1. Kakak dan Adik

2.9K 148 8
                                    

Suasana pagi yang indah dan cerah menyapa kedua insan yang kini masih terlelap diatas ranjang.

Kamar itu cukup luas dengan satu ranjang berukuran besar. Tembok dengan cat hijau menambah kesan kesegaran bagi yang memasukinya.

Matahari nampak naik dan sinarnya menyorot tepat diwajah pemuda yang masih berbaring.

Mata itu mengerjap pelan, tubuhnya menggeliat dan ia memandang kearah seseorang yang berada disampingnya.

Wajah lucu dan menggemaskan bukan berarti dia adalah anak kecil. Seseorang yang tidur bersamanya itu sudah menginjak kelas 3 SMA. Sebentar lagi ia akan lulus.

Kim Jungkook namanya. Seorang adik yang berharga bagi seorang Kim Seokjin. Begitu bersyukur ia bisa menjaganya, merawatnya dan juga mengajarinya banyak hal mengenai kehidupan.

Tangan Seokjin terulur memyentuh hidung bangir sang adik, dengan cepat ia mencubit hidungnya.

"Bangun Kookie... apa kau tidak mau berangkat sekolah?."

Sementara sang adik hanya menggeliat pelan dan malah berbalik memunggunginya.

"Jika tidak mau bangun maka akan kupakai jurus rahasia."

Seringai Seokjin nampak menyeramkan. Langsung tangannya mengarah ke perut Jungkook, menggelitikinya tanpa ampun.

"AAAAHH... HYUNG GELII.. SUDAH INI KOOKIE SUDAH BANGUN."

Seokjin tersenyum. Tapi Jungkook tidak. Ia bangun dengan tatapan tajam. Bagi Seokjin itu malah terlihat menggemaskan.

"Kookie lapar. Ingin nasi goreng buatan hyungie."

"Baiklah adik ku yang maniis. Sekarang cepat mandi. Aku tidak mau dipanggil kesekolahan karena kamu yang terlambat."

Jin langsung berdiri. Tidak lupa ia mengacak-acak kepala Jungkook sebelum melangkahkan kakinya kedapur untuk membuat sarapan.

Dengan telaten, tangan lentik Seokjin memotong bawang-bawangan dan menumisnya. Memasukkan nasi dan juga kecap disana. Tidak lupa ia mengoreksi rasa takut-takut akan kurang garam atau kelebihan.

Setelah siap, ia langsung mengambil piring dan menyendokkan nasi. Membawa benda itu dan meletakkannya di meja makan kecil dekat dapur.

Rumah ini hanya memiliki dua kamar, satu dapur, satu kamar mandi dan satu ruang tamu. Nampak sederhana namun bagi mereka ini lebih dari cukup.

Terkadang Jungkook selalu mengeluh tentang kehidupan mereka yang seperti ini. Dengan sabar Jin mengajari bahwa rasa syukur terhadap apa yang telah diberi walau itu hanya sebuah oksigen, namun berkatnya kita bisa hidup. Kalimat itulah yang selalu Jungkook ingat.

Tidak lama Jungkook kembali dengan seragam yang sudah rapi juga tas yang sudah siap ia pakai.

"Maaf. Hyung tidak sempat membuatkan bekal. Nanti uang jajan nya biar hyung tambahkan."

"Tidak usah hyung. Aku juga punya kok sisa kemarin."

Mendengarnya membuat hati Jin pilu. Ia bisa memenuhi kebutuhan sosial Jungkook tapi tidak finansialnya. Bahlan Jungkook juga bekerja dihari libur untuk menambah biaya agar ia bisa kuliah nanti.

Sementara Jin hanya seorang penulis dan juga barista sebuah kedai. Uangnya tidak selalu banyak, jikalau bukunya terbit dan laris. Uang itu akan ia simpan untuk masa depan Jungkook nantinya.

"Sudah simpan saja uangmu. Ini Hyung punya uang lebih."

Jungkook tersenyum. Ia menghargai pemberian Hyungnya.

"Cepat makan nanti dingin."

"Siap kapten!!."

Jungkook makan dengan lahap. Bukan sekedar karena lapar tapi juga masakan Seokjin yang enak walau sederhana.

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang