"Walk To You..."

637 55 22
                                    

"Singto... Aku sudah memperingatkanmu... Krist bukan dirinya yang dulu. Dia mungkin masih mencintaimu, tapi trauma dan depresinya akan menghalangimu kembali memilikinya.

Menurutku yang terbaik adalah Krist bersama orang lain yang sama sekali baru dan tak memiliki track record buruk dalam hidupnya. Bersamamu, dia akan terus mengingat luka yang kau berikan padanya..."

"Apa maksudnya?

Kau bilang aku mungkin adalah kunci baginya menyembuhkan traumanya."

Singto berdiri dengan wajah tak terima. Bagaimana bisa wanita ini mengatakan hal seperti itu?!

"Awalnya juga aku kira begitu... Tapi melihat keadaannya saat ini, aku tak lagi yakin..." sahut wanita itu dengan senyum miring di wajahnya,

"Dokter Meenara!!" seru Singto kesal,

"Ini tidak seburuk yang kau pikirkan. Krist hanya perlu menjauh darimu. Kehadiranmu membuatnya mengingat hal-hal buruk dalam hidupnya... Lagipula, kau memang penyebab semua trauma itu.

Bagaimana mungkin kau bisa menyembuhkannya?" tanya Yui dengan alis terangkat sangsi,

"Aku akan melakukannya!" seru Singto padanya, "Aku sudah bilang aku takkan meninggalkannya... Aku sudah berjanji!"

"Tidak Singto! Aku rasa ini yang terbaik... Demi kebaikan semua orang kau harus meninggalkan Krist!" sahut Yui,

"Tidak!! Tidak!!!" teriaknya, "Aku tidak akan meninggalkannya lagi!! Tidak akan!!"

Singto bangun dari tidurnya dengan keringat dingin dan napas terengah. Krist menatapnya dengan wajah ketakutan.

Krist terbangun karena Singto bergerak gelisah dalam tidurnya. Dia sudah berusaha membangunkan pria itu tanpa hasil. Krist merasa khawatir mendengar igauan Singto dan ekspresi wajahnya yang seolah menahan sakit.

Tiba-tiba tubuhnya ditarik masuk dalam belitan sepasang lengan yang membuatnya hampir tak bisa berkutik.

Mimpi buruk. Terlebih mimpi itu membuat Singto sampai terguncang. Terbangun dengan kaos basah karena keringat, walau AC telah menyala sepanjang malam.

"Aku kira semalam hanya mimpi..." gumamnya.

Krist mendorong Singto kembali berbaring. Berharap pria itu bisa kembali tidur mengingat hari masih gelap di luar sana. Masih ada 2 jam sebelum fajar menyingsing dan beberapa jam lagi sampai tiba saatnya Krist harus muncul di studio untuk meeting.

"Kau tidak akan pergi begitu saja saat pagi datang kan? Bisakah kau membangunkanku sebelum kau pergi?" pintanya, "Agar aku yakin ini bukan mimpi..."

Krist meraih ipad-nya di meja samping tempat tidur dan menulis sesuatu.

Aku ada meeting jam 10. Kita bisa makan pagi sebelum aku pergi, tapi tak ada makanan disini...

Jadi kita harus makan di luar. Kau ingin makan sesuatu Phi?

"Bubur tom yam..." sahutnya pelan,

Di pagi hari?

Melihat bibir Singto yang cemberut, Krist hanya bisa mendesah pasrah.

Ke dai. Bubur tom yam. Sekarang tidurlah! Kita masih punya beberapa jam...

Singto berbaring dengan patuh, tangannya masih menggenggam tangan Krist erat. Menolak untuk melepaskannya.

***

Krist duduk diam memandang sosok tampan yang masih tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Momen ketika dia terbangun lebih dulu daripada Singto adalah hal yang sangat jarang, jadi dia ingin menikmatinya sebentar.

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang