Tepat dugaan, Carrie kembali ke mansion dua hari setelah keberangkatannya. Sendirian, tanpa Arthur atau Kevin seperti yang dikatakan sebelumnya. Kedatangannya langsung disambut kilatan emosi dari Judy, juga Denise yang bersedekap dada.
"Akhirnya kau pulang juga," ucap Denise sebelum mengarahkan Carrie agar ikut dengannya.
Carrie yang tidak tahu apa-apa jelas saja hanya menurut. "Bukankah ini waktu tempuh yang normal untukku? Santai saja, memangnya ada apa, sih?"
"Hillary." desis Denise sebab Judy tampak tak mau ikut andil dalam percakapan. "Entah apa maunya, tapi dia kembali. Setidaknya, bila ada kau dan Judy, Joanne aman."
"Aman? Konteks?" tanya Carrie dengan dahi mengernyit.
"Dia menargetkan Joanne, entah untuk operasinya, atau untuk pengecohan. Dan sayangnya, kita tak bisa sembarang menyerang, Hillary itu mantan anggota kita juga, yang terbaik pula."
Setelah Denise menandaskan, Carrie tak lagi bertanya dan membiarkan bibirnya bungkam selagi langkahnya dibimbing oleh kedua rekannnya ini. Mansion terlihat sepi, alasannya bisa ia maklumi, karena para agen lain juga tengah dikirim ke markas-markas cabang untuk diberi pelatihan. Sementara yang tinggal, hanya beberapa agen pria cadangan, dan juga agen wanita yang belum mendapat giliran.
"Dia ada di taman belakang waktu terakhir kulihat." jelas Denise yang kemudian diangguki Carrie.
Denise dan Judy pergi, meninggalkan Carrie yang lantas memantapkan kaki memasuki area taman belakang yang dimaksud sebelumnya. Pandangannya mengedar, mencari si subjek yang dikabarkan meresahkan segenap warga mansion. Rupanya, si cantik Hillary tengah terduduk di bawah pohon ek yang memang rimbun, sambil memejamkan mata tak menggubris Carrie yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Hei." sapa Carrie.
Hillary membuka sepasang kelopak matanya, tersenyum simpul sampai Carrie memalingkan wajahnya enggan bersitatap langsung. Gadis pendatang itu kemudian membenahi posisi tubuhnya, lantas menepuk spasi di dekatnya sebagai isyarat agar Carrie duduk. Basa-basi biasa yang mentah-mentah ditolak oleh lawan bicaranya.
"Aku tidak mau berlama-lama menghabiskan waktuku. Jadi, aku hanya akan menanyakan, apa tujuanmu kemari?" tanya Carrie ketus, tetap mempertahankan gestur tubuh enggan saat mengatakannya. "Agaknya, kamu terlalu licik untuk datang berkunjung begitu saja tanpa ada maksud tertentu."
Hillary terkekeh. "Sepertinya, kamu yang terlalu licik, Carrie. Pikiranmu itu terlalu jauh mencurigai orang. Padahal, apa salahnya jika aku benar-benar hanya datang kemari untuk berkunjung tanpa bermaksud apa-apa?"
Carrie mendelik sinis, mengepalkan tangannya di samping tubuh sebelum kemudian menyahut. "Seluruh awak mansion sudah hafal bagaimana kelakuan busukmu. Kami tidak akan lupa begitu saja tentang apa yang sudah kau lakukan."
"Ya, kau mungkin memang benar, Carrie. Tapi, tidak dengan si anak baru itu. Dia terlihat sangat polos, aku suka." tukas Hillary.
"Jangan berani-beraninya kau menyentuh Joanne, dengan atau tanpa perantara." ucap Carrie yang disengajakan penuh penekanan.
"Memangnya kenapa? Dia menarik."
***
Keadaan markas utama terlihat begitu kondusif, dengan para agen yang dikumpulkan di lapangan. Dari total dua ratus lima puluh orang yang ikut pelatihan, Arthur terlihat seperti anak hilang pengawasan dengan tubuh kecilnya yang terkesan ringkih, diposisikan di tengah-tengah pasukan. Sementara Kevin, mereka berdua memang sengaja dipisahkan.
Di depan sana, ada Shizuragi Willia yang tahun ini ditunjuk untuk memimpin pelatihan untuk para pembangkang tim. Juga berdiri seorang Shizuragi Malvis sebagai koordinator yang turun langsung membantu William.
"PUSH UP!"
Serempak, pasukan turun ke tanah merah untuk melaksanakan perintah. Termasuk Arthur yang harus mengeluh terlebih dulu sebelum ikut turun. Pada aba-aba yang ditentukan, tubuhnya bergerak naik-turun sesuai irama.
"Hei, Shizuragi Arthur ikut pelatihan ini? Atau mataku saja yang salah lihat?" tanya William pada Malvis yang berdiri tepat di sebelahnya—tentunya setengah berbisik.
"Umm-hmm. Kudengar dia memang sedang bermasalah." jawab David. "Makanya, ini menjadi kunjungan pertamanya setelah beberapa tahun absen."
***
Lagi-lagi, Joanne dihadapkan dengan situasi yang membingungkan dirinya. Separuh dalam dirinya mengatakan untuk segera berpamit, namun yang terjadi ia hanya terdiam menunggu sang lawan bicara mengatakan apa maksudnya.
Lorong mansion tengah sepi, hanya diisi beberapa stik obor yang masih setia dipasang oleh para maid. Hillary begitu pintar menentukan waktu dan tempat yang akan ia gunakan, Joanne mengakui juga kalau dirinya mulai dihampiri rasa ragu juga takut.
"Joanne, apa kabar?" tanya Hillary yang kemudian tersenyum manis.
Joanne tergugu, "A-ah, aku baik. Bagaimana denganmu?"
Kemudian, Hillary menjawab sambil diselingi tawa kecilnya. "Aku? Baik sekali. Terlebih lagi ketika kakiku berhasil menempatkan diri di mansion ini lagi. Ah, ini pencapaian yang sudah kutunggu selama ini."
Selepas Hillary selesai mengatupkan mulut setelah mengucapkannya, Joanne tak melahirkan jawaban. Gadis itu termangu, benar-benar dibuat mati kutu hanya dengan berdiri berhadapan dengan Hillary.
Hillary menguarkan auranya terlalu kuat, meski disamarkan dengan sikap yang dibuat ramah. Joanne juga tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa lawan bicaranya ini munafik.
"Delapan hari lagi, Arthur akan kembali dari tugas tambahannya." ucap Hillary lagi setelah beberapa saat terhalang jeda. "Dan pada saat hari itu tiba, boleh aku minta sesuatu padamu?"
"Apa yang kau inginkan?"
"Bolehkah kau menghindarinya, dan lalu kau biarkan aku yang 'mengambil alih'? Hanya untukku, Joanne, hanya untukku. Setelah aku berhasil menjalani mauku, silakan kau hendak bertingkah seperti apa kedepannya." ucap Hillary, memicingkan matanya sedikit. "Bagaimana, Jo? Ini tawaran pertamaku untukmu."
Sementara di sisi lain, berdiri Kate yang bersembunyi di balik pilar penopang utama. Jarak lokasinya yang tak begitu jauh dari lorong tempat Joanne dan Hillary berdiri, membuatnya bisa dengan jelas mendengar percakapan mereka berdua tanpa ketahuan.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan kesal, berulang kali menghela napas kasar sebagai bentuk peralihan dari keinginannya untuk mengumpati keras-keras. Semakin lama, ucapan yang keluar dari mulut Hillary semakin membuatnya darah tinggi kalau tidak segera dihentikan.
"Kenapa mereka diam?" bisiknya pada diri sendiri sebelum mulai mengintip. Setelahnya, manik bulatnya menemukan bahwa hanya tinggal Joanne yang masih berdiri di lorong, dan Hillary sudah berjalan menjauh dengan langkah jenjangnya.
"Sudah waktunya aku keluarkah?" tanya Kate, lagi-lagi pada dirinya sendiri sebelum memutuskan melangkah keluar dari persembunyian dan menghampiri Joanne. Bibirnya mengulas senyum prihatin, lalu setelahnya ia merentangkan tangan lantas merangkul Joanne yang tampak terkejut akan perlakuannya.
"Dari mana kau datang?" tanya si bungsu sambil memperlihatkan raut wajah penuh tanyanya.
Kate tersenyum miring, "Itu tidak penting sekarang."
-Something Unexpected-
Character Unlocked:
Jeon Jungkook as Shizuragi Malvis
Dong Sicheng as Shizuragi William
Catatan Moy: udah berapa lama aku nggak update? AAAAA MAAF:(
Btw, wattpadku sedang tidak bisa input foto, jadi pake nama aja gapapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Unexpected ; AsaRyu [On Going]
ActionPerihal sesuatu yang sering digaungkan, sesuatu yang sulit dipahami, namun kerap kali bersangkutan. Romance | Thriller | Mystery | Fantasy | Adventure Hamada Asahi x Shin Ryujin Fanfiction ©acathmoy's own story, 2021.