"Eh bu bos, sama pak bos dateng." Ucap Devan yang melihat Alkar datang bersama Alisha. Ucapannya menyebabkan pandangan seluruh anggota Vandalas, yang berada di markas menoleh kearah Alisha.
"Ekhem, biasa aja kali natapnya." Ujar Alkar dengan wajah datar, Sambil menatap tajam kearah para anggotanya.
"Udah woy udah, pawangnya serem." Rafi bergidik ngeri melihat tatapan bosnya itu.
Alisha hanya diam, sambil meneliti ruangan yang mereka sebut 'markas' itu. Alisha menggelengkan kepalanya melihat keadaan markas itu benar benar seperti kapal pecah. Banyak sampah plastik bekas ciki-ciki yang berantakan, dan jangan lupakan botol minuman kaleng yang juga tak beraturan tempatnya.
"Ini kenapa kayak kapal pecah gini?" Tanya Alisha.
"Emang begini bu bos, soalnya bersihin nya kalau mood doang." Jawab Reyhan.
Alisha menghela napasnya, ia benar benar tidak betah melihat tempat kotor seperti ini. "Bersihin cepet. Kok bisa sih, kalian betah berantakan gini? gue aja gak betah ngeliatnya."
Semua anggota yang berada di dalam markas itu cengengesan. "Hehe, iya bu bos. Ini kita bersihin." Ucap Marcel dengan menatap anggota lainnya dengan pandangan yang bisa diartikan 'Ayo bersihin, kalau gak mati lo sama pak bos'.
Alisha tak tinggal diam, ia juga ikut membantu membersihkan markas itu. Saat tangan Alisha ingin menyentuh satu sampah, tangan nya ditahan oleh Alkar.
"Ngapain lo ikut bersihin? biarin mereka aja. Mereka yang buat kotor, berani berbuat berani bertanggung jawab." Tegas Alkar. "Lagian lo disini juga, sebagai ibu bos mereka. Jadi tugas lo cuma duduk."
Alisha menghela napas. "Okay." Ucapnya, kemudian menjatuhkan bokongnya disebelah Alkar.
Alisha dan Alkar melihat anggota Vandalas yang sedang memungut sampah plastik bekas ciki-ciki, dan sampah minuman kaleng.
"Nah gini kan enak, diliat." Ucap Alisha, saat anggota Vandalas sudah selesai membersihkan markas itu. Matanya meneliti setiap ruangan itu.
"Udah, kalian boleh duduk." Kemudian Alisha menatap Alkar. "Alkar, bagi duit dong." Alisha menjulurkan tanganya.
Alkar menatap Alisha, kemudian mengeluarkan 2 lembar uang berwarna merah, dan memberikan uang tersebut ke Alisha.
Alisha tersenyum. "Makasii." Kemudian tatapan Alisha mengarah ke para anggota suaminya itu. Dan menjulurkan dua uang berwarna merah itu kearah Erick. "Nih, pake buat kalian beli jajan. Kan tadi kalian udah bersihin markas ini, jadi ini hadiahnya." Alisha tersenyum.
"Eh, gak papa nih bu bos?" Ucap Erick sambil menatap uang yang di tangan Alisha, kemudian matanya menatap Alkar. Alkar mengangguk. Setelah melihat anggukan dari sang ketua, Erick langsung mengambil uang itu.
"Makasi ya bu bos tercantik, sering sering." Erick cengengesan.
•••🔥•••
"Eh, gue pulang ya." Ucap Daven tergesa-gesa.
"Kenapa lo?" Tanya Reyhan.
"Kata emak gue. Si Monyet, digigit marmut." Balas Daven. Kemudian berlari pergi keluar markas. Alisha memandang Aneh Daven.
"Monyet digigit marmut? emang bisa?" Tanya Alisha polos.
Alkar terkekeh melihat wajah polos Alisha. "Jadi si marmut itu, monyet. Nah si monyet itu marmut." Jelas Alkar.
"Gak ngerti gue." Balas Alisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAR
Teen Fiction⚠️WARNING! CERITA INI BISA MEMBUAT ANDA BAPER, SAMPE GIGIT GULING. [DI MOHON UNTUK PLAGIAT JANGAN MENDEKAT!] Menikah muda? Perjodohan? itu tidak pernah terlintas di otak seorang Alkar. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja kedua oran...