2🦋

15 3 3
                                    

Sea berbaring di tempat tidurnya dan menatap langit-langit kamarnya. Ia meraih ponselnya dan memandangi fotonya bersama kedua orang tuanya.

Air matanya menetes tanpa ia sadari. Ia merindukan kedua orang tuanya, sangat merindukannya. Ia kemudian menyadari bahwa gelang di tangan kirinya tidak ada. Sea bangkit dan mencarinya di sekitar kamar tidur.

Sudah hampir 30 menit Sea mencari, namun masih belum bisa menemukannya. Sea belum menyerah untuk mencari gelang itu. Gelang itu adalah hal terindah yang masih ia miliki setelah kedua orang tuanya pergi meninggalkannya.

Hampir satu jam Sea mencari. Sea kemudian meraih pil di atas meja lalu meminumnya. Ia harap ini berhasil kali ini. Ia lalu membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

🦋

Ken asik memainkan mesin DJ di depannya. Nada yang keluar dari mesin tersebut seakan-akan mengungkapkan segala keluh kesah yang Ken rasakan selama ini.

Ken kemudian pergi dan memanggil seseorang untuk menggantikan posisinya. Menjadi seorang anak SMA, DJ dan model bukanlah hal yang mudah. Ini adalah keputusannya, belajar hidup mandiri dengan menghasilkan uang sendiri dan hidup sendiri bermodalkan nekat dan keberanian.

Ken duduk di depan meja lalu memesan segelas minuman beralkohol dengan kandungan alkohol yang tidaklah sedikit. Arthur, bartender di club itu hafal dengan minuman yang selalu dipesan Ken setiap kali ia duduk di depan meja panjang itu.

Sudah hampir empat gelas Ken teguk dengan kasar, Arthur menghubungi bodyguard pribadi Ken. Tak lama kemudian bodyguard pribadi Ken datang dan membopong Ken menuju mobil sport hitam milik Ken tersebut dan pergi meninggalkan area club.

🦋

Pagi ini Sea berangkat ke sekolah lebih pagi untuk mencari gelangnya yang hilang. Sea mulai mencarinya dari kelas, sekitar lapangan basket, ruang guru, ruang basket, lalu UKS. Namun Sea tidak menemukannya.

"Lo nyari apa?"
Sea yang sudah hampir menyerah lalu mendongak. Alisnya mengkerut, berusaha mengingat laki-laki yang ada di depannya.

"Gue Bryan. Pacarnya Bianca. Lo nyari apa?"

"Gelang."

Bryan hanya manggut-manggut dan berakhir dengan menanyakan Bianca.
Sea kemudian melanjutkan pencariannya kembali, mulai dari UKS hingga ke depan gerbang sekolah.

Dari kejauhan Sea mendengar deru suara motor sport yang tengah melaju mendekati gerbang sekolah. Sebuah motor sport merah memasuki area sekolah dengan sangat keren terlihat. Sea kembali fokus mencari gelangnya yang belum bisa ia temukan.

"Lo nyari apa?" Itu Ken yang baru saja turun dari motor sportnya dan menghampiri Sea yang sedang mencari sesuatu. Sea hanya diam, entah karena malas menanggapi laki-laki ini atau yang lain.

Ken lalu mengingat gelang yang kemarin ia temukan. Ia merogoh tasnya dan menunjukkan gelang tersebut di depan wajah Sea. Sea tersenyum akhirnya bisa menemukan gelangnya yang hilang.

Sea akan mengambil gelang tersebut namun Ken dengan segera menghindar. "Lo mau ini? Ada syaratnya."

"Ga usah main-main sama gue."

"Gue serius. Gue ga pernah main-main. Gue mau id line lo doang kok."
Sea menghela napas kasar. Laki-laki ini sungguh menjengkelkan.

"Kalau gue ga mau?" tantang Sea.

"Gelang lo bakalan sama gue." Ken lalu mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Sea. "Lo tulis id lo disini."

Sea menolak. Ia langsung pergi meninggalkan Ken. Sea ingin gelangnya kembali. Tapi jika meminta hal yang bersifat privasi, Sea akan memikirkannya 1000 kali.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang