13. ....

754 93 20
                                    

Mata itu mengerjap perlahan, cahaya terang langsung menyapa netra sayu itu. Kepalanya menoleh kesamping, sosok dengan gown berwarna biru laut sedang fokus melakukan tugasnya.

Tubuhnya terasa ngilu apalagi bagian lututnya yang masih sakit akibat luka bekas terjatuh. Pandangannya buram, namun ia tahu dimana dirinya berada kini.

Rumah sakit.

"Sus beritahu keluarganya kita kekurangan stock darah."

Telinganya mendengar suara seorang perempuan matanya menilik kesamping, ia dengan pakaian yang sama berada disamping kirinya. Ia hendak pergi meninggalkan ruangan tapi tangan dingin Jin menahannya.

Jin menggeleng lemah.

"Hei kau sudah sadar? Sabar lah jangan banya bergerak," ucap Dokter itu sambil mendekati Jin yang berbaring disana.

"Jangan beritau mereka."

Suara parau dan pelan itu terdengar begitu menyakitkan diiringi deru nafas beratnya. Tubuh yang telanjang dada itu naik turun dengan cepat. Kulit putihnya kini terdapat lebam biru di beberapa akibat hemofilia yang berdampak pada organ dalamnya.

"Kau butuh transfusi. Stock kita habis."

Jin menggeleng lemah. Cengkraman tangan pada suster itu semakin erat ia genggam.

"Aku tidak butuh. K-kumohon ja-jangan."

Susah payah ia menahan rasa sakit tubuhnya hanya untuk berucap demikian. Ia tidak mau membuat seseorang diluar sana mengetahui keadaan terburuk Jin saat ini.

Ia menangis.

"Ya aku akan diam. Tapi jangan salahkan aku jika pemulihanmu lambat."

Jin tidak peduli itu. Ia sudah lelah dan tidak mau membuat Jungkook sedih. Juga Haesol dam Woosan, mereka akan semakin membencinya jika ia menyedihkan.

Penderita hemofilia bukan hanya berfokus pada pencegahan cedera, tapi juga organ internalnya yang rawan terkena infeksi. Karena jika sudah terluka, akan sulit disadari. Bahkan pada saat terburuk baru akan terlihat. Oleh karena itu ia mudah pendarahan pada gusi dan mimisan. Juga lebam tubuhnya yang timbul tanpa disadari.

Tidak lama seseorang datang dengan membawa sekantung darah dengan tergopoh-gopoh ia memberikannya pada Hoseok.

"Syukurlah..."

Dokter Hoseok bernafas lega, ia tidak perlu membuat pasien nya tersiksa karena anemia lagi.

...

Sementara diluar Jungkook masih berdiri didepan pintu ruang IGD. Sejak sejam yang lalu ia tidak pernah memalingkan pandangannya pada ruangan tempat Hyungnya berada.

Haesol geram karena anaknya tidak mau duduk atau sekedar mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Padahal ia sudah terlihat lelah.

"Kookie.. duduk sayang. Jangan berdiri terlalu lama kau akan lelah."

Dengan air mata yang mengalir, ia menggeleng. Ia tidak mau meninggalkan tempatnya berada ia ingin berada disisi Hyungnya.

"Dia akan baik-baik saja. Jangan menyakiti dirimu sendiri."

Kini Woosan angkat bicara. Anaknya begitu keras kepala dan tidak mau mendengarkan.

Untungnya pintu itu terbuka lalu seorang Dokter keluar dari sana dengan wajah lelahnya. Ia memandang setiap anggota keluarga terutama Jungkook.

Karena ia yang paling menunjukkan rasa sedihnya. Sementara yang lain hanya bersikap tenang. Padahal tadi Jin bertaruh nyawa seorang diri.

"Dokter bagaimana keadaan Jin Hyung?."

Hoseok teringat kala Jin tersadar dan mengatakan untuk memberitahu mereka bahwa ia hanya kelelahan, dengan mata tertutup ia memohon padanya.

Terpaksa ia harus berbobong.

"Dia hanya kelelahan."

Ekspresi yang sebelumnya tegang dan khawatir Jungkook kini bisa bernafas lega dan bisa duduk tenang.

"Apa aku boleh menemuinya?."

Dokter Hoseok mengangguk "biarkan dia istirahat, jangan ganggu tidurnya."

Setelah itu Jungkook langsung masuk kesana meninggalkan tiga orang doluar yang saling tatap. Bukan, lebih tepatnya hanya Hoseok yang memandang kedua orang tua berumur 43 tahun itu.

"Apa Jin menderita Hemofilia tipe A?."

Dokter itu bertanya karena dia akan mendapat sumber darimana lagi jika bukan mereka.

"Aku tidak ingat. Hanya memang sejak kecil sudah sering sakit-sakitan."

Ucapannya terdengar sinis. Ia tidak suka itu. Bagaimana orang tua tidak tahu keadaan anak mereka sendiri. Padahal penyakit itu sangat membahayakan nyawanya.

Ia tidak ambil pusing. Percuma menanyakannya pada orang tua apatis
Ia pamit dan pergi menuju ruangannya.



...

"Hyung.. kenapa Jin Hyung sering sakit?."

Ia menatap nanar sang Kakak yang terlelap dengan nasal canula dihidungnya. Lengannya membiru dan bengkak. Ia tidak berani mèyentuh lebam itu karena takut memyakitinya.

Jungkook meraih tangan Hyungnya yang terasa dingin dan pucat. Ia menciuminya berharap memberi kenyamanan pada Jin.

Kegiatan Jungkook membuatnya terganggu. Seokjin perlahan membuka matanya yang berat. Ia belum tidur terlalu lama karena ingat pada Jungkook.

"Hyung kau sudah bangun? Maaf aku mengganggumu."

Jin menggeleng, ia tersenyum dengan warna bibirnya yang memutih.

"Kau tampak lelah."

Benar. Jungkook lelah karena ia semalaman tidak bisa tidur dan besoknya ia malah kedapatan Jin yang drop sampai membuatnya tidak tenang.

"Pulanglah bersama Eomma dan Appa."

Jungkook menggeleng dan malah menidurkan kepalanya diatas ranjang milik Jin.

"Aku ingin disini menemani Hyung," ucapnya dengan bibir yang mengerucut.

Seokjin mencoba bangun walau pada akhirnya tubuh itu terasa sakit saat digerakan. Ia bersender di kepala ranjang.

"Hyung mohon padamu. Istirahatlah dirumah mereka, kau bisa kembali lagi besok."

"Hyungmu benar. Ayo pulang sayang, sudah banyak yang menjaganya disini," ucap Woosan yang langsung masuk dan berdiri disamping Jungkook.

Jin hanya mengangguk dan tersenyum. Mengisyaratkan bahwa ia akan baik-baik saja disini.

Jungkook menatap kedua orang tuanya yang tersenyum pada dirinya. Tatapan mereka begitu hangat padanya. Perlahan tangan yang lebih tua itu merentang di udara.

Entah apa yang terjadi pada tubuhnya. Ia mendekat, memeluk keduany dalam satu tubuh. Merengkuhnya sama kuat. Begitu hangat rasanya. Apa ini? Ini yang disebut keluarga utuh. Ia sudah lupa bagaimana rasa hangat pelukannya.

Jin tersenyum

Suatu hari, kalian akan menjemputku juga kan?













TBC


Dah dulu yaakkk
See you temen temen😙

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang