15. Surprise

726 92 16
                                    

Akhirnya Jungkook memutuskan untuk kembali kerumah itu. Menemui Seokjin dan ingin mengetahui kebenarannya. Apa memang yang dikatakan oleh mereka?

Ia tidak bisa tenang jika harus seperti ini. Ia menyayangi Jin lebih dari apapun. Ia tidak terima jika harus menerima kenyataan bahwa orang yang berharga baginya ternyata membuangnya.

Ia ingin marah dan meminta penjelasan langsung dari Jin.

Namun saat ia memasuki rumah itu, niatnya berubah.

Rumah yang ia masuki nampak sepi dan senyap. Ia perlahan mendekati pintu kamar yang tertutup. Yakin pasti Hyungnya ada didalam. Dengan keras ia membuka pintunya sampai menabrak tembok.

"HYUNG!!."

Ia berteriak kala mendapati Jin yang mimisan hebat dihadapannya. Ia terduduk disamping ranjang dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Jungkook berlari mendekat, mengambil lembaran tissue secara brutal dan membantu Jin membersihkan darahnya yang masih mengalir.

Saat tangannya di udara, Jin menepis lengan sang adik kasar sampai ia terdiam.

"Hyung ada apa denganmu?."

Jin masih sibuk menutupi hidungnya yang masih merembeskan darah disana. Jungkook panik ia tidak menyerah, tangannya kembali mendekat.

"CUKUP!!."

Ia diam.

Kata itu begitu keras ia ucapkan dihadapannya. Membuat Jungkoon mundur beberapa langkah ke belakang.

"Untuk apa kau kesini hah! Pergilah!."

Ia terdiam tidak berani menjawab teriakan keras dari Jin. Telinganya hanya fokus mendengar teriakan kencang Hyungnya yang sedang bersimbah darah dan marah padanya.

"H-hyung biarkan aku membantumu.. hiks.."

Isakan Jungkook membuat Jin geram. Ia sedang berusaha berjuang untuk dirinya sendiri disini agar tetap hidup. Malah Jungkook melihat keadaannya yang begitu naas.

"Pergilah! Kau disini hanya akan terluka, hidup susah!! Menjauh dari sini!!!."

Jin mendorong tubuh Jungkook dari tubuhnya dengan lemas. Sambil berderai air mata ia meminta sang adik untuk menjauh.

"H-hyung ada apa denganmu?."

Jungkook menangis melihat sang Hyung yang berusaha keras untuknya. Ia merasa takut dan khawatir.

"Apa kau tidak menyadari Kook?."

Jungkook menatapnya lekat. Sorot mata Jin berubah menjadi marah dengan kedua alisnya yang saling bertaut. Mimisan itu sudah tidak sederas tadi, namun cengkraman Jin mengerat di ceruk lehernya.

"Betapa menyusahkannya dirimu hidup denganku?."

Deg

Apa yang dikatakan Jin Hyung barusan? Bukankah selama ini ia yang bilang kalau Jungkook sangat berarti  baginya dan ingin selalu memberi apapun yang ia bisa pada Jungkook.

Tapi mengapa sekarang begini?

"Sudah bagus kau hidup enak disana, berhenti menggangguku! Kau hanya membuat hidupku semakin sulit Kim Jungkook!!."

Lagi-lagi ia hanya diam. Mencerna setiap kalimat yang dilontarkan Jin. Ia tidak tahu jika selama ini demikian adanya, baru sekarang ia menyadari bahwa semua yang dikatakan Jin mengenai dirinya itu bohong.

"Pergi dari sini!!."

Ia bergeming.

Tidak, Jin Hyung yang ia kenal bukan orang seperti itu. Mengusirnya dengan hentakkan kasar. Bukan, itu bukan Hyungnya.

"Hyung k-kumohon...."

Bukannya ia akan luluh dengan lirihan Jungkook, Jin malah menarik Jungkook keluar rumahnya.
Entah tenaga darimana ia dapatkan bisa menggiringnya keluar dengan kasar. Ia memghempaskan lengan Jungkook.

"Sebaiknya kau tidak kemari lagi."

BLAM!!

Jin menutup pintunya kasar. Menguncinya rapat dan tidak menengok lagi kearahnya.

Jungkook menangis. Ia tidak tahu apa salahnya, ia tidak mengerti kenapa Hyungnya tiba-tiba berubah. Yang ia paham sekarang adalah, betapa tersiksanya Seokjin hidup dengannya sampai-sampai ia bisa semarah ini.

Langkah kakinya pergi. Menjauh dari rumah itu diiringi deraian air mata disepanjang jalan.






...




Jin yang sedari tadi mengerahkan semua emosinya kini bersandar penuh pada pintu. Setelah menutupnya rapat, ia langsung bersimpuh dilantai yang dingin.

"Kookie... maafkan Hyung.."

Ia menangis. Melepaskan semua kesedihan yang sedari tadi ia tutupi dengan emosi.

Tidak lama seseorang mengetuk pintu dengan kasar.

"SEOKJIN INI AKU YOONGI, BUKA PINTUNYA!!."

Jin mendengar itu. Jelas memang itu suara sahabatnya yang berteriak kencang dari luar. Ia pun berusaha untuk membuka knop pintu lalu terduduk kembali karena lemas.

"Jin kau tidak apa!?."

Pertanyaan bodoh. Manusia mana yang baik-baik saja saat ia terduduk lemas dengan baju penuh darah di dadanya.

Jin hanya menggeleng lemah.

"Apa kau melakukannya sesuai rencanamu?."

Jin mengangguk.

"A-aku tidak bisa membiarkan dia melihat keadaanku yang sebenarnya."

Yoongi mengusap wajahnya kasar atas kebodohan Seokjin yang ia lakukan. Beberapa hari lalu ia mennceritakan bahwa akan membuat Jungkook menjauh darinya supaya ia bisa hidup bahagia dengan orang tua.

Sayangnya rencana itu malah menyakiti perasaan mereka.

"Jin, jika aku jadi Jungkook tentu aku akan khawatir dan merasa sedih."

"Tidak. Kookie ku tidak boleh merasakan itu lagi. Cukup lama dia hidup susah denganku, sekarang waktunya ia bahagia."

Jin terbatuk. Tenggorokannya terluka karena terlalu banyak berteriak, untungnya tidak sampai berdarah dan membuatnya muntah.

"Kau bodoh Seokjin."

Jin tersenyum. Ia memalingkan wajahnya dan berbatuk kencang. Sontak Yoongi langsung menariknya berdiri dan membawa Jin kekamar.

Sejak ia keluar dari rumah sakit, Jin sudah tidak mampu lagi bekerja. Bahkan Yoongi sendiri yang berinisiatif menemui Jin dan melihat keadaannya yang lebih sering berbaring dirumah. Wajahnya selalu terlihat pucat dan lemah. Membuat siapapun akan iba.

















TBC

Sorry time stemp nya cepet. Gatau si ga buru2 but emang begitu jadi mohon diterima

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang