Kejadian itu membuat Jin teringat. Bahkan setelah satu minggu berlalu. Terkadang ia merenungkan perkataan wanita yang notabene adalah ibu kandungnya sendiri.
Haesol memang benar. Kehidupan Jungkook akan lebih baik jika bersama ibu kandungnya. Uang yang ia dapat hanya mampu menghidupi untuk makan biaya bulanan. Sedangkan pendidikannya? Ia tidak tahu jika bukan dari beasiswa akan membayarnya darimana.
Jin yang baru pulang daru tempat Yoongi langsung beranjak ke dapur. Ia tidak lelah walau memang pekerjaan disana padat dan dirumah harus melaksanakan kewajibannya yang lain.
Ia berkutat selama satu jam didapur, bahkan ia sendiri belum mengganti pakaian luarnya. Karena Jam hampir menunjukkan waktu pulang sekolah dengan tambahan les disana, diperkirakan Jungkook akan segera datang.
"Aku pulang."
Benar saja. Adiknya datang dan masuk kerumah. Namun suaranya nampak tidak bersemangat. Ia hanya langsung masuk kekamar dan membersihkan dirinya lalu berjalan mendekati Jin di meja makan.
Dengan kasar ia duduk disana.
Jin heran dengan perilakunya yang berbeda. Ia hendak bertanya namun urung karena Jungkook langsung mengambil makanannya dan makan dengan lahap.
"Hyung besok dipanggil oleh kepala sekolah."
Ia diam. Tidak tahu harus bereaksi apa karena nada Jungkook yang tidak biasa. Ia memang berpikir ada sesuatu yang salah sampai harus kesana dan menemui seseorang pemilik jabatan tertinggi.
"Apa terjadi sesuatu?."
Jungkook hanya berdehem. Setelah piring itu bersih ia kekamar dan merogoh isi ranselnya. Membawa sebuah amplop putih dengan logo sekolah miliknya. Menyerahknnya pada Seokjin.
Ia menerimanya dengan ragu.
Tangannya mendadak bergetar saat ia membaca kalimat yang tertera disana.
Peringatan kedua akibat berlaku kasar pada Guru
Jin duduk. Ia hanya menatap kearah lain dan tidak memandang Jungkook yang sedikit takut akan reaksi Hyungnya.
Ia tidak tahu bahwa hal seperti itu akan membuatnya terkejut bahkan sampai tidak mengucap sepatah kata pun. Ia tidak merasa bersalah atas tindakannya, bagi Jungkook hal itu adalah bentuk pembelaan diri.
Sedangkan Jin orang yang berbeda. Ia tidak bisa marah ataupun membentak, ia hanya akan kecewa dan diam saat kesabarannya sudah berada pada batasnya.
Ia mendidik Jungkook dengan sebaik mungkin supaya menanamkam karakter yang mulia untuk sang adik. Tapi kini ia malah merasa terluka karena gagal mendidiknya.
"Hyung kalau tidak mau, jangan datang. Aku dengan senang hati akan keluar dari sekolah itu."
Jin berdiri dan mendekat kearah Jungkook yang tengah duduk. Ia berdiri tegap disana dengan tatapan yang berbeda.
"Apa kau menghinaku Jung? Hanya karena aku tidak bisa memberimu materi dan sekolah yang layak?."
Jungkook menggeleng lalu ia bangkit dan mensejajarkan tubuhnya dengan Jin.
"Hyung.. bukan mak--"
"Aku tau aku tidak semampu itu. T-tapi bisakah.. bisakah kau tidak membuatku kecewa?."
Ia lelah.
Pertemuan saat itu sudah cukup membuatnya tersiksa karena memikirkan ucapan Haesol yang realistis, lalu sekarang sang adik membuat perkataannya semakin akurat.
"Hyung aku punya alasan."
"Alasan apa? Alasan apa yang membuatmu seperti itu? Aku memang bukan kakak yang baik!! Seharusnya kau hidup nyaman dengan kedua orang tua, bukan dengan lelaki bodoh sepertiku!!."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)
FanfictionSeokjin dan Jungkook Kedua kakak adik yang saling menjaga dan bersama-sama hidup tanpa orang tua. Akankah orang tua mereka kembali? Akankah Seokjin dan Jungkook tetap bersama?