"Slice of My Heart"

645 67 6
                                    

"P'Sing... It's snow... It's snow..." serunya sembari keluar rumah dan berlari di atas hamparan putih salju yang turun semalaman,

"I know Kit... Jangan lari-lari!" sahut Singto mengingatkannya,

'Dia selalu seperti ini. Excited pada segala hal...' batin Singto sembari tersenyum lembut, menatap sosok tampan di depannya,

"Waaaah... Aku tak percaya ini..."

Singto memeluk tubuh Kit dari belakang, mencegahnya lari terlalu jauh dan terpeleset di jalanan licin. Kehangatan tubuh Krist dan harum tubuhnya menyerang indera Singto, membuatnya menyurukkan hidungnya ke lekuk leher Krist.

"P'Sing..." protesnya,

"Alai na?"

"Lepaskan aku! Aku ingin bermain salju..." katanya terengah,

"Tapi aku masih ingin memelukmu Krist!" jawab Singto, mengeratkan pelukannya,

"Tapi bukannya kau yang memintaku untuk bahagia bahkan tanpa dirimu?"

Singto membeku saat sekitarnya menjadi gelap. Tubuh dalam pelukannya raib begitu saja. Cahaya sirna sekejap mata.

"Lalu kenapa sekarang kau menyesali segalanya?"

Pertanyaan itu seolah berasal dari empat penjuru mata angin yang berbeda.

"Krist... Aku..."

"Seperti yang kau inginkan... Aku kini bahagia...

Tanpamu!" tambah suara itu menggema,

"KRIST!!"

Singto terbangun di kegelapan rumah keluarganya. Dua hari yang lalu dia meminta ijin pada Dokter Jantung untuk membawa Ayahnya pulang dan disinilah dia sekarang, di kamar lamanya.

Sejak pertemuannya dengan Krist di rumah sakit dia tak bisa tidur, kalaupun dia tertidur, dia akan terbangun di tengah malam setelah memimpikan Krist.

"Singto... Kau baik-baik saja?" tanya Mod saat mereka bertemu di ruang makan, "Kau nampak lelah Nong!"

"Aku tak bisa tidur Phi!"

"Beberapa hari ini kau tidak keluar dari rumah sama sekali. Kau tak mau bertemu teman-teman lamamu?" tanyanya, sembari mengangsurkan segelas air putih,

"Uhm... Kurasa aku akan melakukannya!" angguk Singto setuju,

"Jangan terlalu keras pada dirimu na Sing!"

"Khob khun krap Phi!"

Mod tahu apa yang mengganggu adiknya itu. Singto seperti itu sejak pertemuannya dengan Krist. Ayahnya pun setuju. Singto nampak sering melamun, seolah berpikir keras. Meski mereka tahu apa yang dia pikirkan namun dia dan Ayahnya sama-sama merasa Singto harus memutuskan apa yang akan dia lakukan sendiri.

***

Sudah lama sekali sejak terakhir Singto menginjakkan kaki di kantor itu. Dia menatap dua pilar utama di lobby dengan pandangan menerawang.

Dulu saat dia masih aktif, pilar itu didominasi oleh wajahnya dan Krist. Setiap kali mereka keluar masuk kantor, rasanya campur aduk antara malu dan bangga melihat wajah mereka terpampang disana.

Kini ada poster Bright dan Win yang menggantikan posisinya dan sepasang aktor baru yang sedang dipromosikan oleh GMM.

"Melihatnya membuatmu merasakan nostalgia bukan?" tegur seseorang,

"P'Tay... Watdee Phi!"

"Watdee Nong! Welcome back!" sahutnya,

"Khob khun krap!"

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang