10. Aborsi
Malam ini Win sedang menatap bintang di depan kamar kostnya. Win terdiam cukup lama. Tanpa sadar air mata Win terjatuh. Hp Win yang berada di sampingnya berbunyi. Win melihat hp nya. Win mengira Bright yang menelfon dirinya, namun ternyata papa Win yang menelfon. Win segera mengangkat telfon itu.
"Halo pa"
"Kamu apa kabar Win?
"Baik pa, tumben telfon. Ada apa pa?"
"Papa cuma kangen sama kamu"
"Kenapa suara papa lemes gitu sih, ada apa pa?"
"Win, kalau kamu berhenti kuliah gimana?"
"Emang kenapa pa?"
"Kantor papa lagi ada masalah Win, kamu berhenti kuliah aja ya nak"
Win terdiam sebentar. Cukup dia merasa hancur di hari yang sama. Disuruh menggugurkan kandungan dan dia harus berhenti kuliah.
"Win cari kerja sampingan aja ya pa, buat bayar kuliah Win. Papa fokus ke kantor aja. Jangan mikirin Win"
"Tapi nak, papa takut kamu kecapekan"
"Win gak papa pa, papa sama mama jangan kebanyakan fikiran ya"
"Win sayang banget sama papa mama"
"Jaga kesehatan ya pa"
"Iya Win, maafin papa. Papa gak becus jadi orang tua"
"Pa mungkin ini ujian dari tuhan. Papa semangat ya"
"Terima kasih pengertian kamu Win. Kamu jaga diri ya nak"
"Iya pa, Win matikan ya pa"
"Iya nak"
Win mematikan sambungan telefonnya. Win menangis terisak.
"Ujiannya berat banget ya tuhan. Kayaknya aku gak boleh bahagia deh"
Tiba tiba hp Win berbunyi lagi. Harapannya pupus, Bian yang menelefonnya. Bukan Bright.
"Halo Win"
"Iya Bi"
"Aku sudah menemukan tempat buat aborsi, tapi apa kamu yakin?"
"Iya Bi, besok kamu bisa antar aku kan?"
"Bisa Win, besok kan gak ada matkul jadi aku ayo aja"
"Terima kasih Bi"
"Apa kamu yakin? aku khawatir sama kamu Win"
"Aku gak papa Bi, percaya sama aku"
"Oke besok aku antar. Aku matikan ya Win"
"Iya Bi, terima kasih"
Win menaruh hpnya disamping duduknya.
"Kak apa Kak Bai gak khawatir sama Win? Win besok bertaruh nyawa loh"
"Aku terluka lagi ya? kenapa Kak Bai janji dulu kalau akhirnya kayak gini? sakit banget kak. Tapi bodohnya aku sayang sama Kak Bai"
Sudah larut malam, Win memutuskan untuk tidur.
KEESOKAN HARINYA
Bian menunggu di depan kost Win. Win keluar dengan wajah yang pucat.
"Win kamu gak papa kan?"
"Gak papa Bi"
"Kamu yakin?"
"Yakin Bi, ayo berangkat"
Win menaiki motor Bian. Bian mengendarai motornya dengan pelan, dia berharap Win berubah pikiran. Kalau pacar Win tidak mau bertanggung jawab, Bian siap untuk menggantikannya. Namun Win terlalu sayang kepada pacarnya.
Sesampainya di tempat yang dituju, seperti rumah biasa. Win segera memasuki rumah itu, diikuti Bian di sampingnya.
"Ini nak Win yang mau gugurin kandungan ya?" tanya Ibu disana
"Iya bu"
"Oh langsung masuk saja nak"
Win memasuki sebuah kamar yang di maksut, banyak peralatan disana. Win mulai ketakutan.
"Tiduran nak" perintah Ibu itu
"Bi, temenin aku ya. Aku takut"
"Iya Win"
Bian menggenggam tangan Win, dilihatnya wajah Win yang ketakutan. Bian juga ketakutan namun tidak di tampakan, dia ingin Win tenang.
"Kamu tenang ya nak"
Win mulai kesakitan, ibu tidak memakai bius. Win merasakan sangat sakit di lubang madunya.
"BI SAKITTTTTTTT" teriak Win
"AKU GAK KUAT BII"
"Tahan Win, kamu pasti bisa. Sebentar lagi ya Win"
"BIIIII SAKITTTT BANGETTTTT"
Hampir 2 jam Win berteriak kesakitan, tenaga Win sudah habis. Berakhir sudah penderitaan Win.
"Sudah selesai nak"
Win berdiri dan segera pulang, namun Win merasakan sangat sakit di bagian lubangnya. Perutnya terasa sangat melilit. Celana Win sudah basah dengan darah.
Win menaiki motor Bian.
"Bi sakit banget Biiii"
"Kita kerumah sakit, aku gak nerima penolakan"
Bian melirik wajah Win dari spion, seakan akan darah win dihisap oleh vampire, wajah pucat serta bibir yang seperti orang sakit.
"Sabar ya Win"
"Biii aku gak kuat banget Bii"
Sesampainya di rumah sakit, Bian menggendong Win. Dia tidak tega melihat Win kesakitan.
"Suster, tolongin teman saya"
Para suster membawa brankar untuk Win. Win dibawa ke ruang perawatan. Setelah memeriksa Win, dokter keluar menemui Bian.
"Maaf anda keluarganya?"
"Iya dok"
"Pasien mengalami pendarahan hebat, jika terlambat di bawa kesini bisa meninggal. Silakan kamu pilih kamar dulu biar pasien bisa langsung di pindah kan ke ruang rawat"
"Dan dia harus di rawat inap di rumah sakit selama seminggu, kita lihat perkembangannya"
Bian segera menuju ke kasir untuk mengurus administrasi. Setelah itu Bian kembali ke ruang awal Win. Dilihatnya Win yang tertidur di brankar dengan wajah pucat.
"Win maafin aku, seharusnya aku gak kasih tahu kamu tempat itu"
"Kamu harus kuat Win, aku gak mau kehilangan kamu"
Brankar Win segera di pindahkan ke ruang rawat. Bian selalu menemani Win.Bian selalu menggenggam tangan Win, takut kehilangan.
~Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita [ Bright x Win ] ✓
FanfictionWarning BxB 18+ 🔞 Mpreg Tentang hitam dan abu abu yang bersatu.Kenapa tidak putih? karena semua orang di dunia tidak ada yang suci, pasti ada kejahatan di dalam dirinya. Tentang penjalanan percintaan yang rumit. Seorang bright yang berasal dari kel...