22. Liar

914 97 16
                                    

"Kookie, maafkan kami. Eomma tau pasti kau kecewa kan? Sungguh Eomma akan menebus kesalahan kami."

Sesal itu apa guna saat orang yang ditunggunya kini berjuang sendirian. Bukankah dia sudah terlambat?

Jungkook hanya diam.

Selepas pemeriksaan itu ia hanya menunggu Jin sadar di ruangannya. Syukur Yoongi baik hati mengantarkan pakaian agar ia bisa membersihkan diri.

"Bukan aku yang harus menerima maaf itu."

Jungkook benar, harusnya mereka menebus itu pada Seokjin. Dengan melihat Jin kesakitan rasanya ini sudah menjadi karma bagi mereka. Jika bukan karena kebaikan Seokjin yang rela menukar nyawanya dengan Haesol, mungkin mereka masih menjauhkan Jin dari Jungkook.

Jin mengerjap perlahan. Ia membuka matanya yang tidak seberat tadi, mereka belum mengetahui bahwa Jin sudah bangun.

Dalam hati ia bersyukur karena keluarganya berkumpul kembali. Namun kenapa baru sekarang saat ia sudah diambang ajalnya?

Woosan menoleh mendapati anak sulungnya yang menatap kearah mereka disudut ruangan duduk diatas kursi. Ia berdiri dan menghampirinya dengan wajah tersenyum.

"Jin bagaiman perasaanmu?," tanya Woosan.

Jungkook tidak kalah heboh ia juga menghampiri Jin dan hampir memeluknya, namun ia sadar bahwa Hyungnya masih sakit sehingga ia kembali mundur.

"Aku baik. Kookie ayo peluk Hyung?."

Jungkook memandangnya sekilas, bolehkah ia memeluknya? Ia rindu hangatnya tubuh Seokjin dan usapan lembut sang kakak.

Gelengan itu ia berikan. Ia tidak mau melihat Jin kembali mengerang, ia baru saja melihat mata binah Jin Hyungnya yang tertutup sedari lama.

"Tidak apa-apa Hyung sudah tidak sakit lagi."

Tentu saja itu bohong. Mana mungkin tidak sakit tapi masih pakai masker oksigen, kepalanya diperban, dan tangannya diinfus.

Jungkook tetap menggeleng walau ia sebenarnya sangat ingin.

Tangan Jin menarik tubuh Jungkook perlahan dan menempel pada tubuhnya.

"Apa kau masih marah karena kemarin Hyung mengusirmu?."

"Tidak hyung, aku tidak marah. Aku sudah memaafkanmu."

Seokjin tersenyum senang, masker oksigennya sudah ia lepas dan ia mencium telinga Jungkook lembut.

Bahkan melupakan kehadiran kedua orang dewasa itu yang sedari tadi hanya menatap adegan haru dua saudara ini.

Woosan keluar kamar dengan cepat karena ia teringat pesan dokter Hoseok untuk memanggilnya jika Seokjin sudah siuman.

"Eomma?."

Sapa Jin. Ia melihat Haesol yang hanya berdiri mematung disana tanpa berniat menghampirinya. Ia tersenyum dan mendekat perlahan.

Mata binar Seokjin masih sama seperti ia menatap Jungkook, tatapan penuh cinta yang selalu ia berikan padanya walau ia balas dengan dengkian.

"Eomma terluka?."

Haesol menggeleng. Lukanya tidak seberat Seokjin hanya beberapa lecet dan memar dibagian kaki. Ia masih bisa melakukan apapun berkat Seokjin.

"Bagaimana denganmu? Apa kepalamu masih sakit?," suara lembutnya membuat Jin terenyuh.

Baru kali ini Haesol memanggil namanya dengan nada yang begitu hangat. Kalau bisa ia ingin merekamnya dan mendengarkan nada itu setiap malam.

"Aku sudah tidak sakit."

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang