Surgery (FLAHSHBACK)

861 88 6
                                    

Woosan menunggu berjam-jam. Ia tidak henti-hentinya menatap tembok kosong ditempat asing ini. Begitu tiba di negara Singa, Seokjin langsung masuk kedalam ruang operas, begitu juga Woosan yang tanpa istirahat.

Disana ia tidak tahu harus apa, bahasanya saja tidak ia mengerti. Syukur Dokter Hoseok menemani mereka untuk berjaga-jaga dan juga menjadi bagian dari tim untuk Operasi Seokjin.

Perasaannya tidak karuan. Woosan takut Seokjin mendapat resiko terparahnya. Ia belum sempat memeluk anak itu secara langsung, jangan sampai hal itu terjadi.

Sudah seharian mereka didalam dan tidak ada yang keluar satupun dari sana, kecuali perawat yang keluar masuk membawa labu darah. Berkali-kali ia melihat kearah jendela ruang operasi yang menampilkan kaca besar transparan. Disana Seokjin berada di kelilingi banyak orang, tangan mereka tidak berhenti bergerak. Selalu melakukan sesuatu pada tubuh anak bungsungnya.

"Hiduplah Seokjin! Apapun yang terjadi.. kumohon tetaplah hidup."

...


Sebulan lamanya Seokjin tidak sadarkan diri. Mereka bilang operasinya berhasil namun untuk bisa membuka mata mereka ragu. Setiap hari selalu mengontrol keadaan Jin yang tidak membuahkan hasil. Sampai dimana ia membuka mata.

Tatapannya melihat sekeliling termasuk pada Woosan. Hampir satu minggu Seokjin tidak berbicara apapun dan hanya membuka mata.

"Seokjin.. ini Appa Nak.."

Setiap hari, Woosan selalu mengajak Jin berbicara. Walaupun ia diabaikan tapi menurut Dokter, jika Jin diberi rangsangan maka ia akan lekas membaik.

"Cepatlah sembuh, lalu kita pulang dan menemui Kookie juga Eomma mu."

Tangan itu menggenggam jemari kurus Seokjin yang semakin menonjol. Tubuhnya hampir dibalut tulang saja tanpa lemak.

Lagi-lagi Seokjin hanya memberi tatapan. Bibirnya tidak bergerak dan hanya bernapas, walaupun ia masih menggunakan masker oksigen tapi raut wajah itu tetap datar.

"Maaf.."

Woosan mendongak melihat Jin yang mengatakannya dengan lirih. Ia tersenyum dan mendekat, mengelus surainya lembut.

"Ya Tuhan syukurlah, Seokjin apa yang kau rasakan apa kau butuh sesuatu?."

Gelengan kepalanya tidak membuat Woosan berhenti mengusap kepala Seokjin. Ia menatapnya dengan penuh rasa cinta.

Tiba-tiba Jin melepas genggaman Woosan. Juga tangan itu melepas masker oksigen. Ia merasa sudah cukup kuat untik sekedar bersandar. Namun tangan Woosan membantunya. Sudah pasti Jin kesulitan karena hampir sebulan lebih ia hanya tidur diranjang.

"Jin tidak apa Nak, tidurlah saja."

Lagi-lagi ia menggeleng. Peningnya masih terasa namun akan terus begitu walau ia berbaring. Tubuhnya tidak pernah baikan sejak ia bangun.

"Tuan... apa kau ayahku?."


"Seokjin? A-apa kau tidak ingat?."

Ia hanya menggeleng.

Belum sempat Woosan berbicara, pintu itu terbuka. Dokter Hoseok masuk kedalam tergopoh-gopong menghampiri Jin.

"Kenapa tidak langsung memanggilku?."

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang