BAGIAN 1

536 70 23
                                    

Jalanan kota New York pada malam ini terbilang cukup lengang dari pada biasanya. Kendaraan yang melaju tak lagi memadati lalu lintas, justru hanya tinggal tersisa beberapa unit yang disertai dengan kecepatan tingginya. Bukan hal yang wajar sebenarnya, terlalu banyak pengaruh yang ditimbulkan karenanya.

"Kartu identitasmu, Tuan." pinta seorang penjaga berkumis tipis yang ditugaskan berjaga di depan pintu utama sebuah gedung pencakar langit, lantas menengadahkan tangan menagih apa yang sebelumnya ia minta.

Dua pemuda di hadapannya kini saling bertatapan, kemudian anggukan kecil diberikan oleh yang berpostur tubuh lebih tinggi. Sementara pemuda lainnya mulai merogoh saku, mencari kartu identitas mereka berdua di dalam kantung setelan jas yang ia kenakan. Setelah dijumpai, lekas pula ia menyerahkan kedua kartu itu kepada si penjaga yang kemudian langsung mempersilakan mereka berdua untuk segera masuk. 

"Dia bodoh juga, diberi kartu palsu pun percaya." komentar si tinggi dengan berucap---hampir berbisik---pada rekan tugasnya di antara suasana bising ruang dansa.

Seseorang yang lainnya justru mendengus alih-alih memberi tanggapan pasti. Pemuda dengan surai blonde itu bernama Shizuragi Arthur, namun lebih dikenal dengan sebutan Draco bagi para musuh-nya. Sedangkan pemuda dengan postur badan sedikit lebih semampai dibanding Arthur tadi adalah Shizuragi Kevin, tapi orang-orang lebih sering memanggil dirinya dengan sebutan Pegasus.

Arthur berkelakar, "Agaknya bukan dia yang bodoh, tapi kita yang terlalu pintar."

Kekehan Kevin mengudara, menyusulkan tanggapan setelah Arthur benar-benar menyelesaikan kalimatnya barusan. Netranya lekas berkeliling, mencari sudut sempurna untuk mengamati keadaan sekaligus menyempurnakan penyamaran mereka sebagai tamu 'yang tidak diundang'. Beberapa saat setelahnya, lengan Kevin melingkari bahu Arthur, merangkul cepat rekannya menuju pojok ruang dansa, tempat dimana sofa mewah telah ditata rapi.

"Pastikan matamu terjaga agar tidak mengerjap barang sedetik untuk melewatkan sekecil apapun petunjuk." Arthur menginstruksi, lantas membiarkan bokongnya dihempaskan pada sofa empuk yang ia yakini harganya dapat menembus angka sembilan digit.

Kevin mendengus, "Kau terlebih ingin aku buta rupanya?"

Arthur mengedikkan bahu kemudian mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, berharap banyak pada kebetulan-kebetulan yang mungkin akan ia temukan dalam setiap jengkal jarak penglihatannya. Mimik wajahnya mulai berubah mengeruh saat suasana pesta mulai tidak kondusif tidak seperti sebelumnya, disebabkan oleh fase pergantian genre musik dari alunan klasik ke dentuman edm yang sukses membuat pendengarannya terasa pekak. Dia tak pernah sekalipun menyukai kemeriahan pesta, nuansanya dapat dengan mudah mengingatkan dirinya kembali ke dalam lautan trauma masa lalu, katanya.

"Jangan terus menekuk wajahmu seperti itu, menjadi angkuh tidak akan membuatmu semakin tampan." celetuk Kevin di sebelahnya.

Menanggapi semua ocehan ribut Kevin bukanlah gayanya, sehingga yang ia lakukan hanya menaikkan sebelah alisnya tak acuh. Sedangkan si tampan Shizuragi Kevin tengah sibuk membuka setelan jas hitamnya, dalam sekejap melunturkan image jenaka yang selalu melekat dalam dirinya lantas berganti sepenuhnya menjadi sisi Kevin yang karismatik.

"Jas dinas ini selalu membuatku kegerahan, kenapa bahannya panas sekali, sih?" gerutu Kevin disela-sela kegiatannya melinting lengan kemeja sampai ke lipatan siku.

Something Unexpected ; AsaRyu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang