Tentang Kita (11)

3.1K 251 20
                                    

10. Tidur

Sudah 2 hari Win tertidur. Entah Win sedang bermimpi apa hingga Win tidak mau membuka matanya. Bian selalu setia menemani Win. Menggengam tangan Win. Bright yang sampai sekarang tidak menghubungi Win.

Win akhirnya bangun, betapa senangnya Bian melihat Win yang sudah membuka matanya.

"Bi haus"

Bian mengambilkan air di meja samping tempat tidur Win. Bian membantu Win untuk minum.

"Bi, Kak Bai ada chat aku gak?"

"Gak Win"

Bian melihat wajah murung Win. Bian memberikan hp Win.

"Chat dulu aja Win, kamu butuh dia"

Win mengetik nama Bright.

Kak Bai 🐵

Kak, Win di rumah sakit. Kak Bai gak kesini nemenin Win?

Kak Bai sibuk ya

Oh iya Win di rumah sakit Santa Maria

Kalau Kak Bai sempat, kesini ya. Win tunggu

Aku sibuk, jangan ganggu

Oh maaf kalau Win ganggu

Win menghela nafas. Bright nya berubah. Dia butuh Bright di saat ini.

"Gimana Win?"

"Kak Bai sibuk, gak papa deh"

"Terima kasih Bi udah nemenin aku sejauh ini"

"Ya udah kamu istirahat lagi. Kamu habis kehilangan darah banyak banget, pasti kamu lemas"

"Iya Bi"

Win memejamkan matanya. Bian menggenggam tangan Win. Bian menatap wajah Win. Orang yang dia sayangi. Namun dia diabaikan oleh pacarnya. Seandainya Bian lebih cepat, mungkin Win tidak akan seperti ini. Terbaring lemah karena kehilangan banyak darah akibat aborsi.

Tiba tiba Bright datang dan membuat keributan.

"Oh gini kelakuan lu dibelakang gue?"

Win yang merasa ada keberisikan membuka mata.

"Kak Bai kesini? kata Kak Bai sibuk"

Win tidak menyadari tangannya di genggam oleh Bian.

"Iya kalau gue gak kesini, gue gak bakal tahu kebusukan lu. Murahan banget lu ternyata"

"Maksut Kak Bai apa?"

"Gue curiga, kemarin anak tuh cowok bukan anak gue"

Bright menatap Win sinis.

"Gue kira beruntung dapetin lu, ternyata gue dapet sisa. Lu murahan"

Win melihat arah pandang Bright. Win melepaskan tangan Bian dari tangannya.

"Kak Bai, gak gitu kak"

"Apa lagi sih, bangsat lu ya Win"

"Maaf kak maaf, jangan tinggalin aku"

Win yang melihat Bian akan berbicara menahan bian.

"Jangan tinggalin aku kak, aku udah nurutin perintah Kak Bai. Aku udah gugurin anak itu"

"Beri gue waktu sebentar. Gue mau tenangin diri dulu"

Bright meninggalkan Win yang masih menangis. Bian mengelus pelan kepala Win.

"Kenapa kamu gak biarin aku jelasin?"

"Kak Bai itu keras kepala, apapun yang kamu jelasin gak bakal didengar. Makanya aku ngalah, biarin dia pikir aku selingkuh"

"Tapi kamu nyakitin diri sendiri Win"

"Gak papa, aku bakal berusaha buat Kak Bai maafin aku"

"Terserah kamu Win, istirahat lagi Win"

"Aku udah gak bisa tidur Bi"

"Kenapa?"

"Gak papa"

Win dan Bian sama sama terdiam. Tiba-tiba Win mengatakan hal yang membuat jantung bian berdetak lebih cepat.

"Kalau aku mati, aku pengen banget mati di pelukan Kak Bai. Tapi kalau gak bisa setidaknya Kak Bai gak tahu kalau aku udah pergi"

Win menatap Bian.

"Andaikan aku bisa jatuh cinta sama kamu, mungkin aku akan bahagia. Nyatanya aku jatuh ke sosok Bright Vachirawit"

"Aku pengen banget bahagia kayak orang orang"

"Kamu pantas bahagia Win"

"Kemarin malam sebelum aku gugurin kandungan aku, papa aku telefon. Papa lagi ada masalah keuangan. Mungkin habis keluar dari rumah sakit, aku bakal mencari pekerjaan Bi"

"Aku mau biayain kuliah ku sendiri"

"Tapi kamu masih sakit Win"

"Gak papa, demi kuliah ku juga"

Mereka sama sama terdiam. Win yang memikirkan tentang Bright dan Bian yang memikirkan keadaan Win.

DILAIN TEMPAT

Bright kembali ke kosnya, Bright meminum obat tidurnya. Bright memiliki masalah dengan tidurnya.

"Gue kecewa sama lu Win, kalau lu bisa selingkuh gue juga bisa selingkuh"

"Kita tunggu aja Win"

Bright mulai merasakan kantuknya. Bright ingin tenang sejenak.

~Bersambung~

Tentang kita [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang