Lauren dan David bersembunyi di villa pribadi milik Rylan sampai keadaan membaik. Walau mereka sendiri tahu jika kali ini orang-orang kerajaan takkan melepaskan mereka begitu saja.
Jika nanti pernikahan sampai dimulai karena sebuah ramalan, mungkin pernikahan itu akan berujung tragedi seperti kisah cinta Emperor Theo dan King Edward. Tentu saja Lauren tak ingin jika tragedi itu juga terjadi padanya. Gadis itu bahkan bukan orang Elm Island. Dia hanyalah seorang gadis biasa yang terdampar dan masih punya keinginan untuk pulang ke asalnya.
"David, apa menurutmu perbuatan kita sudah benar? Aku takut sesuatu terjadi kepada rekan-rekan kita."
David tersenyum tipis ketika Lauren berbicara sambil mendusel dengan manja. Pria itu kini tengah duduk di sofa panjang sambil membaca buku dan sesekali mengelus rambut panjang Lauren.
"Rylan, Rou, ataupun Justin, mereka bertiga sudah terbiasa untuk melawan pemerintahan King Edward. Kami semua kurang menyukai pemerintahan para penguasa yang sudah mendesak kami untuk menghilangkan nyawa para prajurit. Kami sangat membenci ramalan itu. Kau paham?"
Lauren mendongak dan menatap David dengan sendu. Sorot mata pria itu seakan menyiratkan sebuah kesedihan.
"Tahta itu harusnya milik Duke William. Pangeran yang berasal dari keturunan Emperor Theo. Namun, karena masa lalu ayahnya yang dianggap buruk oleh masyarakat, pangeran itu tak diizinkan naik tahta. Marquis Leo dan Count Levie berusaha menguasai kerajaan baik dari luar maupun dalam. Kau tahu? Kehidupan di kerajaan yang terlihat mewah benar-benar palsu. Tak ada hal yang patut untuk dibanggakan di sana."
Lauren membelai wajah David dan tersenyum tipis. "Aku tahu jika kehidupan di tempat itu sangatlah merepotkan. Aku juga dengar dari Rou kalau putra dari Emperor Theo sudah menikah dengan Nanny Eve. Apa itu benar?"
David tersenyum lembut sembari mengecup pucuk kepala Lauren. Pria itu meletakkan bukunya ke meja, lalu memeluk erat tubuh mungil Lauren sambil merebahkan diri di sofa.
"Kau tak perlu memikirkan hal itu karena aku ingin kau memikirkan aku yang berada tepat di depan matamu. Kau paham?"
Lauren memekik pelan saat David mencubit hidung mancungnya, ia melotot lucu ke arah David dan membuat pria terkekeh.
Manis sekali ....
.
.
.
.Duke William menatap tajam kepada Auva yang saat ini tengah menggoda Nanny Eve. Ingin rasanya ia melenyapkan pria itu jika tak ingat kalau sang ayah melarang dirinya membunuh orang-orang dari luar Elm Island.
Duke William lantas beranjak dari dapur dan pergi ke lapangan untuk mengecek Baron Jhon yang rupanya tengah mengomeli Kevin dan Vernon karena kepergok tengah mengganggu Mark dan Sean.
"Ayah membuat banyak manusia dari luar Elm Island masuk ke dalam pulau ini dan menjadikan mereka semua 'pion-pion' di papan permainan. Apa sebenarnya keinginan ayah yang sampai saat ini masih dia rahasiakan dariku?"
.
.
.
."Berkali-kali kalian berdua terus saja menganggu Mark dan Sean. Lihatlah Jey dan Rei yang bahkan terlihat fokus berlatih panahan walau tengah jam istirahat," omel Baron Jhon sambil berkacak pinggang.
Kevin dan Vernon hanya menghela napas dan menoleh ke arah Jey dan Rei yang memang sedang fokus untuk memanah buah mangga yang sudah matang dari salah satu pohon mangga yang ada di asrama para calon knight yang tersisa. Tsk ... Berlatih apanya! Mereka berdua memang tengah menggunakan busur dan anak panah, tetapi bukan untuk berlatih melainkan tengah berusaha untuk mengambil buah mangga agar bisa mereka makan!
"Mereka bukan sedang berlatih, Lord! Mereka sedang mencoba untuk mengambil buah mangga dari pohon karena mereka tidak bisa memanjat pohon," ujar Kevin tak terima.
Vernon mengiyakan protesan Kevin sambil sesekali melotot tajam ke arah Sean yang diam-diam menjulurkan lidah untuk meledek Kevin dan Vernon.
Baron Jhon memijat kepalanya yang terasa pening karena sudah terlalu sering untuk menegur 'anak buahnya'. Pria itu menghela napas dan memilih untuk meninggalkan lapangan tanpa berucap apapun. Ia sudah sangat lelah untuk menghadapi kedua anak nakal yang pandai membalas ucapannya!
Mark menatap kepergian Baron Jhon dengan iba, lantas melotot ke arah Kevin dan Vernon.
"Oyy, kalian berempat! Berhenti saling mengejek! Kalian tak mau buah mangga yang sudah kami dapatkan?!" teriak Jey lantang.
Keempat pria itu lantas menoleh secara bersamaan ke arah Jey sambil tersenyum lebar.
"Kekanak-kanakan sekali," ucap Duke William dalam hati.
Duke William memilih untuk segera pergi dari lapangan tanpa menyadari jika Rei melihat kehadiran pangeran itu dari kejauhan.
.
.
.
.Marquis Leo yang baru saja kembali dari perbatasan tadi pagi, kini tengah meneguk Citron Presse setelah bangun tidur sambil mengamati kegiatan para calon knight.
"Di waktu siang hari seperti ini dengan udara yang cukup panas, para calon knight itu terus saja menguji kesabaran Baron Jhon. Mungkin setelah ini, aku akan berbicara pada Count Levie untuk menambah gaji bawahannya."
Marquis Leo lantas membalikkan badan dan beranjak pergi untuk mencari Count Levie. Pria itu menuruni anak tangga sambil bersiul pelan. Saat langkahnya terhenti di anak tangga yang terakhir, ia melihat sebuah kejadian yang sedikit menggelikan tengah terjadi di ruang makan istana.
"Lagi dan lagi, para calon knight tergoda dengan kecantikan Eve. Apa Duke William sudah melihat hal ini?" ujar Marquis Leo lirih. Pria itu lantas meletakkan gelas yang dia bawa dari kamar di meja kecil yang berada di samping anak tangga terakhir.
Suara gelas yang beradu dengan marmer meja membuat Auva dan Nanny Eve tersentak kaget.
Nanny Eve mendorong Auva yang tengah membantunya untuk menata meja. Wanita itu lalu menghampiri Marquis Leo.
Auva menghela napas dan memilih pergi dari ruang makan menuju ke dapur.
"Nanny, kenapa pemuda itu selalu ada di sekitarmu akhir-akhir ini? Apa Prince Thomas dan Duke William tak terganggu dengan kehadirannya?"
Nanny Eve tersenyum sendu, ia menggelengkan kepala pelan, lantas mengambil gelas yang ada di meja.
"Walau Auva adalah calon knight, tapi dia cukup berguna di dapur. Pria itu bisa membantuku karena memang cukup pandai mengolah bahan masakan. Kalaupun Auva tak lolos untuk menjadi seorang knight, ia akan tetap berguna di kastil ini."
Marquis Leo mengangguk paham lantas pergi meninggalkan Nanny Eve. Sebelum pergi, pria itu sempat membisikkan sesuatu ke telinga si wanita. "Berhati-hatilah dengan pria itu, Eve. Saat ini suamimu mungkin masih diam, tapi jika pria itu sudah terlalu dekat denganmu, ia bisa saja mati sama seperti pria-pria yang sebelumnya mendekatimu."
Nanny Eve menatap kepergian sang pria 'penakluk dari perbatasan' itu dengan senyum miring. "Memang hal apa yang akan dilakukan oleh suamiku kali ini? Auva berasal dari luar Elm Island dan dia adalah pria yang cukup 'sopan' jika dibandingkan dengan pria lain. Lagipula Duke William menikah denganku karena permintaan terakhir dari Queen Venus sebelum mati. Pria dingin itu hanya sekadar melindungiku bukan mencintaiku seperti anggapan banyak orang."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Elm Island (THE END) ✔️
FantasíaKing Edward mengadakan sayembara untuk mencari para prajurit khusus demi keamanan Prince Thomas yang sebentar lagi akan naik tahta menggantikan dirinya. Namun, ketika para prajurit terpilih sudah masuk ke dalam kehidupan para warga kerajaan, secara...