"Stone Cold"

579 59 3
                                    

"Thannasat... Ini Singto... Singto Prachaya..."

Tan langsung menegakkan tubuhnya mendengar nama yang disebutkan penelponnya.

Dia baru saja sampai rumah setelah mengantar Krist pulang. Berhari-hari dia berharap Singto akan mendapat keberanian untuk menghubunginya dan inilah dia.

"Kenapa? Akhirnya kau merasa tak cukup hanya menjadi latar belakang dalam hidup P'Krist?!" tanya Tan datar cenderung dingin,

"Tidak... Aku butuh waktu untuk berpikir..." jawab Singto tenang,

"Berpikir tentang apa?"

"Mana yang lebih baik...

Melepasnya atau memperjuangkannya..."akunya,

"Lalu apa jawabanmu dari pertanyaanku?" tanya Tan,

"Aku ingin mendapatkannya kembali! Orang yang kucintai... Orang yang kusakiti...

Aku menyakitinya... Aku yang akan mengobatinya!" kata Singto, bahkan dari telpon saja Tan bisa merasakan keseriusannya,

"Yang benar saja Khun Prachaya... Jangan-jangan nanti bukannya sembuh, P'Krist justru akan semakin menderita karenamu!" senyum miring meremehkan terbit di wajah dingin Tan,

"Tak akan! Aku akan membuatnya berbeda kali ini Ai'Tan... Dia adalah orang yang paling aku cintai.

Aku takkan menyerah walau Krist mengusirku dan menyakitiku berulang kali..."

"P'Krist bukan orang yang sama Khun!"

"Aku lihat itu! Aku ingin mengembalikan kebahagiaannya Tan... Dan kau adalah orang yang menawarkan pertolongan padaku disaat yang lain menghalauku untuk mendekatinya. Hanya kau yang memberiku setitik harapan...

Aku mohon... Bantu aku!" pintanya,

"Kau ingin melakukan itu?"

"Urrr..."

"Akan aku pikirkan!" jawab Tan,

"Kau... Akan mengabariku kan?" tanya Singto tiba-tiba merasa gugup,

"Uhn... Selamat malam Khun!"

Tan tersenyum miring sembari mematikan sambungan itu.

'Tentu saja... Siapa lagi yang akan membantumu jika bukan aku Singto? Semua orang melakukan apa yang dipikir mereka terbaik untuk Krist, yaitu menjauhkannya darimu!

P'Krist-ku sudah menjadi bongkahan es karenamu... Memangnya apa yang bisa dilakukan pria dingin keparat sepertimu untuknya?' batin Tan memainkan handphone di tangannya.

***

Singto duduk di seberang Nammon, merasa sedikit tak tenang dan beberapa kali memperhatikan handphone-nya. Nammon yang sedang memeriksa hasil kerja Singto mau tak mau menyadari hal itu.

"Kau nampak tak tenang Phi!"

"Uhn... Aku sedang menunggu kabar!" katanya dengan tatapan meminta maaf,

"Pekerjaan?" tanyanya,

"Bao krap..."

Merasa Singto tak akan membeberkan informasi lebih banyak, Nammon kembali memusatkan perhatiannya pada layar laptop Singto. Hanya setelah dia benar-benar merasa puas barulah dia menutup laptop itu dan menghadapi Singto.

"Aku suka hasil fotonya... Terima kasih sudah membantuku.

Kau akan menerima pekerjaan yang berhubungan dengan fotography sekarang, Phi?"

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang