"Hopeless Sight"

572 56 3
                                    

Singto terkejut saat tamparan keras itu mendarat mulus di pipinya. Hal itu di luar dugaannya. Dia tahu Gun membencinya, tapi pria itu tak pernah memperlakukan orang lain seperti ini.

'Ternyata dia benar-benar membenciku!' batinnya sembari menyentuh pipinya yang nyeri.

Off memeluk pinggang Gun dan menariknya menjauh dari Singto. Wajahnya memerah penuh kemarahan.

"Kau bilang apa? Kau ingin tahu yang terjadi?! Kau sudah sangat terlambat Prachaya!!"

"Gun! Tenanglah! Bicarakan baik-baik!" pinta Off sembari menahannya,

"Baik-baik?! Baik-baik kau bilang?! Kau lupa bagaimana keadaan Krist saat mereka mengeluarkannya dari mobil ringsek itu? Kau lupa bagaimana kita menunggu tanpa kepastian saat dia tidak sadarkan diri?!" serunya, "AKU BELUM LUPA!!"

"Bahkan sebelum itu aku tahu betapa menderitanya Krist menunggunya... Kau tahu sendiri berapa malam yang dia habiskan menangisi pria dingin keparat itu!"

Singto pucat pasi mendengar seruan marah pria kecil yang masih memberontak di pelukan Off Jumpol itu. Dia mendengar setiap katanya dan bisa merasakan kepedihan dalam suara Gun.

Dia tak memiliki satu katapun untuk membela diri. Jadi dia hanya berdiri diam di tengah ruang tamu itu menatap Gun yang berseru marah dengan wajah penuh air mata.

"Kau tahu kau akan kehilangan dirinya saat kau pergi!! Dan sekarang kau berharap dia masih menunggumu setelah semua itu? Jangan bermimpi Prachaya!! Krist tak lagi mencintaimu. Cintanya untukmu sudah mati 2 tahun yang lalu. Tertinggal dalam mobil ringsek yang kini sudah ada di penampungan besi bekas.

Kau mau mendapatkannya kembali?! Kau bisa mengais tempat sampah untuk itu!"

"Singto! Bisakah kau keluar dulu? Kumohon!

Aku harus menenangkannya!" pinta Off di sela usahanya menyeret Gun masuk ke dalam kamar,

"Tapi Phi..."

"Dengarkan aku! Tunggu aku di luar!!" ulangnya lebih tegas.

Singto melangkah keluar dari rumah dengan suara Off yang mencoba menenangkan kekasihnya di antara seruan dan makian Gun kepadanya. Begitu dia keluar dari rumah itu dan menutup pintu depan. Singto menyandar lelah dan membenamkan wajahnya di kedua tangan.

'Seberapa besar kekacauan yang kau buat Singto! Bagaimana kita bisa memperbaiki ini dan membetulkan segalanya?!' batinnya bertanya.

Singto menunggu hampir 15 menit saat akhirnya Off keluar dari rumah. Pria itu nampak terkejut melihatnya masih ada disana.

"Kukira kau sudah pulang..." gumamnya pelan, Singto hanya menggeleng sebagai jawaban, "Kau sungguh ingin tahu segalanya? It's an ugly truth Sing..."

"Phom lu... Tapi aku ingin tahu semuanya Phi! Kecelakaan itu, keadaan Krist, penderitaannya..." sahutnya pelan,

"Tak bisakah kau meninggalkannya seperti ini? Haruskah kau membuka luka lama itu?

Krist mungkin sudah baik-baik saja sekarang... Dia sudah move on darimu. Dia memiliki orang lain..."

'Walau aku tak yakin seberapa dalam hubungannya dengan Godt, tapi paling tidak Krist berusaha move on darimu!' tambah Off dalam hati,

"Tapi Krist masih mencintaiku Phi... Walau dia bilang dia membenciku, dia masih mencintaiku!" ulangnya dengan keras kepala,

"Orang diabetes juga menyukai makanan manis Sing... Tapi sebaiknya dia tidak memakannya, karena itu tidak baik untuk kesehatannya!" kata Off menggeleng pelan,

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang