"A Life Without You"

665 66 14
                                    

Singto tertegun sejenak saat Irene memeluknya. Dia ada di antara orang-orang yang dicintainya, jauh dari pandangan fans yang memperhatikan gerak geriknya, jadi dia merasa cukup aman untuk menurunkan pertahanannya. Hanya itulah alasan kenapa wanita ini bisa memeluknya seperti itu.

Singto berusaha mendorong lepas tubuh Irene, hampir bersamaan dengan saat Krist bangkit dan menarik lengan gadis itu, hingga dia menoleh ke arah Krist.

"Apa yang kau... Kira sedang... Kau lakukan?!" serunya kesal,

"Huh?"

Semua mata memandang ke arah meja mereka.

Irene terbelalak saat merasakan cengkeraman di lengan atasnya. Pria yang tak dikenalnya itu berseru dalam bahasa yang tak dikenalnya dan menatapnya dnegan pandangan dingin yang bisa membuat suhu udara turun beberapa derajat.

Pria itu sangat tampan. Berbeda dengan ketampanan yang dimiliki Singto, pria ini nampak menawan dengan kulit putih dan mata cemerlang yang kini menyipit tak suka. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Singto dengan tubuh yang lebih gempal.

"Who do you think you are?!" seru pria itu sekali lagi sembari mengguncang tubuh Irene,

"Kit... Me ben rai! Dia teman kuliahku!"

Singto menyentuh lengan Krist dan menatapnya lembut sebelum cengkramannya mengendur.

Irene harus menahan dorongan untuk menggosok lengannya di tempat pria itu mencekalnya.

"Apa yang kau lakukan Irene? Kau membuatku terkejut dengan memelukku begitu!" seru Singto menegurnya, nadanya sama sekali tidak ramah, dingin bahkan,

"Sorry... Aku hanya terlalu senang melihatmu disini! Kukira kau akan pergi tanpa berpamitan..." katanya pelan,

"Maaf... Terlewatkan dalam ingatanku kalau kalian akan berkunpul disini dan berpesta.

Aku hanya membawa Ayah dan Krist kemari untuk makan malam dan merayakan beberapa hal!" kata Singto,

"Krist??" tanyanya bingung,

"Ah perkenalkan ini Krist Perawat Sangpotirat. Dia temanku sesama artis. Kami debut di film yang sama..." kata Singto sambil merangkulkan satu lengannya di bahu Krist, kemudian menambahkan dengan lebih pelan,"Dia juga adalah... Kekasihku"

Krist sempat merasa kecewa saat Singto memperkenalkannya sebagai teman. Tapi saat dia menambahkan sembari menatap matanya, seolah menantang Krist untuk menentang pilihan katanya, pria itu bisa merasakan wajahnya memerah karena rasa malu.

"Krist... Ini adalah Irene. Dia adalah teman sekampusku. Kami juga satu club..."

Krist hanya diam menatap Irene karena wanita itu masih berdiri disana dengan mata terbelalak terkejut karena informasi yang baru diterimanya. Krist bisa melihat keterkejutan di mata Irene. Sedikit rasa pedih melintas.

'Apa dia... Menyukai P'Sing?' batin Krist bertanya,

"Hei Irene! Apa kau sebegitunya terkejut?!" ledek Singto, menepuk lengannya,

"Aaah... Aku... Maaf... Aku tak yakin... Bagaimana harus bereaksi..." gumamnya terbata.

Dia merasa terselamatkan saat seseorang menyapa Singto dan memeluk pria itu.

"Singto!! Kau datang?!"

"Vince!" sapanya sembari menerima pelukan bersahabat dari pria yang baru datang, "Maaf aku disini bukan untuk berpesta dengan kalian... Aku merayakan dengan keluargaku!"

Sekali lagi rasa pahit dan getir di wajah Irene tak terlewatkan olehnya. Singto mengejutkannya saat tangannya merangkul pinggang Krist dengan posesif. Tangan pria bernama Vince terangkat di depannya.

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang