23🦋

4 2 0
                                    

“Elen?”

Ken mengernyit melihat Elen duduk disana.

“Lo ngapain disini?” tanyanya sinis. Tentu saja Ken masih marah padanya meskipun tidak semarah saat itu.

“Kenzio! Yang sopan dong. Duduk dulu.” perintah ayahnya yang Ken lakukan setengah hati.

“Kamu habis darimana?” tanya Elen basa-basi yang tidak mendapatkan respon dari Ken.

“Oh kalian udah saling kenal?” tanya Dazel- ayah Elen.

“Iya Pa, aku sama Ken satu sekolah.” sahut Elen.

“Kok kamu ga bilang sama papa?” tanya Axel-ayah Ken.

“Gimana mau bilang, ketemu aja jarang.” sahut Ken sinis yang juga dibalas dengan tatapan sinis oleh Axel.

Axel tertawa canggung, berusaha mengendalikan suasana yang terasa memanas.

“Kenalin, ini anak saya. Kenzio.” ucap Axel memperkenalkan Ken pada Dazel.

“Oh halo Ken, nice to meet you.” ucap Dazel sembari menjabat tangan Ken.

“Kenzio om, nice to meet you too.”

By the way kalian beneran satu sekolah?” tanya Dazel.

“Iya om.”

“Wah bagus dong. Pasti sering ketemu kan?”

“Iy-“

“Engga kok om. Kita jarang ketemu.” ucap Ken memotong ucapan Elen yang mungkin sedikit dilebih-lebihkan.

“Ngomong-ngomong, gimana perusahaan kamu?” tanya Axel mengalihkan pembicaraan.

Not bad. Akhir-akhir ini ada peningkatan walaupun sedikit.” sahut Dazel.

“Kalau kamu?” tanya Dazel.

“Seperti biasalah.” sahut Axel membuat mereka berdua tertawa.

Begitulah obrolan membosankan itu berlanjut. Merasa tak tahan mendengar omong kosong yang ayahnya ucapnya, Ken berdiri dengan tiba-tiba.

“Pa, aku mau keluar sebentar.” pamit Ken namun ditahan.

“Kamu ajak Elen jalan-jalan sana.” perintah Axel.

Ken menatap Elen yang juga menatapnya.

Merasa tak enak menolaknya, Ken hanya mengangguk lalu keluar meninggalkan Elen di belakang.

Dengan segera Elen berpamitan dan berlari menyusul Ken yang sudah berjalan cukup jauh.
“Ken! Tunggu ih!” teriak Elen sambil berlari.

Ken memejamkan matanya menahan kesal lalu berbalik menatap Elen tajam.

“Lo ngapain sih kesini? Cari muka sama bokap gue?” tanya Ken tajam.

“Kamu apa-apaan sih. Aku cuma nurut papa buat ketemu sama om Axel.” sahut Elen sok polos.

“Gausah sok polos lo. Lo tau kan apa maksud pertemuan itu?” tanya Ken dengan menyeringai.

Elen terdiam. Ia tau maksud pertemuan itu, sangat tau karena ia sudah sangat sering mengalaminya.

“Udah tau ternyata.” gumam Ken pelan melihat reaksi Elen.

“Tapi Ken, aku-“

“Stop pake aku-kamu! Gue jijik dengernya.” ucap Ken menuding tajam wajah Elen.

“Tapi Ken, aku cinta sama kamu.”

“Tapi gue engga.” sanggah Ken cepat.

“Gue ga pernah punya perasaan apapun sama lo.” ucap Ken penuh penekanan membuat Elen terdiam.

Sweet ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang