"Not Allowed To Missing You"

633 71 2
                                    

Pria itu terburu-buru keluar dari perpustakaan. Dia sedang memberi pelajaran tambahan pada beberapa juniornya saat telpon itu diterimanya. Berita yang didapatnya singkat, jelas dan padat.

Por jatuh pingsan saat pulang dari kerja. Dia terkena serangan jantung dan sekarang ada di rumah sakit tak sadarkan diri.

Singto tak berpikir panjang saat memesan tiket pulang ke Bangkok hari itu juga. Pikirannya berkabut membayangkan Ayahnya dalam keadaan kritis.

"Singto kau mau kemana?"

Irene menghentikannya saat dia berpapasan dengannya di lobby gedung perpustakaan.

"Maafkan aku, aku harus pergi sekarang! Aku akan mengabarimu nanti!" janjinya,

"But Singto we..."

Singto tak mendengar lanjutan kalimat gadis itu karena dia telah meloncat masuk ke dalam taksi yang dihentikannya. Gadis itu hanya bisa menggeleng sedih di depan gedung perpustakaan.

Begitu sampai di asramanya, Singto memasukkan beberapa helai baju ganti dan paspor ke dalam ransel. Setelah itu dia langsung berangkat ke bandara.

***

Pria itu memakai pakaian serba hitam saat melangkah keluar dari pesawat setelah penerbangan selama 16 jam nonstop.

'Untung saja Heathrow Bangkok punya direct line!' batinnya saat menyerahkan paspornya di loket imigrasi.

Begitu selesai menjalani proses pemeriksaan dokumen dan segala macamnya, Singto mengeluarkan handphone-nya dan menghubungi Sang Kakak.

"Bagaimana keadaannya Phi?" saat wanita itu mengangkat telponnya,

"Operasinya sudah selesai dan dokter bilang kita harus menunggu sampai dia sadar. Sementara ini kondisinya masih stabil!" jawab Kakaknya, "Kau ada dimana?"

"Aku baru mendarat di Bangkok!" jawabnya singkat,

"Kau pulang? Kenapa tak bilang padaku?

Aku akan menjemputmu!" sahut Mod cepat, namun Singto langsung menolak,

"Tidak usah... Aku akan naik taksi langsung ke rumah sakit!" jawabnya,

"Tapi Sing..."

"Tak apa Phi... Tenang saja!"

Dia memang sengaja tak mengatakan pada P'Mod bahwa dia dalam perjalanan pulang. Singto tahu Kakaknya itu pasti sudah banyak pikiran, menjaga Ayah mereka sendiri di Rumah Sakit. Dia tak ingin membebaninya dengan berita kedatangannya.

Singto keluar dari terminal kedatangan, menyambut udara panas Kota Bangkok. Sudah hampir 3 tahun dia tidak menginjakkan kaki di kota ini.

Dia meninggalkan karir, keluarga, sahabat dan cintanya demi mengejar pendidikan. Kini saat dia melangkah di bawah langit Bangkok, tanpa bisa ditahan hatinya bertanya.

'Apa ini sebanding?' batinnya bertanya.

***

Bangkok Hospital nampak sibuk saat Singto melangkah masuk. Dengan topi hitam dan kacamata berbingkai tebal, dia merasa aman dan yakin takkan ada yang bisa mengenalinya. Bertemu dengan jurnalis dan harus menghadapi pertanyaan dari mereka bukanlah hal yang diinginkannya saat ini.

Dia langsung menuju ke bagian rawat inap. Ayahnya masih ada di ICU pasca operasi jantung.

"P'Mod!!" serunya saat melihat wanita itu berdiri cemas di depan pintu ICU,

"Singto!"

Wanita itu menghambur memeluk Singto. Sudah sekian lama mereka tak bertemu.

Tak ada yang menyangka mereka akan kembali bertemu seperti ini. Singto menepuk-nepuk punggung wanita itu perlahan saat menyadari Sang Kakak menitikkan air mata di bahunya.

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang