BAGIAN 4

207 57 17
                                    

Suara deru mesin mobil yang menggeram akibat teredam lumpur menjadi satu-satunya sumber suara yang tertangkap telinga Joanne. Faktornya tidak begitu menarik, hanya tentang Arthur dan sebelah tangannya yang sibuk berkutat dengan tablet dengan berbagai macam aplikasi yang tidak Joanne pahami, sementara tangan yang lain memegang kemudi. Padahal dia sedang berkendara, tapi sempat-sempatnya mengurusi grafik-grafik asing dalam gawainya. Kalau Joanne takut terperosok atau lebih parahnya terguling, sebenarnya sudah bukan hal aneh.

"Tuan Shizuragi...." cicitnya hampir tidak terdengar.

Arthur mengalihkan fokusnya sekejap sebelum menarik tuas kemudi, "Hm? Ada apa?"

"Apa tidak masalah mengemudi seperti itu?" tanya Joanne, memberanikan diri menolehkan kepalanya sampai kedua maniknya dapat merekam dengan jelas bagaimana surai light blonde itu berurai setelah dirisak oleh sang pemilik.

Arthur balik bertanya, "Apa sejak tadi kita sudah menjumpai titik masalah?"

Joanne menggeleng lugas, "Belum, Tuan."

"Kalau begitu, kau sudah tahu jawabannya sendiri, bukan?" tukas Arthur dengan bahu terangkat naik. Lalu melempar asal tablet-nya ke arah Joanne yang untungnya mempunyai reflek cukup bagus sehingga benda mahal itu tidak harus menjumpai ajalnya saat itu juga.

"Pastikan titik merah itu terus menyala, awasi semuanya melalui koordinat yang berkedip setiap dua detik sekali itu." titah Arthur sambil menginjak pedal gas lebih dalam lagi setelah merasakan bahwa mobil kijang yang mereka tumpangi tengah dibuntuti.

"Bagaimana caranya?" tanya Joanne yang mulai panik karena takut salah melangkah.

Meski bingung begitu, Joanne tetap melaksanakan apa yang disuruh Arthur ketika pemuda itu mulai menginstruksikan langkah-langkah yang harus ia tempuh. Perlahan ia mengerti, cepat menguasai walau masih butuh tuntunan. Membuat Arthur melepas senyum tipisnya, terlihat begitu menawan dengan segala macam ocehan ribut yang masih keluar dari mulutnya.

"Kau cukup tangkas juga untuk ukuran pemula." ucap Arthur tanpa mengalihkan konsentrasinya mengemudi. "Sekarang, tekan tombol hitam di pojok kanan layar. Cepat!"

Joanne menurut, lantas menekan cepat-cepat tombol yang fungsinya saja tidak ia ketahui. Berselang tiga detik dari detik Joanne menjalankan perintah, rungunya dengan sigap menangkap suara bising yang cukup jauh dari arah belakang. Sebelum sempat ia menolehkan kepala, suara mendominasi dari Arthur menghentikan pergerakannya.

"Jangan berani-berani kau menoleh ke belakang kalau masih ingin selamat. Fokus saja pada apa yang kuperintahkan."

Joanne menurut, kembali mengubah posisi duduknya agar sejajar dengan kursi. Gadis itu menggerutu dalam hati sembari sesekali melirik tajam si pemuda Shizuragi yang masih tenang bertengger di balik kursi kemudi. Joanne paling anti dengan orang yang bersikap seenaknya, memangnya seberapa berpengaruh si Draco-Draco ini? Kalau begini, Joanne malas saja rasanya ingin berterima kasih.

"Setelah sampai di mansion, kau temui Madam Alice untuk pengukuhan kontrak." kata Arthur memecah suasana, lagi.

Ditengah bisingnya situasi di belakang kendaraan mereka, Joanne dapat dengan jelas mendengar apa yang baru saja diikrarkan lawan bicaranya. Perempuan dengan status domisili klan yang masih dipertanyakan itu mengernyit bingung, lagi-lagi dibuat berpikir sangat lama hanya karena seutas kalimat. Membuat Arthur berdecak sebal saat matanya menangkap raut wajah Joanne dari pantulan kaca di atas dashboard mobil. Jemarinya lantas merampas cepat tablet yang semula masih berada dalam kuasa Joanne, mengotak-atik sesuatu di dalamnya sebelum menunjukkannya kepada si gadis Shin.

Something Unexpected ; AsaRyu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang