Xiao Zhan mahasiswa jurusan desain komunikasi visual yang suka ketenangan dan kebersihan merasa risih dengan tetangga yang ada di sebelah kost-nya,
Wang Yibo, mahasiswa jurusan seni tari yang selalu berisik tanpa mengenal waktu.
Banyak kejadian ri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----------------
Hoek... hoek... hoek ...
Suara itu lama-kelamaan menjadi rutinitas yang mengisi pagi hari di apartemen Lotus Park lantai 8 selama kehamilan Xiao Zhan. Usia kandungannya sudah lima minggu dan di dalam masa itulah keadaan morning sickness akan menyapanya selama beberapa waktu ke depan.
Oh ya, tetangga mereka juga bertambah satu orang lagi, yaitu Xia Zhiguang yang menghuni kamar apartemen 801 yang selalu kosong selama ini. Bos pabrik cabai itu kembali lagi ke kota untuk membuka pabrik cabang yang sudah sukses di kampungnya.
Selain morning sickness yang dialami Xiao Zhan, hal itu membuat seluruh tetangga ikut bekerja keras mengurusnya. Kenapa begitu? Karena perubahan mood menyebabkan pemuda manis itu selalu memiliki banyak permintaan.
Adakalanya ia ingin Yibo yang mengurusnya. Namun, detik berikutnya ia akan mengusir suaminya itu bahkan tidak ingin melihat wajahnya dan meminta agar orang lain mengurusnya.
"Acheng, tolonglah, baby ingin bertemu denganmu." Desak Yibo pada Zuocheng yang sudah lengkap dengan pakaian kerjanya, bersiap pergi ke rumah sakit.
"Tapi sekarang aku harus masuk kerja."
"Liburlah sehari, hmn?" Yibo membujuk. "Kau juga mempunyai pasien di sini. Jadi, kau tidak menyalahi aturan karena tidak masuk kerja hari ini. Atau aku akan menghubungi Ziyi dan memberitahunya. Ia pasti akan mengerti."
Zuocheng memutar bola matanya, "Padahal dia itu istrimu."
"Aku tahu. Tapi baby tidak mau melihat wajahku hari ini." Yibo berubah suram. Baru kali ini hatinya merasa sakit karena diusir oleh istri yang dicintainya itu yang tiba-tiba berkata bahwa ia muak melihat wajahnya.
Zuocheng menaruh simpati pada keadaan Yibo dan menghiburnya. "Itu bukan masalah serius. A Zhan begini karena kehamilannya. Dia tidak akan selamanya seperti ini." Pemuda dokter itu menepuk bahu tetangganya. "Mungkin saja beberapa jam lagi dia sudah akan mencarimu." Hiburnya. "Walaupun sebenarnya kuakui bahwa hal itu sangat menyebalkan memang."
"Acheng! Acheng!" suara lain berteriak. Jili masuk ke apartemen Zuocheng tergesa-gesa. "A Zhan mencarimu."
Zuocheng mendesah. "Aku tahu. Apa yang dia minta kali ini?"
"Itu ..." raut wajah Jili enggan menjawabnya.
"Kenapa? Katakan?"
"Itu, A Zhan sedang di kamar mandi... sedang ... pup." Jelas Jili takut-takut.
"Lalu?"
"Dia .... mau kau yang menyiramnya."
Wajah Zuocheng berubah merah! Bukan karena malu melainkan karena marah. "Aku sekolah tinggi-tinggi di kedokteran bukan untuk mencebok A Zhan!" semburnya.