14. Memilih sendiri

743 87 8
                                    

Jungkook berlari dari lorong rumah sakit menuju ruang rawat Seokjin. Langkah kakinya cepat dan lebar, Untungnya ia tidak menabrak siapapun disana. walau bebeapa orang memerhatikan dan menggeleng keoala karena heran.

Setelah menginap semalam dirumah kedua orang tuanya, pagi hari ia langsung pergi dan menuju rumah sakit untuk menemui Hyungnya.

Sesampainya disana ia melihat Jin yang masih terlelap. Menu makanannya masih utuh tanda belum disentuh sama sekali sang empu. Ia mendekat perlahan dan duduk disamping Jin tanpa berniat membangunkannya.

Awalnya Jungkook ingin mengajak Haesol dan Woosan, namun alibi pekerjaan mereka yang tidak bisa ditinggalkan membuatnya urung.

Padahal ia sudah berharap bisa berkumpul bersama setidaknya sebentar dengan menemani Jinhyung yang sakit. Entah mungkin karena mereka ingin memertahankan yang sudah mereka capai selama ini.

Hari sudab mendekati siang walau masih pukul 8 pagi tapi tidak baik bagi Jin jika ia melewatkan sarapannya. Dengan lembut ia membangunkan Jin, mengelus Pipi Hyungnya pelan. Mata itu perlahan mengerjap lalu menengok sakitar.

Seseorang yang berharga dalam hidupnya berada dihadapan Jin. Ia tersenyum lalu mencoba untuk duduk. Jungkook pun berinisiatif membantunya.

"Kenapa Kookie disini?," tanya Jin heran. Ia pikir Jungkook akan betah berada ditempat tinggal mereka.

Jungkook yang mendengar pertanyaan itu malah mengerucurkan bibirnya. Rasanya terdengar seperti ia tidak suka keberadaannya disini.

Jin hanya tersenyum melihat tingkah lucunya. Umur Jungkook sudah 18 tahun tapi ia masih bisa bersikap manis seperti anak kecil. Tidak heran jika beberapa orang terkejut jika mengetahui ia sudah kelas 3 SMA.

"Aku sudah jauh-jauh menemui Hyung tapi sepertinya aku pulang saja kerumah Appa."

Tidak disangka niat hati ingin menggoda Jungkook, lelaki itu malah berdiri dan melangkah pergi menuju pintu keluar.

Pikirannya pasti Jin akan memanggil Jungkook untuk kembalu lalu mengatakan bahwa ia hanya becanda.

Ia salah. Justru Jin diam menatap kepergian Jungkook. Adik bungsunya itu menoleh ke belakang, Jin masih tidak bergeming di ranjang pesakitannya.

"Hyung kenapa tidak mencegahku humm!!!."

Ia berjalan menghentakkan kakinya kembali kearah Jin. Wajahnya memerah dan bibirnya mengerucut.

"Hyung tidak akan melarangmu, bukankah mereka baik Jung?."

Jungkook tidak menjawab dan hanya menunduk lalu menarik kursi lalu duduk kembali disana. Jin hanya memerhatikan. Ia ingin tahu bagaimana kehidupan disana, kehidupan yang tidak pernah ia rasakan.

"Hmm.."

Deheman itu bentuk dari kata iya yang tidak diucapkan oleh Jungkook.

Jin membetulkan posisi nassal nya yang miring, ia masih mengenakan benda itu karena jika tidak ia mungkin akan terjaga semalaman karena sesak.

"Ceritakan pada Hyung apa yang Kookie lakukan disana."

Jungkook menegakkan tubuhnya, tangan itu terulur menarik selang infus. Menatapnya sambil sedikit menggoyang-goyangkan benda itu dengan pelan layaknya Seekor anak kucing.

"Appa dan Eomma mengajakku makan malam. Lalu kita menonton tv, Eomma membawakan cemilan dan susu pisang padaku."

Ia mendengarkan sambil sesekali mengangguk.

"Lalu Appa mengatakan bahwa aku harus sukses dan sekolah tinggi seperti yang Hyung sering bicarakan padaku. Sedangkan Eomma mengelus kepalaku. Eomma begitu hangat dan sering menciumku Hyung, itu... itu sangat enak. K-kookie merasa punya banyak kasih sayang."

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang