6. Cathering

861 98 13
                                    

"Tidak. Tidak ada apapun yang hyung sembunyikan."

Jungkook memicing, ia tahu gelagat Jin bagaimana. Jika ia berbohong, matanya akan selalu menatap kearah kanan, seperti yang ia lakukan sekarang.

"Hyung yakin?."

Jin mengangguk.

Mungkin belum saatnya ia menceritakan keberadaan orang tuanya yang kini sepertinya sudah lebih bahagia.

"Kajja kita tidur. Besok kau harus sekolah kan?."

Ia mengangguk. Mereka kembali tidur dalam ranjang itu lagi.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Jungkook untum terlelap. Sementara Jin masih terjaga, memandangi setiap inci wajah adiknya.

"Hyung tidak apa jika kau ingin bersama mereka. Hidupmu akan lebih baik disana," ucapnya sambil memejamkan mata.

Ia harao mereka menjemputnya, membawa mereka keatas dari tenggelamnya dibawah kehidupan yang sulit. Memberikan kisah yang lebih baik dari ini.

Seperti janjinya dulu.

Kembali untuk bersama-sama.










...









Pagi ini Jin tidak perlu bangun pagi buta. Pekerjaannya sudah selesai, membereskan dapur dan juga menata sarapan untum Kookie yang belum bangun sedari tadi.

Ia menunu kamarnya. Lelaki itu masih terlelap dengan mulut sedikit terbuka, menampilkan dua baris gigi kelinci yang lucu.

"Kookie yaa... bangun."

Jungkook bergerak perlahan meregangkan ototnya.

"Eommaa... sebentar lagi ne."

Jin menghentikan gerakannya yang semula menepuk pundak Jungkook agar bangun.

Sesering apapun ia menolak dan mengatakan bahwa ia membenci Eomma dan Appanya, kenyataannya ia begitu merindukan mereka. Memang bukan sekali Jungkook mengigau nama itu.

Membuat hatinya melenguh sesaat.

"Ayo bangun Kookie, sarapan sudah siap."

Nadanya kini lebih lembut dari sebelumnya.

Jungkook duduk. Ia mengucek matanya perlahan dan memandang wajah Jin lekat.

"Cepatlah mandi, Hyung akan mengantarmu hari ini."

Ia langsung pergi keluar.










...











Jungkook samoai disekolah. Sepanjang perjalanan, Hyungnya selalu diam. Padahal biasanya ia akan berbicara hal yang tidak penting namun kali ini berbeda. Apa ia sudah berbuat salah? Tapi apa? Ia tidak menyadarinya.

Suasana sekolahnya kini cukup ramai. Dengan beberapa siswa siswa berlalu lalang di koridor.

Kini tujuannya adalah ruang TU, tempat dimaja ia membayar iuran sekolah yang cukup mahal, padahal sudah diberi keringanan.

Ia menyerahkan amploo putih disana, tidak ada kembalian. Genap dengan uang pas. Ia lalu pamit menunduk dan kembali menuju kelas.

"Jung!!."

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang