Ruangan bernuansa putih dengan tirai berwarna cream khas rumah sakit itu dihuni oleh dua bangsal. Salah satunya Jungkook. Matanya mulai mengerjap menyesuaikan dengan sorot lampu yang menyala. Tangan kirinya terasa kebas, kepalanya sudah tidak ngilu seperti tadi.
Ia menerka beberapa saat untuk menyadari dimana kini ia berada.
Tubuhnya tidak seberat lalu walau pusing masih melanda kepalanya. Ia menengok kearah samping dimana ranjang kosong dengan selimut yang sedikit berantakkan seperti bekas dipakai.
Tidak ada siapapun disini. Ia bahkan tidak memgetahui bagaimana bisa berads ditempat penuh aroma obat-obatan.
Saat ia mulai tersadar penuh, yang Jungkook ingat adalah Seokjin. Biasanya kala ia sakit, Hyungnya akan berada disisinya, menemani dan memberikan perhatian penuh hanya padanya.
Jungkook masih terdiam disana melihat kearah atap rumah sakit dengan tatapan kosong.
...
"Dok kumohon lakukan apapun untuknya! Kami akan membayar berapapun. Tolong selamatkan Seokjin.."
Seorang pria dihadapannya tidak menatap sorot mata penuh permohonan dari wanita yang baru saja tersadar.
"Kau adalah orang terpelajar!! Kau bukan tuhan! JAGA BICARAMU, ANAKKU AKAN BAIK-BAIK SAJA!!."
Tujuannya hanya untuk menerima kemungkinan terburuknya. Terdengar seperti ia tidak melakukan apapun tapi nyatanya, Orang yang disebut Dokter itu berjam-jam berada di ruangan Intensif Care tempat Seokjin berada.
"Maaf, kami sudah berusaha."
"Aku sudah mendonorkan dua kantung darah! Ayo ambil lagi. AMBIL DARAHKU UNTUK SEOKJIN KUMOHON!!."
Woosan frustasi, hanya ada keputus asaan dalam dirinya saat ini. Ia tidak ingin mendengar kalimat buruk mengenai Sokjin, ia tidak sanggup bahkan untuk mengingatnya.
Dokter itu pamit, membungkuk lalu pergi meninggalkan pasangan itu.
"Maafkan aku, ka-karena aku Seokjin begini. Harusnya aku yang disana. Aku membuang anak kita, aku membiarkannya hidup sendiri, aku tidak pantas untuk ditolong hiks.."
Woosan tidak diam. Ia menenangkan Haesol yang jauh lenih terpuruk darinya. Ia tahu seharusnya percaya pada hukum sebab akibat didunia ini, segala hal buruk akan meninggalkan hal buruk pula.
"S-seokjin harus hidup. Dia harus menghukumku karena ini... aku pernah mengatakan ia anak yang tidak bisa dimanfaatkan. T-tapi dia menyelamatkan wanita iblis sepertiku... hiks."
"Tenanglah, aku yakin Seokjin pasti bisa melewati ini."
"Salahku, salahkan aku yang melahirkannya dengan membawa penyakit itu. Aku bahkan tidak pernah memeluknya," ucap Haesol.
Woosan terlihat tenang, namun ia juga sama takutnya. Ia hanya berusaha tetap tegar karena sang istri.
Matanya menatap keatas menahan air mata yang akan keluar bahkan jika ia berkedip cairan itu langsung menetes.
"Penyakit apa?."
Suara itu.. mereka mengenalnya. Haesol menoleh kearah kiri, melihat seseorang berdiri dengan tangan kiri yang memegang tiang infus.
Jungkook.
Ia berdiri disana. Mendengar semua percakapan mereka sedari tadi.
"J-jungkook?."
Langsung Woosan mendekat. Ia hendak menggenggam tangan anak bungsungnya namun segera ia tepis.
"Hyungku punya penyakit apa!? Kenapa aku tidak tahu apapun? Apa yang terjadi pada Jun Hyung?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)
FanfictionSeokjin dan Jungkook Kedua kakak adik yang saling menjaga dan bersama-sama hidup tanpa orang tua. Akankah orang tua mereka kembali? Akankah Seokjin dan Jungkook tetap bersama?