5. Baikan

830 102 7
                                    

Kejadian kemarin membuat hubungan keduanya menjadi renggang. Setiap pagi tidak ada lagi Jungkook yang memakan sarapan, tidak ada lagi tidur bersama karena ia kini pindah kekamar kedia orang tua mereka.

Saat mentati belum menampakkan dirinya, si sulung sudah siap dengan bekal untum adiknya sekolah. Ia diam-diam menaruhnya didalam tas yang sudah disiapkan sejak semalam. Juga tidak lupa uang jajan yang harusnya ia terima.

Kali ini harapannya adalah Jungkook yang bisa lebih memahami keadaan. Ia tahu bahwa hal ini sulit dijalani apalagi oleh remaja seusianya, tapi terpaksa Jin membawanya dalam keadaan ini. Andai Jin tahu bahwa Jungkook hanya tidak ingin menyusahkannya.

Mereka hanya minus dalam komunikasi.

Penyesalan juga ada dalam relung hati si adik. Ia begitu kasar dan tidak sopan pada Jin. Padahal ia tidsk pernah dimarahi maupun diperlakukan buruk. Sekarang balasannya malah seperti ini.

Paginya Jungkook terbangun lagi-lagi Jin tidak ada. Ia sudah pergi ke tempat itu. Tempatnya mencari uang hanya untuk biaya sekolah yang bahkan tidak pernah ia tempuh.

Ia menunduk lesu memandangi makanan yang telah siap. Sudah dua hari ia tidak memakab masakan itu. Menyedihkan kala melihat mereka dingin dimakan hawa walau alasan sebenarnya adalah ia begitu rindu aroma dan rasa dari setiap gigitannya.

Dengan penuh rasa bersalah ia makan sesuap demi sesuap.











...









Sementara Seokjin ia kini sedang berkutat dengan pelanggan hang sedari tadi masih kebingungan memilih. Bahkan hampir satu jam ia habiskan untuknya. Melelahkan, terkadang ia menyender lemah pada apapun disampingnya. Ia ingin istirahat namun ia ingat bahwa ini hari terakhirnya. Sepulang nanti ia akan mendapat gaji dan juga bonus yang dijanjikan.

"Bagaimana Pak?."

Tanya Seokjin setelah memperkenalkan produk terbaik yang mereka miliki.

"Yasudah itu saja."

Kata yang sedari ia tunggu akhirbya terucap, dengan senyum mengembang ia mempersiapkan dan mencatat nota pembayaran.

Pandangan Jin tiba-tiba memburam, nota itu menjadi tidak terbaca. Ia menggeleng kepalanya tapi bukannya membaik kepalanya malah terasa pusing. Namun ia mencoba agar tetap profesional.

"Baik Pak saya terima uangnya. Jika ada apa-apa bisa hubungi kami."

Lelaki itu hanya memgangguk dan pergi dengan membawa sebungkus ponsel baru.

Jin bergegas kekamar mandi untuk memuaskan hasrat ingin muntahnya. Perutnya sudah terasa perih walau ia sudah makan.

Bibirnya terasa asam, muntahan itu berwarna kuning dan perutnya malah semakin perih. Ia merogoh sakunya dan meminum obat tanpa air. Sejenak bersender pada wastafel dan mengatur nafasnya. Tangan itu terulur mengelus dada yang terasa panas.

Tubuhnya sudah lelah, seharusnya ia beristirahat dan menikmati nyamannya tempat tidur. Jin tersenyum, ia mengepalkan tangannya keudara dengan tatapan yang bersemangat.

"Seokjin semangat!!."











...












Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang