END

1.1K 93 10
                                    

Dengkuran halusnya menyapa pagi hari ini. Gorden jendela kamar masih tertutup rapat. Seseorang tengah tidur berbaring diatas kasur empuknya ditemani wanita berumur hampir 50 tahun disampingnya.

Mata itu mengerjap, tangannya mengucek pelan kelopak lebar itu. Ia membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk. Mulutnya terbuka dan menguap lebar.

Sebelum menyadari kehadiran sosok perempuan itu, ia mengingat mimpi buruknya yang tak pernah ingin terjadi dikehidupan nyata.

"Eommaa.. sudah pagi?."

Perempuan bernama Haesol itu mengangguk.

"Eomma Kookie bermimpi buruk. Di mimpiku Jin Hyung sakit dan harus dioperasi ke luar negeri bersama Appa."

"Jungkook... sudah seminggu Jin berada disana. Jangan terlalu dipikirkan ya?."

Haesol benar. Hampir setiap hari ia menganggap kejadian itu hanya sebuah mimpi buruk, tiap terbangun selalu menanyakan keberadaan Hyungnya. Sekolah pun rasanya hambar, ia hanya belajar dan jarang berinteraksi dengan yang lainnya.

"Jungkook jangan seperti ini terus.."

Yang ditanya hanya menoleh kesamping. Melihat pemandanga luar dari balik jendela yang terbuka. Tidak sadar cairan bening keluar begitu saja.

Reflek tangannya mengusap pipi itu dengan ujung lengan kau panjangnya.

"Aku rindu Jin Hyung."

Haesol paham itu. Ia pun merasakannya. Namun sayang Woosan jarang menghubunginya. Sesekali memberi pesan singkat untuk mengatakan padanya agar tidak khawatir.

Tangannya menarik bahu Jungkook agar berhadapan.

"Eomma mengerti Kook, tapi kita harus terus melanjutkan kehidupan kita. Jika melihatmu seperti ini, Jin akan sedih."

Mata kelinci itu perlahan menatap nanar sang Ibu yang berkaca-kaca menahan air mata. Satu hal yang ia pahami, Jungkook bukan satu-satunya disini yang terluka. Tapi juga Haesol dan tentu Seokjin.

"Namjoon dan Jimin sudah menunggu dibawah untuk berangkat bersama."

Karena ia pikir akan semakin sakit jika menempati rumah dulu, maka mereka tinggal dirumah besar milik Woosan lagi. Tidak tahan mengingat dan mencium aroma Seokjin disana, membuat rindu itu semakin memuncak.

Jungkook menimang-nimang sejenak namun pada akhirnya ia beranjak dan membersihkan diri.

Benar saja, mereka berdua tengah menunggu dilantai satu rumahnya, sambil tak tahu diri memakan cemilan yang tersedia. Padahal tidak ditawari.

Jungkook tiba disana dengan pakaian rapih seragam seperti biasa. Kedua temannya itu memandangnya dari atas sampai bawah. Kemarin-kemarin rasanya Jungkook tidak serapih ini. Ralat, kemarin ia tidak serapih biasanya dan sekarang sudah seperti Jungkook sedia kala.

"Ayo berangkat."

Mereka mengekori Jungkook dari belakang. Lega akhirnya nada anak itu kembali seperti semula.

"Yang terakhir sampai mobil nafasnya bauu..." ucap Jimin sambil berlari melewati mereka.

Sontak Namjoon dan Jungkook ikut karena tidak terima jika disebut nafas bau.

"Jimin banteett...."

Ucap mereka berdua bersamaan, lalu mengundang gelak tawa keduanya.


...






Yoongi rindu. Bukan sekedar rindu pegawai yang rajin dan ulet, tapi rindu sahabatnya yang pergi tanpa pamit. Ia sudah mendengar kabar itu dari Jungkook soal Seokjin yang keluar negeri untuk operasi.

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang