24. Bersenang-senang (2)
Pagi harinya dokter Andreas menepati janjinya untuk menjemput Win di rumah sakit. Win akan mengajak dokter Andreas untuk berjalan-jalan di tempat favoritnya. Di danau yang hanya Win dan teman-temannya yang tahu. Danau di dekat kampusnya. Dan setelah itu Win akan mengajak dokter Andreas ke pasar malam.
"Kamu sudah siap Win?"
"Sudah dong kak"
"Aku bantu bawa barang kamu ya"
"Gak usah kak, biar Win bawa sendiri"
"Kamu gak boleh kecapekan"
"Kak jangan manjain aku"
"Siapa yang manjain kamu?"
"Kak Andre lah"
"Aku cuma bantu bawain Win, bukan manjain kamu"
"Terserah kak Andre deh"
"Nah gitu dong nurut. Ayo"
Mereka berdua meninggalkan rumah sakit. Banyak perawat yang menyapa dokter Andreas, bahkan ada yang mengatakan Win dan dokter Andreas sangat cocok.
Win memasuki mobil dokter Andreas. Bahkan di dalam mobil dokter Andreas ada foto Win yang sedang tertidur.
"Kak Andre kapan ngambil ini? kok Win jelek?"
"Kata siapa kamu jelek Win?"
"Itu jelek kak"
"Itu kamu imut banget Win"
"Udahlah terserah kak Andre aja"
"Kita mau kemana Win?"
"Kita ke danau deket kampus ya kak. Danau itu yang tahu cuma Win sama temen-temen Win aja"
"Wah berarti aku orang spesial dong yang kamu ajak"
"Iya dong kak Andre spesial. Habis ini kak Andre harus berterima kasih sama Win"
"Iya deh, terima kasih anak nakal"
"Aku gak nakal ya kak"
Win terus mengarahkan hingga sampailah di danau yang di maksut oleh Win. Danau yang sangat sejuk, indah.
"Kamu tahu darimana Win ada danau seindah ini?"
"Aku iseng-iseng kak, eh ketemu danau ini"
"Duduk di sana yuk kak"
"Ayo"
Win dan dokter Andreas duduk di kursi yang ada di pinggir danau. Mereka berdua terdiam cukup lama. Hingga akhirnya Win membuka pembicaraan.
"Dulu prinsip Win gak ada sex sebelum nikah. Semua mantan Win pernah ngajak sex tapi Win selalu bisa nolak. Tapi saat sama mantan terakhir Win ini, gak tahu kenapa Win gak bisa nolak. Win sayang banget sama dia. Win kasih semua yang Win punya. Win gak mau kehilangan dia. Sampai Win hamil. Dia dulu janji bakal nikahin Win, tapi saat Win ngomong Win hamil. Dia gak mau tanggung jawab, dia suruh Win gugurin. Dan bodohnya karena Win sayang sama dia, Win lakuin"
"Win bunuh anak Win kak. Win gak pantas disebut manusia. Win malu sama anak Win. Dia gak bersalah tapi dia harus di bunuh. Win menyesal kak. Seharusnya Win pertahanin dia. Tapi benar kata orang, penyesalan selalu di belakang. Dan sekarang Win dapat karmanya. Win kena kanker. Lucu ya kak hidup Win. Karena seseorang, hidup win yang sudah terencana jadi berantakan"
"Dulu Win pengen banget bahagiain orang tua Win karena cuma Win anak yang mereka punya. Win sadar, dari dulu Win cuma nyusahin orang tua Win. Win manja, Win gak bisa apa-apa, Win selalu nyusahin. Dan sekarang Win udah dapat predikat jalang gratisan. Jalang yang bisa diajak tidur cuma dengan kata cinta. Murahan banget kan kak?"
Dokter Andreas hanya mendengarkan. Sesekali dokter Andreas menghapus air mata Win.
"1 hari itu bisa hancurin dunia Win kak, sebelum Win tahu kalau Win kena kanker. Mantan Win suruh gugurin kandungan Win dan malamnya papa Win telefon. Keuangan papa lagi ada masalah, Win di suruh berhenti kuliah. Tapi Win nekat, Win bilang bakal cari kerja buat biaya kuliah Win"
"Dan ternyata bukan buat biaya kuliah, tapi buat biaya beli obat kanker. Miris kan kak?*
Win tertawa tetapi matanya mengeluarkan air mata.
"Seharusnya yang nemenin Win saat ini orang tua Win dan pacar Win. Tapi Win gak tega buat bilang orang tua Win. Win gak mau lihat air mata mereka jatuh karena Win. Dan pacar? Win cuma pelampiasan. Setelah Win kasih semuanya ternyata dia cuma penasaran sama Win, setelah sex dan pacarnya kembali Win di buang"
Win menatap dokter Andreas.
"Bahagia kan kak hidup Win?"
"Kasih tahu orang tua mu Win. Mereka juga harus tahu keadaan anaknya"
"Tunggu Win pergi dulu kak, biar Win gak lihat air mata mereka"
"Tapi itu bikin mereka tambah sakit Win"
"Kakak tahu gak selama ini Win pura-pura tertawa padahal tiap malam Win ketakutan, gelisah, selfharm. Win gak mau mereka khawatir. Win cuma mau mereka tahu Win gak kenapa-kenapa"
Dokter Andreas menarik lengan Win. Dilihatnya disana banyak barcode yang sudah mengering.
"Jangan kayak gitu lagi Win"
"Iya kak"
"Win terlalu takut buat semuanya. Kalau boleh Win juga takut mati. Tapi nyatanya nanti Win juga bakal mati"
"Kita buat senang-senang kan? jangan nangis lagi"
"Terima kasih kak udah mau dengerin cerita Win"
"Gak papa Win"
Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita. Hingga hari sudah sore dan Win mengajak dokter Andreas untuk ke pasar malam.
Mereka bercanda bersama. Mereka menaiki berbagai permainan di pasar malam itu. Win juga membeli amplop cantik. Melihat wajah Win yang sudah pucat dokter Andreas berniat untuk mengantar Win pulang.
"Win ayo pulang, wajah kamu udah pucat banget gitu"
"Bentar kak. Lihat deh bintangnya banyak"
Dokter Andreas menatap langit.
"Nanti kalau Win pergi, terus kak Andre kangen Win, lihat aja bintang di langit. Win sedang ngawasin dari sana"
"Udah yuk Win pulang, omongan kamu makin ngelantur"
"Hehe ayo pulang kak"
Dokter Andreas mengantarkan Win pulang. Setelah memastikan win masuk ke kamarnya dokter Andreas meninggalkan kost Win.
"Win capek tuhan. Saatnya Win istirahat"
Ucap terakhir Win dan memejamkan matanya. Hari ini Win ingin tertidur nyenyak.
~Bersambung~
Amplop yang dibeli win
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita [ Bright x Win ] ✓
FanfictionWarning BxB 18+ 🔞 Mpreg Tentang hitam dan abu abu yang bersatu.Kenapa tidak putih? karena semua orang di dunia tidak ada yang suci, pasti ada kejahatan di dalam dirinya. Tentang penjalanan percintaan yang rumit. Seorang bright yang berasal dari kel...