17. Worse

865 94 30
                                    

Woosan sedari tadi terus berjalan bolak balik didepan pintu IGD dimana Jungkook mendapat penanganan. Satu jam setelah perginya Haesol menuju rumah lamanya Jungkook tiba-tiba mengejanh, seluruh tubuhnya kaku bahkan bola matanya memutar keatas dan hanya menampakkan bagian putih matanya saja.

Ia panik dan langsung menggendongnya, membawa ke rumah sakit terdekat supaya mendapat penanganan. Baru 15 menit Jungkook berada didalam namun rasanya seperti satu jam bagi Woosan.

Tidak lama pintu itu terbuka dengan wajah seorang dokter Wanita yang nampak tenang, jauh berbeda dengan ekspresi Woosan.

"Untungnya pasien cepat dibawa kemari. Kejangnya timbul karena demam yang terlalu tinggi, tapi dia sudah membaik. Jika demamnya sudah turun, pasien bisa pulang segera."

Woosan bernapas lega. Ia bisa tenang karena ucapan Dokter tersebut.

"Boleh saya menemuinya."

Dokter itu mengangguk dan mempersilahkan Woosan untuk masuk kedalam. Begitu masuk ia sudah disuguhi pemandangan Jungkook yang menutup mata dengam selang infus ditangan kirinya.

Ia menggenggam jemari yang terasa panas itu dengan erat.

Tiba-tiba Woosan teringat pada istrinya yang belum mengabari kembali. Apakah dia sudah sampai atau belum. Pasalnya harusnya ia sudah sampai disini namun lama sekali.

Dia merogoh saku dan mengambil ponsel genggamnya, mendial nomor Sang istri. Namun panggilan itu tidak terhubung, ponselnya mati.

Perasaannya menjadi tidak karuan. Ia khawatir tapi bukan mengkhawatirkan Haesol, lagipula Jungkook sudah jelas dalam keadaan yang membaik. Darimana timbulnya rasa ini?

Tangannya menyentuh dada kiri, mendengar degupan jantung yang lebih kencang dari biasanya. Ia gugup akan sesuatu namun ia sendiri tidak tahu apa itu.

...

Suasana tempat itu hening, dingin menyelimuti tubuh kecil itu. Luka dilengan dan goresan kecil di kakinya ia hiraukan. Outer yang berada dipangkuannya menjadi pusat perhatian. Noda darah begitu jelas tercetak, bau amis menyapa indranya. Namun bukannya jijik, ia malah memeluknya dan menangis.

Haesol dibawa oleh warga menggunakan mobil seseorang yang baik hati kala melintasi dijalan, sampai di rumah sakit ia membawa Jin dan langsung mendapat penanganan. Haesol panik ia mengatakan pada tenaga medis disana.

"Anakku! Tolong! Dia berdarah dia tidak boleh berdarah!."

Kalimat itu ia ucapkan berulang-ulang karena panik. Sementara mereka langsung memisahkan Jin dan Haesol.

Seseorang berbaju putih datang menghampirinya yang masih terisak sambil memeluk bajunya erat.

"Nyonya.. luka anda harus segera diobati."

Ia menoleh. Perawat itu begitu prihatin melihat seorang Ibu yang menangis terpuruk karena anaknya kritis didalam. Tidak mungkin jika ia memaksanya untuk dirawat.

Perawat itu tiba-tiba pergi dan kembali membawa P3K. Dengan telaten ia membersihkan luka Haesol dan menutupnya dengan kasa supaya terhindar dari infeksi.

"Nyonya apakah anda sudah menghubungi anggota keluarga lain?."

Haesol teringat dengan Woosan dan Jungkook yang juga berada dirumah sakit. Ia hampit melupakan Jungkook yang juga sakit disini. Perasaannya kalut, ia tidak ingat dimana terakhir kali meletakkan benda pipih itu.

"Suamiku, dia ada disini. Anakku bungsu dirawat, kejang panas."

Ucapannya terdengar ngawur dan tidak jelas. Namun seseorang dihadapannya cukup mengerti apa maksud dari ucapan Haesol. Ia memakluminya karena keadaan yang masih membuatnya shock.

Bawa Aku Juga.. (JINKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang