"When The Reality Sink..."

656 60 11
                                    

"Apa maksudmu?" tanyanya tenang.

Krist tahu pencari masalah saat melihatnya dan wanita seperti Irene adalah salah satunya. Wanita di depannya yang baru saja melepaskan topeng makhluk lemah baik hati ini mungkin sahabat Singto, tapi Krist tidak berencana untuk bersikap lunak kepadanya.

Bahkan saat dia dan Singto menyembunyikan hubungan mereka, Krist terkenal sebagai pria posesive. Terlebih saat ini, ketika dia tak peduli rahasianya terbongkar karena Singto sudah jelas mengatakan pada Irene bahwa dia adalah kekasihnya.

"Tahukah kau betapa cemerlang Singto? Betapa pintar dan berbakatnya dia?

Apa kau menyadari itu semua?" tanyanya,

"Dia..."

"Dia mendapat tawaran bekerja di stasiun TV di London, tapi dia berkeras untuk pulang ke Bangkok karena seseorang menantinya... Awalnya kukira itu adalah Ayahnya...

Tapi ternyata itu dirimu..." tambahnya dengan tatapan tajam.

'Katakan lebih banyak! Semakin banyak kau bicara... Semakin terlihat belangmu!' batin Krist,

"Bersamamu... Bakatnya takkan bisa digunakan secara maksimal.

Apa kau bisa mengatakan kau mencintainya, sementara kau menahan kepak sayapnya?"

Krist tersenyum dengan kepala tertunduk. Irene terkejut melihat reaksi Krist, tapi dia berusaha menyembunyikannya.

Saat Krist menengadah dan menatap langsung ke matanya, Irene merasa bergidik.

"Kau... Sungguh merasa... Trikmu ini akan berhasil?" tanyanya lirih,

"Apa maksudmu?"

"Singto... Bukan orang yang bisa dengan mudah... Mengubah pendiriannya. Kau sebagai sahabatnya... Tentu tahu hal itu kan?" seringai miring muncul di wajah Krist, Irene bisa melihat sinar kejam di matanya, "Atau kau hanya mengaku... Sebagai sahabatnya, tapi sebenarnya... Kau hanya kenalannya saja?"

Wajah Irene memerah karena nada hinaan dalam kalimat Krist.

"Aku dan Singto, kami sangat dekat... Dia tak menceritakannya padamu, itu berarti kau tidak penting baginya..." sindirnya,

"Benarkah? Kau tahu... Singto menceritakan tentang Vince padaku." kata Krist pelan, "Tapi dia tak pernah, menyebut namamu! Jadi... Aku yang tak penting baginya atau... Kau... Yang tak cukup penting... Untuk diceritakannya padaku?"

"Jadi kau akan bersikap egois dan menahannya kan? Sesuai dugaanku... Kau adalah pria menyedihkan yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginanmu!" sahut Irene, jelas bertujuan untuk menyerangnya, tapi Krist hanya terkekeh pelan,

"Irene... Bahkan jika aku mau membuangnya... Singto takkan meninggalkanku. Bahkan ketika dia disakiti, ditendang, dihina seperti apapun. Dia selalu kembali padaku... Apa kau pikir... Demi wanita sepertimu dia akan meninggalkanku?

Dia telah merasakan kenikmatan tubuh pria sepertiku. Apa menurutmu... Dia akan kembali... Mengais kenikmatan dari tubuhmu?"

Wajah Irene memerah karena hinaan Krist yang bernada sexual. Irene berdiri dengan tiba-tiba, meraih pot bunga di atas meja dan hendak melempar benda itu ke arah Krist saat Vince meraih pergelangan tangannya dan Singto melangkah ke depan Krist.

"Irene!! Hentikan ini! Kau bilang akan meminta maaf padanya..." seru Vince,

"Meminta maaf padanya?! Aku tak sudi!

Pria homo sialan itu menghinaku dan kau berharap aku memohon maaf padanya?!"

Singto terkejut mendengar kata-kata Irene yang penuh kebencian, begitu pula Vince. Keduanya tak tahu Irene akan bertindak sejauh itu hingga menghinanya dengan sebutan yang begitu kasar.

Voice Of Soul (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang