26 -- Bertemu kembali

21 8 2
                                    

David, Justin, Ara, dan Rou sudah ada di depan gerbang untuk bertemu Auva dan Jey. 'Ketiga manusia' yang datang bersama Ara memang punya masalah pribadi dengan Auva, tetapi untuk hari ini saja, setidaknya mereka harus mengesampingkan masalah tersebut. Seharusnya begitu ....

"Apa kalian menunggu lama? Maafkan kami berdua ...."

Auva dan Jey meminta kepada penjaga gerbang untuk memasukkan keempat orang yang sudah lama menunggu mereka di depan gerbang kastil. Mereka mendapatkan telepon dari Ara mengenai rencana kedatangannya.

"Ra, aku tak tahu mengapa tiba-tiba kau ingin bertemu denganku sambil membawa ketiga manusia dari Sun Inn. Apa sesuatu telah terjadi? Ah, iya, di mana Jia?"

Wajah Jey yang selalu terlihat ceria itu menjadikan Ara seperti seorang 'penjahat' yang kini tengah berusaha untuk merampas senyum dari pria itu.

"Maafkan aku, Jey ... Aku benar-benar tak bisa kau andalkan, aku tak bisa untuk membuat istrimu terus bertahan di pulau ini. Dia ... Dia sudah menghilang. Lady telah kembali ke asalnya."

Napas Jey tercekat secara tiba-tiba bersamaan dengan senyum lebar yang perlahan hilang dari bibirnya. "A-apa?"

Auva menahan tubuh Jey yang seperti ingin jatuh terduduk. Pria itu lantas menatap Ara yang menundukkan kepala dengan wajah yang serius. "Dia sudah kembali?" Ara mengangguk pelan sambil mendongakkan kepala untuk melihat Auva yang sudah semakin tinggi sejak masuk ke dalam kelompok calon knight.

"Va, kami semua datang kemari untuk bertemu dengan wanita tua yang menjadi penjaga asrama gaib di dalam wilayah kastil rajamu. Aku yakin jika ini ada hubungannya dengan ramalan yang mengerikan itu," ujar Justin serius. Pria itu memang dua tahun lebih muda dari David, tetapi untuk hal semacam ini, ia bisa untuk diandalkan.

"Jia bukanlah siapapun bagi kalian dan untuk apa kalian ingin bertemu dengan grandma?" ujar Auva balik bertanya. Pria itu memang bertanya pada ketiga manusia yang dibawa oleh Ara, tetapi matanya justru menatap tajam kepada Rou.

David lantas menyembunyikan Rou di belakang tubuhnya dan balas menatap tajam Auva. "Kita semua yang awalnya datang ke pulau ini sebagai orang asing, pada dasarnya adalah berasal dari satu tempat yang sama. Kau jangan lupa jika dulu Jia datang bersamaku sebagai sepasang kekasih. "

Auva tersenyum miring, lantas semakin mendekati tubuh kekar David. Pria itu menarik kerah 'mantan kekasih Jia' dengan kasar. "Kau pergi meninggalkanku sama seperti yang telah dilakukan oleh Rou dan Justin. Namun sekarang, kau kembali lagi ke hadapanku dan tiba-tiba ingin mencampuri urusan dari orang-orang terdekatku?!"

David menutup mata sambil tersenyum miring ketika Auva menarik kerahnya terlalu kasar. "Damn! Bahkan tenaga pria ini sudah terlalu kuat! Auva terlalu erat dengan kerah bajuku dan itu membuat leherku seperti sedang dicekik!" pekik David dalam hati.

Rou menghempaskan tangan Auva, lantas menatap tajam pria itu. "Kau berubah semakin banyak, Va. Aku beruntung karena setidaknya kita sudah bukan lagi sepasang kekasih."

Ara dan Jey menghela napas secara bersamaan. Keduanya lantas pergi meninggalkan mereka diam-diam untuk pergi menemui nenek penjaga asrama gaib.

"Masalah mereka terlalu pelik dan kita tak perlu untuk mendengarnya. Lagipula, kau sendiri ingin menemui Lauren juga, 'kan?"

Ara tetap saja menatap Jey yang terlihat seperti sedang 'memaksakan perasaan'. Pria itu memang terlihat tersenyum lebar saat menariknya untuk menjauhi lapangan, tetapi gadis itu juga yakin kalau perasaan pria itu saat ini sedang tidak baik-baik saja.

.
.
.
.

"Penobatanmu dan ketujuh knight itu akan tetap dilaksanakan, walau mungkin sedikit terlambat. Aku yakin kalau kau sedang tidak baik-baik saja, Prince."

Prince Thomas hanya menatap Lauren sambil tersenyum tipis, sangat tipis tanpa berucap apapun.

Suasana kembali terasa sepi ketika Lauren sudah kembali terdiam. Pikiran 'pasutri baru' itu terbagi ke banyak hal. Jangankan mengatasi masalah itu, memikirkan masalah itu saja sudah membuat kepala pening.

Auva dan Jey yang tadinya diarahkan pelayan ke taman untuk bertemu dengan Lauren dan Prince Thomas lebih dulu sebelum bertemu dengan nenek penjaga asrama gaib, kini melangkahkan kaki untuk menghampiri 'pasutri baru' itu.

"Permisi, Prince, Princess, saya Jey salah satu calon knight yang tiba-tiba datang untuk menemui Anda berdua. Teman dari Princess meminta diri untuk bertemu dengan Anda."

Prince Thomas mengiyakan ucapan Jey, lantas beranjak dari bangku taman untuk masuk ke dalam kastil. Pria itu bahkan tak melihat ke arah orang yang baru saja meminta izin padanya. Ckckck ....

"Di mana dia, Knight?" tanya Lauren penasaran.

Jey tersenyum lebar, lantas menggeser tubuh besarnya yang sudah sukses untuk menyembunyikan tubuh mungil Ara.

"A-ara?!"

.
.
.
.

"Eve, apa ada prajurit dan pelayan baru di sini? Seingatku, Edward bahkan tak pernah mengganti pekerjanya kecuali jika mereka sudah tak mampu untuk bekerja lagi."

Nanny Eve mengikuti arah pandangan nenek penjaga asrama gaib hingga mendapati Auva tengah berdebat dengan kedua pria dan satu orang wanita. Eh, apa?!

Nanny Eve buru-buru menghampiri mereka keempat, wanita itu lalu segera melerai perdebatan mereka.

"Apa yang sedang kalian lakukan?!" pekik Nanny Eve. Wanita memisahkan Auva yang kini justru sedang berdebat dengan Rou. Justin dan David yang seharusnya melerai pertengkaran mereka justru terlihat diam saja di tempat. Wah, kedua pria itu benar-benar!

Walau Rou dan Auva dulunya sepasang kekasih, tetapi untuk beberapa alasan, kadang kedua bisa saja bertengkar. Jangan salah, walau Rou seorang wanita yang berbadan kecil, tenaga yang dia gunakan untuk berkelahi tetap saja tak bisa untuk diremehkan.

Rou menarik rambut Auva dan berusaha untuk menjitak kepala pria itu dengan kepalanya sendiri dengan kekesalan yang begitu membuncah. Tentu saja sang pria membalasnya, walau yang dia lawan adalah seorang wanita sekalipun. 'Mantan sepasang kekasih' itu berguling-guling di rerumputan dan membuat Nanny Eve semakin panik.

"HEYY, KALIAN!! KENAPA DIAM SAJA DI SITU?! CEPAT BANTU AKU UNTUK MELERAI KEDUA BOCAH INI!!"

Justin dan David tersentak kaget ketika mendengar teriakan Nanny Eve yang sangat melengking. Kedua pria itu lantas buru-buru memisah kedua teman mereka.

Bukannya dapat dihentikan, Justin dan David justru terkena pukulan dari kedua temannya.

Kekacauan yang dilakukan oleh Rou dan Auva semakin mengundang rasa penasaran orang dari kerajaan yang kebetulan lewat.

Dari kelima calon knight, Baron Jhon yang baru saja mengantarkan laporan kepada Viscount Edo, Duke William yang baru kembali dari Nobes Montem, sampai Marquis Leo dan Count Levie yang baru keluar dari kamar King Edward.

Nenek penjaga asrama gaib menghela napas ketika kekacauan sepele yang ditimbulkan kedua manusia beda kelamin itu semakin rusuh. "Satu nyawa yang kembali ke asalnya berhasil membuat nyawa yang lain semakin sulit untuk mengendalikan diri. Jika mereka lebih lama ada di pulau ini, mungkin saja perang benar-benar akan terjadi," ujarnya dalam hati.

Wanita tua itu lantas membacakan sebuah mantra sambil mengarahkan tongkatnya ke arah Rou dan Auva. Sorot cahaya berwarna biru muda muncul dari tongkatnya dan menimpa tubuh mereka. Dengan begitu cepat, keduanya pun pingsan secara tiba-tiba.

"Bawa kedua anak itu ke dalam perpustakaan. Jangan biarkan orang lain masuk kecuali aku. Kalian semua, bubar!!" titah wanita tua itu.

Semua orang yang mendengar titah sang nenek kemudian buru-buru pergi dari taman itu hingga hanya menyisakan Justin, David, dan Nanny Eve.

Kekacauan yang lebih besar bahkan belum dimulai.

*****



The Secret of Elm Island (THE END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang