"Long Gone Memory"

642 63 16
                                    

Por akan ada disana... Kau hanya perlu menemuinya. Dia akan memberitahumu dimana Singto berada...

Bagaimana jika Singto tak ingin melihatku disana?

Krist menatap langit di luar jendela cafe kecil itu dengan tatapan menerawang. Seolah ada jawaban dari pertanyaannya disana.

Krist... Face your fear! Kau tahu Singto takkan melakukan itu... Kau mengenal dirinya... Bahkan mungkin lebih baik daripada aku mengenal adikku.

Apa kau bersungguh-sungguh mengira dia akan melakukan itu? Setelah semua ini?

Dia memilih untuk meninggalkanku karena perkataan orang lain.

'Itu benar...' batinnya.

Krist mendapati bahwa kepergian Singto adalah akibat bujukan Meenara. Didukung oleh Yui, managernya tentu saja. Krist tak tahu apa yang dikatakan Meenara hingga Singto mengikuti perkataannya.

'Ancaman? Kata-kata bohong?!' batinnya bertanya.

Dia pasti diminta melakukannya dengan kau sebagai alasan. Aku bisa melihat bagaimana mereka memintanya meninggalkanmu demi kebaikanmu.

Tapi dia tetap meninggalkanku...

Karena mungkin dia mengira itu yang terbaik untuk kalian. Adikku itu bodoh! Bukannya tak punya hati...

Krist terdiam dengan tangan masih memegang handphone-nya. Betapa inginnya Krist percaya semua itu. Tapi overthingking-nya mengatakan hal yang sepenuhnya berbeda.

Suaranya telah kembali, tapi nampaknya kepercayaan dirinya belum. Dia masih merasa insecure. Dia masih merasa takut, tapi dia tahu apa yang akan hilang dari hidupnya jika dia tak melawan ketakutannya.

Berjanjilah kau akan membicarakan semua ini dengannya. Ketakutanmu. Keraguanmu. Perasaanmu. Katakan semua Krist!

Jika setelah itu semua kau tak bisa melihat apa yang aku lihat selama ini, maka kau boleh melakukan apapun yang kau mau...

Krist sampai di UK sore hari. Sehari sebelum wisuda Singto berlangsung. Harusnya dia menghubungi Por begitu dia sampai, tapi dia tak melakukannya. Alih-alih menghubungi pria itu atau menemui Singto, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota, menikmati suasana.

Dia ingat apa yang diceritakan Singto padanya tentang kota itu.

Warganya yang ramah. Cuacanya yang dingin walau di musim panas dan menggigil di musim dingin. Matahari yang bersinar lembut di senja hari, memberi cahaya orange pada segala hal.

"Di sore hari banyak orang membawa anjingnya berjalan-jalan di taman. Kau mungkin menyukai anjing-anjing kecil itu.

Tapi kau mungkin akan sedikit takut melihat anjing besarnya. Mereka tampak menyeramkan... Tapi aku yakin mereka takkan menggigit..." kata Singto sembari tersenyum lebar.

Krist bisa mencium aroma manis cinnamon roll, bagel dan pastry menguar dari toko roti rumahan di dekat penginapannya. Semuanya persis seperti yang diceritakan Singto.
Dan setiap kali seolah Krist berdiri di sampingnya.

Air matanya menetes jatuh saat berjalan di sepanjang jalan itu. Sidewalk berbatu yang terbentang bagai lorong dunia lain. Pohon dengan daun kehijauan di tengah musim panas. Udaranya masih sejuk walau matahari bersinar terik.

Krist hampir bisa membayangkan bagaimana Singto berjalan dari ujung jalan. Dengan celana hitam, turtleneck putih, overcoat hitam dan rambut tersisir rapi ke belakang.

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang