27🦋

1 2 0
                                    

Hari-hari berlalu sangat cepat. Tanpa disadari kini Ken sudah menginjak kelas tingkat akhir di SMA Segaralangga. Sudah beberapa bulan terakhir ia tidak bertemu dengan gadis yang masih sangat ia cinta. Siapa lagi kalau Sea. Ia kemudian menghela napas berat.

Rencana perjodohan antara Ken dan Elen masih menggantung. Ken tidak pernah bertemu dengan ayahnya sejak malam itu. Lebih tepatnya ia menghindar untuk bertemu ayahnya.

Meskipun ia tidak bertemu dengan ayahnya, ada Elen yang selalu menempelinya seperti benalu yang jauh lebih meresahkan daripada ayahnya.

“Ken, nanti kita ke mall ya. Aku mau beli tas baru.” ucap Elen manja menggelantungi lengan kekarnya.

Ken sangat muak dengan Elen yang selalu manja padanya. Ia selalu menolak semua ajakan Elen, dan bisa. Tapi tentu ia merasa sangat lelah mendengar celotehan Elen yang terdengar sangat menjijikan baginya.

“Gue sibuk.” ucap Ken menghentakan tangan Elen dari lengannya lalu pergi tanpa sepatah kata lainnya.

Seperti biasa juga Elen menghentakan kakinya kesal karena Ken selalu menolaknya.

Ken melangkahkan kakinya ke arah rooftop. Menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukan di atas sini. Namun kali ini ia tidak sendiri. Ia melihat Samuel sudah duduk di sofa usang yang berada di sebelah pintu masuk.

“Nyari angin juga?” ucap Samuel membuat Ken sedikit terkejut karena posisinya yang membelakangi pintu.

“Yoi.” ucap Ken lalu duduk di sebelah Samuel. “Kenapa lo?” tanyanya melihat raut wajah lelah Samuel.

“Gue lagi stress.” ucap Samuel membuat Ken menoleh lalu berdecih. “Gara-gara Sea lagi?” ucapnya.

“Biasalah.” sahutnya mengedikan bahu. Sudah biasa bagi Ken mendengar keluhan Samuel yang selalu pusing karena tingkah Sea. Jujur, keluhan Samuel tentang Sea selalu mengobati kerinduan Ken pada gadis itu.

“Dia ngapain lagi?”

“Lo tau dia selalu sibuk. Saking sibuknya sampe lupa makan, ngga pernah peduli sama bentukan dia kayak gimana. Menurut lo apa gue ngga stress liat dia kayak gembel gitu?” keluh Samuel dengan penuh emosi membuat Ken terkekeh geli.

Ken tersenyum mendengarkan cerita Samuel tentang Sea yang selalu membuatnya kesal. Entahlah Sea yang tidak pernah makan tepat waktu, ataupun Sea yang selalu keluar malam hari dan pulang pasti setidaknya dengan beberapa gores luka baru.

Melihat Ken tersenyum, Samuel menyenggol lengannya pelan. “Kenapa? Kangen lo sama Sea?” tanya Samuel menggoda.

“Banget.” sahut Ken tersenyum tipis memandang lurus ke dapan.

“Mau gue comblangin?”

Ken berdecak kesal, “Ngga usah. Gue udah pro.” tolak Ken membuat Samuel mencibir.

“Pro apaan? Udah berbulan-bulan masih aja ga ada kemajuan.” cibirnya.

“Ga ada kemajuan karena gue belum bergerak. Lo ga usah fitnah kayak gitu.” tuding Ken kesal pada Samuel.

Samuel memilih untuk tidak berdebat dengan Ken. Terlalu malas berdebat dengan orang yang lagi patah hati.

Ken memilih untuk menuruti permintaan Sea untuk menjauh darinya. Ken tau Sea pasti hanya mengarang tentang misse. Setidaknya itu yang Ken usahakan untuk ia percayai. Ken enggan bertanya pada Samuel tentang Sea. Ia hanya ingin menyimpan semua yang ia tau sendiri  Namun yang masih menjadi pertanyaannya, dimana Sea mendapatkan semua luka-luka itu?

Ken menggeleng-gelengkan kepalanya, menghilangkan semua pemikiran buruk tentang Sea. Samuel melirik Ken yang terlihat sangat frustasi lalu menepuk bahunya beberapa kali, “Lo ngga gila karena kangen sama Sea kan?” tanya Samuel dengan raut wajah miris.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang