"Biar Appa antar ke ruanganmu, kau masih lemas nak."
Woosan berucap karena sedari tadi Jungkook hanya duduk disana bersama mereka. Wajahnya nampak kacau, sesekali air matanya menetes.
Ia tidak merespon dan masih melamun memandang tembok cream dihadapannya.
"Hyungku sakit, dan dia tidak pernah membiarkanku mengerti kesakitan yang Jinhyung hadapi sendiri."
Membayangkan setiap hari ia bekerja keras, berusaha untuk tetap hidup dengan berdampingan bersama sakitnya.
"Hyungmu akan sedih jika melihatmu seperti ini."
Haesol khawatir. Bukan hanya karena Jungkook, tapi juga Jin. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Jungkook jika mengerti ini semua adalah perbuatannya, apalagi ia yang membuat Jin semakin terluka dan sering mengucapkan kalimat buruk padanya.
"Aku ingin masuk. Kumohon sekali saja biarkan aku menemani Jin Hyung walau sebentar," ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Wajahnya masih pucat dan tubuhnya lemas, tapi ia ingin bertemu dengan Jin. Hanya dialah yang bisa membuatnya merasa lebih baik.
Terpaksa mereka mengangguk dan meminta ijin pada perawat disana untuk memberikan Jungkook waktu sebentar agar bisa kedalam.
Dengan penuh pertimbangan mereka menuruti permintaannya. Namun tidak bisa berlama-lama karena Jin masih harus terus dipantau.
Akhirnya Jungkook masuk kedalam. Ia berdiri disamping Jin yang masih terbaring tidak sadarkan diri.
Mata Jungkook mulai meneteskan air matanya lagi. Mendengar deru nafas Jin yang tidak beraturan dicampur dengan bunyi mesin yang mendenging dikepalanya.
"Apa kau tidak mau bangun Hyung? Aku tidak apa jika kau membentakku seperti kemarin, tapi kumohon sadar lah."
Jungkook mengusap matanya. Tangan itu terulur untuk menggenggam tangan Jin namun ia menariknya kembali. Hyungnya begitu rapuh dengan lebam hampir disemua tubuhnya, lebam membiru yang terbuka. Belum lagi perban yang meilit dada Jin juga kepalanya. Kabel-kabel berwarna menempel dibeberapat tempat.
"Aku lebih baik menerima teriakanmu daripada harus melihatmu seperti ini Hyung."
Jin mendengar semuanya. Suara lirih Jungkook masuk kedalam indra pendengarannya.
Sayangnya ia tidak bisa membalas semua yang dikatakan Jungkook. Ia ingin mengucapkan kata maaf dan penyesalan karena telah membuat hati adiknya terluka.
Ia tidak bisa mengelus pucuk kepala Jungkook untuk saat ini.
Seokjin hanya bisa merasakan tubuhnya yang sakit dan tidak bisa digerakan bahkan hanya sekedar membuka mata pun ia tidak bisa. Tubuh itu mencoba berontak namun gagal.
Tenggorokannya tercekat dengan tubuh bergejolak bergerak tak tentu arah. Tangannya mengejang memcengkram erat selimutnya. Alisnya berkerut resah, suara monitor jantung semakin kuat berbunyi.
Jungkook panik, ia memencet tombol emergency bahkan sampai membuat infus ditangan kanannya terlepas sehingga mengeluarkan darah.
"Jinhyung! Jangan tinggalkan aku."
Kalimat itu yang terakhir Seokjin dengar, sampai tangannya terasa kevas karena suntikkan yang menusuk pergelangan tangannya.
Jungkook lemas, ia hampir terjatuh jika perawat tidak menangkap tubuh itu. Langsung mereka membawa Jungkook keluar dan kembali membaringkannya dibrankar rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)
FanfictionSeokjin dan Jungkook Kedua kakak adik yang saling menjaga dan bersama-sama hidup tanpa orang tua. Akankah orang tua mereka kembali? Akankah Seokjin dan Jungkook tetap bersama?