kesayangannya sambil bersitegang dengan Jia.
"Bunga itu memang berwarna pink pucat bukan karena bunga itu sudah tidak segar, Nyonya. Aku bahkan baru memetiknya beberapa jam yang lalu. Kalau kau tak punya uang, kenapa datang ke sini?" keluh Jia.
Wajah wanita tua itu lalu memerah padam saat mendengar ucapan Jia yang kurang ajar. "Nona, kau mungkin adalah seorang penjual bunga, tapi apa kau tak bisa untuk sopan sedikit dengan orang tua?" ocehnya protes.
"Kau-- ... ."
.
.
.
.Dari kejauhan, Ara melihat kejadian itu dengan kening yang berkerut. "Bukankah itu adalah anjing yang sering Auva lepas tiap pagi? Jadi, wanita tua itu yang selama ini adalah majikan Si Lucky?"
Ara yang sudah sedikit jengah dengan pertengkaran sepele antara penjual dan calon pembeli itu, lantas memilih untuk menghampiri mereka.
"Permisi ... ," Ara menyapa kedua wanita itu dengan hati-hati.
Jia dan wanita tua majikan Lucky lantas menoleh ke arah Ara secara bersamaan.
"Saya ingin berbicara sebentar dengan Nona Jia. Saya datang ke sini atas rekomendasi dari Tuan Jey. Apa boleh?" ucap Ara hati-hati.
Wanita tua itu lantas berdeham canggung, lalu pergi begitu saja ketika fokus Jia sudah beralih ke Ara.
"Apa kau adalah Ara, si gadis asing yang juga datang dari luar Elm Island sama sepertiku? Jey kemarin baru mengobrol denganku untuk membahas tentangmu," ucap Jia memastikan.
Ara mengangguk dengan antusias sambil tersenyum lebar. "Iya, saya adalah gadis itu, Nona. Hari ini saya datang pada anda untuk meminta bantuan agar setidaknya saya memiliki tempat tinggal di pulau ini."
Jia mengangguk santai, lalu menatap penampilan Ara dari bawah sampai atas. "Kau boleh tinggal di tempatku kalau kau punya uang sewa. Kau punya uang?" ucap Jia sambil bersedekap.
Mata Ara langsung berbinar dan secara reflek, gadis itu langsung menyalami Jia dengan senang.
Jia melihat kelakuan Ara dengan geli, senyum wanita itu lantas muncul. "Panggil aku Lady mulai sekarang dan mulai hari ini juga kau bisa ikut denganku."
Ara tersenyum senang sambil menganggukkan kepala tanda setuju.
"Kehidupan di tempat ini bahkan terasa lebih buruk daripada kehidupan di tempat asalku dulu. Apa gadis ini mampu untuk bertahan?"
.
.
.
.Pelayan pribadi Prince Thomas datang ke balkon kastil sambil membawa buah-buahan segar, ia berencana untuk memberikan buah itu kepada sang pangeran yang kini tengah melamun sambil menatap langit.
"Prince, makanlah walau hanya sedikit saja. Apa anda mau membuat King Edward terus saja cemas pada keadaan anda?"
Prince Thomas menoleh ke arah pelayannya, lalu tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Aku malas makan, Nanny. Kalau tahu kehidupanku akan seperti ini, mungkin dulu aku takkan menerima ajakan raja itu untuk menjadi orang penting yang tinggal di kerajaan ini. Nanny, kemarin aku bertemu dengan Justin di Sun Inn, tempat kekasihku bekerja. Sudah lama aku tak melihat dia dan persis dengan yang dulu ia katakan padaku, kehidupan di luar sana bahkan jauh lebih indah," keluh Prince Thomas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Elm Island (THE END) ✔️
خيال (فانتازيا)King Edward mengadakan sayembara untuk mencari para prajurit khusus demi keamanan Prince Thomas yang sebentar lagi akan naik tahta menggantikan dirinya. Namun, ketika para prajurit terpilih sudah masuk ke dalam kehidupan para warga kerajaan, secara...