Lelaki berumur hampir 18 tahun itu tak henti-hentinya memandang seseorang yang tengah berbaring. Seokjin kini tertidur akibat kelelahan dan juga demamnya. Sehingga dokter memberikan obat tidur supaya ia bisa beristirahat total.
Teringat perkataan Dokter Hoseok sebelumnya.
'Memorinya kembali lagi pada saat dimana ia kecelakaan. Aku tidak tahu ini kabar baik atau buruk, tapi semoga saja saat ia bangun ingatannya membaik. Karena ada kemungkinan Jin terkena Alzheimer.'
Jungkook menyeka air matanya yang turun tanpa ijin. Lalu menidurkan kepalanya diatas perut Jin. Perlahan ia mengusap tangan Hyungnya. Tidurnya begitu lelap namun Jungkook sangat ingin membangunkannya, melihat bagaimana keadaan Jin dan berharap semoga ia bisa mengingatnya, lalu mematahkan kemungkinan terburuk yang dikatakan Dokter Hoseok.
Matanya memejam ikut mengantuk. Karena terlampau nyaman berada dbersama Seokjin. Hampir saja ia terbawa mimpi tapi kepalanya merasakan elusan tangan.
Ia membuka mata. Melihat Hyungnya sudah memandanginya dengan senyum pucat itu.
"Hyung sudah bangun?."
Seokjin mengangguk "Kookie istirahat lagi, maaf Hyung membangunkanmu."
"Tidak apa Hyung. Aku ingin melihatmu membuka mata. Bagaimana apa masih pusing?."
Tangannya meraba kening Jin. Masih sedikit panas walau tidak separah tadi. Ada perasaan lega dalam hatinya.
"Syukurlah," ucapnya lagi.
Namun wajah Jin kembali murung.
"Hyung.. apa yang kau alami sebelum tidak sadarkan diri?."
Jungkook sengaja menanyakan hal itu. Karena ia harus mengerti keadaan Jin dan menyesuaikan diri terhadap ingatannya. Supaya kepala Jin tidak bekerja terlalu keras.
"A-ada mobi truk yang menabrak mobil eomma saat bersamaku."
Jungkook berdiri dan segera menenangkan Seokjin karena terlihat ia sedikit takut.
"Apa Hyung mau menemuiku yang saat itu sedang sakit?."
Seokjin mengangguk. Ternyata benar, ingatannya kembali sampai disana. Ia bersyukur setidaknya Jin mengingat dirinya.
"Eomma? Bagaimana keadaannya? Ayo Kook kita harus menemui Eomma."
Jungkook segera menahan tubuh Seokjin saat mencoba bangun dna keluar dari ranjang.
"Hyung Eomma baik-baik saja. Bahkan tidak ada luka sama sekali."
"Benarkah?.".
Jungkook tersenyum dan membetulkan posisi Jin yang kurang nyaman. Sekarang ia merasa bahwa dia adalah Hyungnya, karena Jin polos dan masih lemah ia kini menjadi pelindung sang kakak.
"Kookie sudah makan?."
Ah perhatian itu. Akhirnya ia merasakannya lagi. Setelah hampir 100 hari jauh dari Seokjin.
"Belum. Hyung juga belum makan, ku suapi ya?."
Jin menegakkan tubuhnya dan mengambil nampan, mendahului tangan Jungkook. Ia lalu menyendokkan dihadapan mulutnya.
"Aaaa... ayo makan."
Jungkook menerima suapan itu. Ia terkekeh geli. Rasanya seperti anak kecil tapi ia menyukainya.
"Hyung merasa sangaaaat rindu padamu. Rasanya seperti sudah lama tidak melihat, Kookie."
Jungkook tersenyum "aku juga Hyung."
Ia melanjutkan sandiwara indahnya. Senyuman mereka tidak pernah luntur bahkan sampai nasi itu habis.
Tidak lama pintu kamar mereka terbuka. Haesol datang bersama Woosan. Segera Jungkook berdiri dan menyingkir sedikit, memberi ruang agar mereka bisa dekat dengan Jin.
"Seokjin... anak Eomma?."
Jin mengangguk dan tersenyum. Ia ingat wajah panik Haesol saat ia kecelakaan dan digenangi banyak darah. Walaupun saat itu tubuhnya remuk redam namun melihat raut wajah Eommanya, ia tidak akan melupakan itu. Sesuatu yang begitu baru.
Sama seperti sekarang.
"Eomma baik-baik saja kan?."
Tanya Seokjin sambil melihat Haesol dari atas sampai bawah. Tidak ada luka bahkan pakaiannya rapih. Seperti biasa. Ia bersyukur tidak terjadi sesuatu yang buruk.
"Karena Seokjin, Eomma tidak apa-apa."
Keduanya masig berada ditempat. Tidak ada yang memulai untuk sebuah pelukan. Karena Jin masih sedikit ragu untuk melakukannya.
"Jin..."
Ia mendongak. Melihat Haesol yang mulai mendekat.
Tangannya merengkuh tubuh Jin yang kurus. Punggungnya di usap, pelukan itu terasa erat dan hangat sampai tidak sadar matanya tertutup karena nyaman.
Perlahan Jin membalas pelukan itu.
"Eomma, pelukanmu rasanya hangat. Bolehkah aku terus seperti ini?."
Haesol mengangguk. Jin tidak perlu meminta ijin, Haesol pasti memberikan apapun untuknya bahkan jika nyawanya sekalipun.
"Jangan tinggalkan eomma ya?."
Sedangkan Woosan dan Jungkook hampir menangis melihat kebersamaan keduanya. Tangan keduanya diraih oleh Jin, menarik mereka untuk memeluknya secara bersamaan.
"Eh eh.. kenapa erat sekali? Kookie gerahh.."
Ucap si kecil mencoba keluar, namun ia kalah karena rengkuha Woosan yang erat.
Mereka terkekeh dengan posisi yang sama. Menyalurkan kasih sayang satu sama lain.
Suasana hati Jin begitu berbunga-bunga. Walaupun ia sekarang di himpit oleh 3 orang tapi itu tidak masalah karena akhirnya, ia bisa merasakan kehangatan yang sedari dulu ia damba.
Seokjin berjanji akan terus hidup untuk bertahan dengan semuanya.
THE END
wah tamat lagi.
Kok cepet bet ini tamatnya, perasaan kemarin baru tamatin book sekarang dah tamat lagi.
Wah makasi ya atas teman-teman semua.
Mohon maaf mungkin endingnya tidak memuaskan. Tapi saya tetap senang walau kadang suka insecure sama book aku yg pertama. Kesal kali sama dia sampe pengen ku unpub, tapi kaliannya sayang.
Oya sampai jumpa di book aku selanjutnya yaa.
Semoga bisa jauh lebih baik.
C... u
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)
FanfictionSeokjin dan Jungkook Kedua kakak adik yang saling menjaga dan bersama-sama hidup tanpa orang tua. Akankah orang tua mereka kembali? Akankah Seokjin dan Jungkook tetap bersama?