PART 44. BUCIN MULU

15.7K 2K 411
                                    

HALOOOOO!!!!
APA KABARR?

MAAF LAMA LAGI UP NYAAAAAAAAAAA!!

OHIYAAA, VOTE NYA UDAH 99,9 AYOO DIKIT LAGI 100K. MAKASII MAKASI MAKASIIIIIIIIIIIIII!!!

Kalian bosen gasih sama cerita ini? Takut banget kalau kalian bosennnnnn

Makasi buat yang masi bertahan baca cerita ini. Aku sadar ceritaku masi banyak kurangnya. Awal-awal part masi belum bener tanda bacanya, terus makin kesini makin garing☹️
Tapi aku mau ngucapin makasi banyak sama kalian yang udah bisa baca dan support akuuu sampe saat ini.

Ohiya, aku mau nanya, kalian itu seneng banyak part bucin/konflik? 😩😩😩

Let's gooooo~~~~

Happy Reading and Enjoyyy!!
*****
PART 44. BUCIN MULU
______

Jaehyun mulu, gue kapan? Yang didepan mata langsung kok dianggurin.

***

Hari Senin, dan hari pertama ulangan. Sungguh sangat membuat diri pemalas kita sangat kesal, bukan?

Ulangan kelulusan bagi kelas XII membuat mereka menjadi seperti seorang kutu buku yang sangat-sangat fokus agar bisa lulus dan keluar dari zona nyaman alias prenjon, canda prenjon. Maksudnya zona SMA.

Di pagi yang cerah ini, koridor dipenuhi oleh siswa-siswi yang sedang mengobrol, mengghibah, atau sedang belajar.

Alkar, Erick, Evan, Reyhan, Daven, Rafi dan Marcel sedang duduk dengan anteng di kantin. Mereka berlagak seperti hari-hari biasanya. Tidak ada yang fokus dengan belajar kecuali dia--Evan.

Pria yang matanya dan telinganya bekerja bersamaan. Matanya fokus terhadap buku yang ia pegang, dan telinganya fokus mendengar obrolan para sahabat. Hebatt!

“Lo pada belajar?” tanya Daven dengan menopang dagu, ia menatap para sahabatnya satu persatu.

Marcel mengangguk dengan cepat, “gue mah sebagai anak rajin dan pintar pasti belajar,” ujarnya dengan bangga dan tak lupa tangannya yang menepuk dada.

Reyhan tertawa mengejek, “lo belajar? Gak yakin sih gue. Perasaan dari semalem lo mabar sama gue tuh,” sahut Reyhan dan diakhiri dengan tatapan jahilnya.

“Ah, lo mah! Gue belum selesai ngomong. Maksud gue belajar untuk tidak mencintai dia lagi, dan belajar untuk ikhlas bahwa dia sudah memiliki pacar,” dramatis Daven dengan wajah yang dibuat melas.

Berbeda lagi dengan keempat gadis yang sedang mengobrol didalam kelas. Dengan posisi Alisha duduk diatas meja bersebelahan dengan Vira, Asya duduk dikursi berhadapan dengan Alisha dan Vira, dan yang terakhir Sela, gadis itu ngemper di lantai dengan menghadap kearah teman-temannya.

“Lo belajar gak, Sel?” tanya Asya dengan mengarahkan kepalanya untuk menghadap kearah Sela yang sedang ngebug.

Tak mendengar sautan dari Sela, Vira dengan refleks menjawab, “lo nanya dia belajar atau nggak? Ya jelas nggak lah!” julidnya.

Perkataan itu membuat Sela tersadar dari aksi ngebug tak ber-faedah nya, ”h-hah? Apa?” tanyanya.

Alisha, Asya dan Vira tertawa mendengar aksi cengo Sela. Wajah gadis itu sangat polos hingga ingin di gaplok.

ALKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang