34 -- Roh hitam

13 6 0
                                    

Kekacauan yang telah terjadi biasanya akan sulit untuk diperbaiki ke dalam keadaan semula.

"Jadi, apa roh itu sekarang berada di antara pohon-pohon besar ini?" tanya King Thomas sambil menatap ke arah delapan pohon slippery elm berukuran raksasa yang tersebar di sekeliling kastil.

Empress Artic menggelengkan kepala, "kedelapan pohon itu ditanam di delapan titik dan membentuk lingkaran mata angin. Roh hitam itu mungkin berada di dalam pohon yang ada di dalam kastil, tepatnya berada di lapangan untuk pelatihan para knight."

Jey mengerutkan dahi dan ia ingat jika ada sebatang pohon mangga di lapangan. "Apa roh itu selalu berdiam diri di sana?" tanyanya.

"Roh itu pada dasarnya tak memiliki bentuk yang pasti. Ia sering berubah-ubah dan pergi ke banyak tempat yang membuatnya nyaman," jawab Empress Artic.

"Kita harus segera masuk dan kau bisa buka pintu sekarang," titah grandma.

Jey kemudian menganggukkan kepala, mereka lantas membuka pintu gerbang menuju lapangan.

Ketika pintu gerbang terbuka, arena lapangan yang biasanya terlihat terang, kini justru tampak begitu gelap.

"Wow, pohon mangga yang biasanya hanya setinggi atap asrama kita, kini lebih terlihat seperti pohon besar yang sudah bertahun-tahun hidup. Luar biasa ...," decak Jey kagum.

King Thomas, grandma, Empress Artic mengikuti langkah Jey setelah mengantar Viscount Edo, Auva, dan Sean untuk disembunyikan bersama Nanny Eve, Hanson, dan Queen Lauren sampai permasalahan dalam kastil selesai. Sementara Rei dan David pergi menyusul Kevin dan Vernon untuk ikut membantu mereka berdua saat menghadapi kekacauan di luar kastil.

Tugas orang-orang itu memang terdengar begitu rumit.

"Roh hitam itu ada di dalam pohon ini sekarang. Jey, apa kalian masih menyimpan kapak untuk menebang pohon?" tanya Empress Artic tiba-tiba.

Jey menggelengkan kepala, "Di tempat ini, tak ada orang yang menyimpan kapak untuk menebang pohon. Biasanya kapak itu digunakan para tukang kebun yang datang kemari untuk mengurus taman dan mungkin berada di tempat yang ada di dekat taman. Kau tahu gudang senjata di dekat sana?" jawabnya.

"Apa ada alat lain yang bisa digunakan seperti kapak? Kita tak mungkin menggunakan sihir hanya untuk memotong pohon karena nantinya kekuatan itu akan kita gunakan untuk melawan roh hitam," tanya grandma. Wanita tua itu terlihat begitu murung saat menatap pohon di depannya.

"Setahuku kerajaan ini punya banyak macam senjata. Kenapa kau bilang kalau tak ada yang bisa kita gunakan ketika kita ingin menebang pohon?" keluh King Thomas.

Jey menghela napas panjang dan kembali menggelengkan kepala. "Selama ini kami berlatih perang menggunakan alat yang seadanya saja. Kami para knight diperlakukan layaknya 'sampah' dan itu telah terjadi sejak lama. Tak heran jika kami sebenarnya masih kurang pantas untuk diangkat menjadi seorang knight karena kurangnya perhatian. Kalau kau mau, kau bisa menggunakan Hallberd untuk menyelesaikan permasalahan ini."

"H-hallberd?!"

"Ya, Hallberd, walau seharusnya kita menggunakan kapak itu untuk perang, tapi saat ini ada hal yang jauh lebih penting, 'kan?" ungkap Jey.

King Thomas pun mengangguk dan meminta Jey untuk mengambilkan Hallberd.

Beberapa menit kemudian ....

King Thomas dan Jey sudah memegang Hallberd, keduanya mengambil napas panjang sembari bersiap-siap untuk menebas pohon.

"Kita mulai sekarang!" teriak grandma dan Empress Artic.

Kedua pria itu menganggukkan kepala dan mulai mengayunkan Hallberd ke arah pohon. Tebasan pertama membuat cairan berwarna merah seperti darah mengalir deras.

"Wow, a-apakah ini darah?!" pekik Jey.

"Teruskan saja, Jey! Cairan itu bukan darah, tapi hanyalah getah biasa yang dipengaruhi ilusi agar orang yang berusaha untuk menebangnya mundur dan mengurungkan niat! Ayo, teruskan!" teriak Empress Artic.

King Thomas lantas menepuk bahu Jey, "Semuanya akan kembali baik-baik saja. Kita harus menebas pohon ini agar bisa mengambil pohon kecil yang ada di dalamnya. Ayo!"

Jey tersenyum tipis, lalu menganggukkan kepala.

Kedua pria itu pun akhirnya kembali melanjutkan untuk menebas pohon di depan mereka. Tebasan kedua membuat daun-daun di pohon itu rontok. Tebasan ketiga membuat semua ranting pohon berjatuhan. Terakhir, tebasan keempat membuat batang dan dahan pohon yang tersisa jatuh.

Anehnya, saat pohon itu tumbang, bagian dalam pohon tak terlihat seperti pohon mangga pada umumnya. Batang pohon itu berongga seperti batang kangkung!

"Wow!"

Sebatang pohon slippery elm berdaun hitam terlihat di dalam bagian yang berongga itu. Ukurannya cukup kecil dan hampir sama dengan pohon slippery elm yang biasanya Hanson berikan kepada orang Terra Nubibus saat bertemu dengannya.

Secara perlahan, pohon itu berubah menjadi lebih besar. Dedaunan hitamnya mengeluarkan asap hitam pekat dan membentuk seperti siluet manusia.

Roh hitam itu akhirnya memperlihatkan diri setelah bertahun-tahun bersembunyi.

"Congrats! Kalian berhasil menemukanku di sini. Jadi, hal apa yang kalian inginkan? Kalian semua terlihat tidak santai saat melihatku," ucap sang roh hitam sambil menatap grandma dan Empress Artic.

King Thomas dan Jey menjatuhkan Hallberd ke tanah, kedua pria itu kemudian melototkan mata dan memundurkan tubuh dengan takut-takut.

Roh hitam itu lalu mengalihkan pandangan ke arah King Thomas dan Jey. Akar hitam tiba-tiba muncul dan bergerak dengan cepat untuk membelit kedua pria itu.

"Sepertinya kalian mulai sadar jika selama ini aku menyerap energi-energi kebaikan kalian dan mengubahnya menjadi energi yang jahat. Namun, aku tidak bisa membiarkan kalian mengacau lebih jauh lagi, Kids."

Grandma dan Empress Artic kemudian memajukan tubuh dan menatap roh hitam itu dengan tajam.

"Lepaskan mereka berdua, Grandpa! Mereka berdua tak salah apa-apa!" pekik sang empress sambil berusaha untuk melepas belitan dari akar pohon itu di tubuh kedua rekannya.

"Wah, wah! Setelah bertahun-tahun kau memanfaatkanku, baru sekarang kau memanggilku dengan sebutan grandpa? Kau benar-benar luar biasa ...."

Belitan akar roh hitam itu semakin erat dan membuat kedua pria itu memekik. Hal itu tentunya membuat sang nenek lantas ikut mendekati pohon itu. Wanita tua itu kemudian mencoba untuk memeluknya dengan erat.

"Aku tahu kalau kau mencoba bertahan di tempat ini karena aku. Kau mengorbankan seluruh hidupmu agar aku hidup sampai berhasil untuk menemukan orang-orang tepat yang dapat memimpin kerajaan ini, sampai ramalan itu selesai, dan sampai orang-orang melupakan masa lalu kita yang terlampaui mengerikan.

Honey, tugasku sudah selesai dan apa kau akan tetap hidup di sini tanpaku? Kita berdua mencoba untuk hidup di tempat yang sudah bukan lagi menjadi tempat untuk menampung kita berdua dan karena itu pula keburukan di pulau ini semakin besar.

Honey, tak bisakah kau menghentikan kekacauan ini?"

Belitan akar roh hitam itu perlahan lepas dan roh itupun lantas mengalihkan pandangan ke arah Empress Artic.

"Jika aku dan kau harus lenyap dari dunia ini, apakah orang yang awalnya telah menyebabkan kekacauan tidak lenyap juga?" tanya sang roh hitam sambil menatap Empress Artic dengan tajam.

Sang empress mematung ketika mendengarkan pertanyaan sang roh hitam. Wanita itu memang dapat mencabut pohon itu dari akarnya, tapi apa ia sanggup untuk mengakhiri hidupnya sendiri?

*****

The Secret of Elm Island (THE END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang