7🦋

19 3 4
                                        

Harapan Ken pupus mendengar suara laki-laki di seberang sana. Ken hendak mematikan ponselnya sebelum suara di sisi lainnya menyahut. Katakanlah Ken terlalu berlebihan,tapi itu yang ia rasakan.

“Sea lagi di toilet? Lo siapa?”

Ken hampir memutuskan sambungan teleponnya sampai laki-laki itu melanjutkan ucapannya.

“Bentar, ini Sea udah balik.” laki-laki itu lalu menyerahkan ponselnya kepada Sea.

“Apa?”
Ken yang mendengar suara Sea pun mulai runtuh. Hatinya terasa seperti kaca yang pecah karena tertembak oleh pistol, kalian bayangkan saja sendiri.

Bagaimana ia bisa seperti ini hanya karena mendengar seseorang, seseorang membuatnya ingin berubah menjadi lebih baik meskipun orang itu tak pernah menerima perasaanya. Brian menyadarkan Ken dari lamunannya, sedangkan Sea di seberang sana juga tidak berbicara.

“Ah itu, gue cuma mau nanya lo udah sampe rumah atau belum.” ucap Ken mengawali pembicaraannya dengan semangat yang ia paksakan. Walaupun tubuhnya melemas mendengar suara laki-laki tadi, ia tidak ingin terdengar lemah oleh Sea.

Eu, lo kenapa? Sakit? Suara lo kok gitu?” untuk pertama kalinya Ken merasa semua energi di sekitarnya membantunya untuk menjadi lebih semangat. Senyum di wajah Ken mengembang hingga akhirnya pembicaraan mereka mengalir begitu saja dengan Ken yang penuh dengan sejuta topik pembicaraan dan Sea yang masih kurang peduli dengan ucapan Ken.

Brian menyikut Ken untuk menanyakan hal yang sejak awal menjadi tujuannya. Ken lalu mengangguk. “Sea, gue mau nanya sesuatu.” ucap Ken hati-hati.

“Gue capek, besok aja di sekolah.” Sea mengakhiri panggilannya sebelum Ken sempat bertanya.

Ken menghela nafas berat lalu memejamkan matanya.
“Udah. Yang penting Sea udah ngomong sama lo. Tanyain besok aja.” Brian menepuk pelan punggung Ken.

“Tapi gue mau nanya sama lo. Lo beneran suka sama Sea?” tanya Brian serius.

“Kayaknya gue bakalan berhenti jadi bad boy deh. Gue mau merjuangin Sea sampai akhir yang gue mau. And, gue ga suka sama Sea. Kayaknya gue cinta sama Sea.” ucap Ken panjang lebar yang membuat Brian menggeleng takjub mendengar ucapan sahabatnya satu ini.

“Gue dukung lo.” sekali lagi Brian menepuk punggung Ken yang membuat Ken merasa lebih baik.
***
Ken sudah duduk di atas motor merahnya selama 15 menit di parkiran sekolah. Ken menunggu kedatangan Sea. Ia hampir tak bisa tidur semalaman hanya karena merasa sangat penasaran. Sekali lagi Ken menengok ke arah gerbang sekolah, berharap Sea datang dari balik gerbang itu. Dan benar saja, Sea datang tepat saat Ken menoleh.

Ken berlari ke arah Sea yang sedang berjalan menuju ke arah kelasnya dengan iPad di tangannya. Ken berdiri di depan Sea, menghalangi jalannya.

“Pagi Sea.” ujar Ken menyapa Sea sambil memamerkan senyumnya yang membuat siswi lainnya ikut menoleh untuk sekedar melihat Ken tersenyum. Sedangkan Sea yang sedang berjalan sambil melihat iPadnya pun menengadah, menatap laki-laki yang kini berdiri menghalangi jalannya.

Sea menghela napas kasar lalu memberikan tatapan tajam kepada Ken. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum bodoh. Sea berusaha mengabaikan Ken dan melanjutkan langkahnya. Namun bukan Ken namanya jika mudah menyerah begitu saja.

“Eh eh bentar, gue mau nanya.” Ken menghalangi Sea dengan memegang lengannya. Dengan keras Sea menepis tangan Ken yang memegang lengannya.

“Apa?” tanya Sea.

“Cowo kemarin siapa?” tanya Ken langsung tanpa basa-basi.

“Kepo banget lo.” ucap Sea singkat lalu pergi meninggalkan Ken.
***

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang