Joanne terbatuk beberapa kali saat tubuhnya terhempas akibat daya ledak granat hasil rakitan yang ternyata cukup kuat. Ia cepat-cepat merangkak menghindar ketika menyadari bahwa berselang dua meter di belakangnya, kepulan api masih setia melalap manusia.
"Sshh ... sial," rutuknya sewaktu tahu baju seragam bagian belakangnya robek karena sempat ditarik oleh salah satu target sebelum akhirnya keluar.
Joanne kembali terbatuk, kini diikuti dengan napas yang mulai beranjak sesak. Si kecil Shizuragi itu secara bertahap mulai terhuyung, serta mulai sulit berjalan dengan baik.
Arah pandangnya berkeliling mengitari arena pertempuran, mencari siapa saja yang sekiranya berasal dari klan.
"Leo! Pyxis!" serunya memanggil dengan suara hampir habis. "Musca! Anyone, help me ...."
Sebagian daya mampu pandangnya sudah terlanjur berkabut, sementara sepasang tungkainya masih belum menjumpai tujuannya. Tenggorokannya benar-benar terasa kering setelah pernapasannya menghirup begitu banyak asap. Kulitnya yang terpapar angin terasa begitu menyiksa, memberi sensasi membakar.
"Auriga!"
Seruan yang terdengar samar dari arah belakang membuatnya mau tak mau menolehkan kepala. Joanne menyipitkan mata, mencoba mengembalikan fokusnya saat objek pemanggil berlari mendekat, memastikan itu bukan dampak halusinasi semata. Sesaat gadis itu berpikir pasrah, seandainya itu musuh yang mendekat, Joanne akan membiarkan mereka mengambil tindakan untuknya.
"AURIGA!"
Seruan itu semakin jelas ketika presensi sang pemanggil semakin mendekat pula. Setelah benar-benar dekat, barulah Joanne tahu kalau sosok pemanggil—yang ternyata seorang pemuda—yang berdiri tepat di hadapannya ini adalah Arthur. Lengkap dengan letak seragam tak berbentuk, juga rambut kuyup sebab keringat yang terus mengalir.
"Apa yang kau lakukan? Dungu, berimprovisasi bukan begini caranya!" seru sang pemuda, menukikkan alisnya kesal terang-terangan.
Joanne tak lekas menyahut, sisa atensinya justru ia tumpukan menelisik kontur wajah si lawan bicara. Sedangkan bibir keringnya masih terkatup rapat, menyisakan jeda suasana yang canggung.
Ia tahu ini salah, mengenai janjinya tempo hari, bolehkah ia menariknya kembali? Kalau diizinkan, maka tanpa ragu Joanne akan mendeklarasikan dirinya sebagai pengagum Arthur.
"Aku tahu aku tampan. Tapi sekarang, biarkan aku membawamu ke tim medis dulu, jadi, tunda kekagumanmu itu."
Baiklah, tidak jadi.
Pemuda Shizuragi itu lalu dengan sigap meraih lengan Joanne untuk dilingkarkan, sementara dirinya mulai mempersiapkan punggung untuk gadis itu naiki. Selepas mempersiapkan dan memastikan Joanne ada dalam posisi yang tepat, Arthur menjajakkan kaki meninggalkan lokasi awal.
"Kau itu benar-benar bukan manusia, ya?" tanya Joanne yang lalu menyandarkan kepala di perpotongan leher jenjang milik pemimpin timnya itu. "Bagaimana bisa kau terlihat baik-baik saja setelah pertempuran? Padahal, aku bisa melihat dengan jelas bagaimana kau terpelanting dengan raut kelelahan."
Arthur terkekeh, "Oh, ya? Kalau begitu, kau sudah tahu jawabannya."
"Apa kita menang?" tanya Joanne lagi, kembali mencoba membangkitkan suasana demi mencegah kedua kelopak matanya yang hendak menutup merenggut kesadarannya. "Aku tahu kita pasti menang, benar begitu, Tuan Shizuragi?"
Arthur mengangguk seraya mempercepat langkahnya agar gadis dalam gendongannya cepat mendapat pertolongan. Kedua alisnya tak lama menekuk, terlebih ketika merasakan bebannya memberat. Lekas ia menolehkan kepalanya, hampir membuat hidung mereka berdua bersentuhan saking dekatnya jarak yang memisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Unexpected ; AsaRyu [On Going]
AçãoPerihal sesuatu yang sering digaungkan, sesuatu yang sulit dipahami, namun kerap kali bersangkutan. Romance | Thriller | Mystery | Fantasy | Adventure Hamada Asahi x Shin Ryujin Fanfiction ©acathmoy's own story, 2021.